17:: Sakit

14.3K 2.1K 317
                                    

Wala menggigit ujung jarinya menatap halaman rumahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wala menggigit ujung jarinya menatap halaman rumahnya. Ia sedang menunggu Cakra karena tak kunjung kembali semenjak pertengkaran mereka dua hari yang lalu.

Kini Wala diliputi perasaan bersalah dan khawatir dalam waktu bersamaan. Sudah berulang kali ia menghubungi Cakra namun ponselnya itu tidak aktif. Sekarang, tidak ada informasi sama sekali yang ia tahu tentang di mana keberadaan Cakra selama dua hari belakangan.

Setelah merenung beberapa saat setelah ditinggal oleh Cakra, Wala tak juga mendapat jawaban kenapa Cakra bisa semarah itu padanya. Satu dugaan yang menyelinap saat ini di otaknya, tapi sepenuhnya masih belum yakin.

Cakra cemburu? Begitu pikirnya.

Hari sudah gelap dan Wala memutuskan untuk masuk dan menunggu di dalam rumahnya. Ibunya sudah tahu kalau Cakra belum pulang karena tentunya berasal dari mata-matanya yang diam-diam melapor.

Wala hanya mengatakan kalau mereka bertengkar, tapi tidak memberitahu alasannya. Aulia menasihati Wala agar tidak melawan perintah suami dan terus mencari tahu keberadaan Cakra. Namun tak ada satupun informasi yang ia terima. Bahkan saat ia menanyai Axel, laki-laki itu juga menjawab kalau ia tidak tahu-menahu keberadaan Cakra. Justru Wala disudutkan karena sebagai seorang istri, ia tidak tahu di mana suaminya berada.

Karena semakin khawatir dan perasaannya tak keruan, Wala memutuskan untuk mencari Cakra. Tujuan pastinya masih belum ia tahu di mana. Hanya terpikirkan untuk mencari dari pada hanya duduk gelisah menunggu orang itu datang.

Sebelum pergi, Wala menyempatkan untuk berganti pakaian. Diraihnya hoodie milik Cakra di lemari dan berganti pakaian saat itu juga. Tak lupa rambutnya ia cepol karena terlalu berantakan terus diacak-acak selama menunggu Cakra pulang. Setelah semua siap, ia meraih kunci motor di atas meja dan juga dompetnya.

Ceklek! Wala menoleh ke arah pintu yang tiba-tiba saja dibuka. Seketika terkesiap di tempat saat dilihatnya orang yang sedari tadi ia tunggu akhirnya berada di depannya. Cakra dengan rambut acak-acakan, mata sayu dan lingkar mata hitam membingkai kelopak mata indahnya, bibir pucat dan kering serta bulir-bulir keringat membasahi keningnya. Matanya menatap wajah istrinya lekat-lekat. Terhanyut di sana cukup lama dengan ekspresi datar.

"Lo dari mana aja, sih? Gu--"

Tiba-tiba, Cakra menghambur di pelukan Wala tanpa aba-aba. Menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Wala sembari menghirup dalam-dalam aroma rambut dan tubuh itu yang setiap saat memabukkan. Aroma yang setiap saat ia rindukan selama tidak berada di dekatnya.

"Maafin gue," lirih Cakra dengan suara seraknya. Ia semakin mempererat pelukannya melepas semua kerinduannya.

"Cakra, badan lo panas banget," Wala panik saat sekilas ia sempat merasakan suhu badan Cakra yang lebih hangat dari suhu orang pada umumnya. Ia berusaha mengurai pelukan untuk memastikan keadaan Cakra, namun tubuh besar itu tak bergerak sama sekali.

Marriage Contract CakraWalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang