Prolog

28.2K 3.6K 255
                                    

Perempuan berkulit putih itu baru saja keluar dari tempat bimbelnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Perempuan berkulit putih itu baru saja keluar dari tempat bimbelnya. Ia melirik jam tangannya sekilas untuk mengecek sudah berapa lama ia terlambat untuk memenuhi janji temunya dengan sang pacar.

Jam menunjukkan pukul sembilan malam, dan sudah ada puluhan pesan masuk dari seseorang yang menunggunya di kafe tempat mereka biasanya bertemu.

Sambil mengayuh sepeda dengan laju cepat, perempuan itu memikirkan hal apa yang harus ia katakan untuk membuat pacarnya tidak marah. Pasalnya, bukan hanya sekali ini saja ia terlambat memenuhi janji, sudah sangat sering semenjak ia diam-diam mengikuti kursus bimbingan belajar untuk mempersiapkan diri masuk ke universitas favorit. Ia sengaja menyembunyikan hal itu, sebab ia ingin memberi kejutan pada sang pacar nantinya ketika ia diterima di kampus yang sama.

Dari jauh, perempuan itu melihat sosok laki-laki yang ia kenali baru saja keluar dari kafe dengan wajah kesal. Segera Wala pelankan laju sepedanya dan mengatur napasnya yang tersengal-sengal.

"Dari mana aja sih kamu?!" Wala yang baru saja tiba langsung di todong pertanyaan ketus dari Cakra.

"Maaf, aku ketiduran," dusta Wala.

"Ketiduran lagi? Kamu itu sebenarnya masih peduli sama hubungan kita atau nggak?" Cakra membentak membuat Wala terkejut. Mungkin laki-laki itu sudah muak dengan alasan Wala.

"Iya, maaf! Nggak usah ngebentak kayak gitu dong!"

"Ini udah yang ke sekian kalinya, La! Aku udah capek! Kamu kayak nggak peduli lagi sama hubungan kita!"

"Terus kamu mau apa? Putus?" tanya Wala geram.

"Oke, ayo putus! Muak gue liat muka lo!"

Wala membelalakkan matanya penuh emosi. Ia tidak bersungguh-sungguh mengatakan demikian, yang lantas langsung disetujui oleh Cakra tanpa pikir panjang. Apa boleh buat, kalimat itu sudah terlontar dari mulutnya, dan Wala akan sangat malu jika ia menariknya kembali penuh penyesalan.

"Semoga kita nggak pernah ketemu lagi!" ucap Cakra serius.

Wala mencengkram kuat setir sepedanya. "Nggak akan ada cewek goblok yang mau sama lo! Cuma gue yang khilaf!"

"Dan nggak akan ada cowok yang nerima kegoblokan lo selain gue. Semoga nggak ada lagi korban dari lo," balas Cakra tak mau kalah.

"Semoga lo nggak dapat jodoh! Dasar cowok brengsek!"

"Kalau gue nggak dapat jodoh, Tuhan harus adil, lo juga nggak boleh dapat jodoh! Biarin lo jadi perawan tua!" Cakra mendengkus, lalu berlalu meninggalkan Wala di sana yang masih duduk di atas sepedanya, memerhatikan punggung Cakra yang semakin menjauh.

Wala merogoh kantong plastik yang ia taruh di keranjang sepedanya. Mengeluarkan sebotol minuman ringan kesukaan Cakra kemudian mengangkatnya tinggi-tinggi dan melempari Cakra dengan amat keras.

Cakra mengerang kesakitan, memegangi pundaknya. Berbalik melihat Wala yang berkaca-kaca. Wala mengayuh sepedanya sambil mengatupkan mulutnya kuat-kuat. Menghunuskan tatapan tajam pada Cakra yang masih meringis kesakitan.

Saat hendak melewati Cakra, Wala menyempatkan untuk menendang laki-laki itu yang lantas membuat Cakra terjatuh ke tanah.

"Wlee!" Wala menjulurkan lidahnya lalu mempercepat laju sepedanya sebelum Cakra bangkit dan mengejarnya.

"Dasar cewek gila!" maki Cakra berusaha berdiri.

"Cowok sinting!"

Seperti itulah hubungan yang terjalin selama 3 tahun berakhir seketika. Jika doanya terwujud, apa jadinya masa depan mereka?

Tap star to continue

Tap star to continue

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ini baru prolog. Cuma mau tes ombak, kalau suka, tunjukkan dukungan kalian, maka aku akan update lanjutannya seminggu kemudian.

Karena ini cerita tentang pernikahan, maka bukan tidak mungkin akan ada konten-konten yang membatasi umur.

Marriage Contract CakraWalaWhere stories live. Discover now