02:: Cowok Keren, Mapan Tapi Jomblo

17.9K 2.7K 390
                                    

Puluhan pasang mata mengikuti gerak kaki lincah laki-laki yang sedang menyusuri lorong fakultas sehabis berurusan dengan dosen pembimbingnya

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.


Puluhan pasang mata mengikuti gerak kaki lincah laki-laki yang sedang menyusuri lorong fakultas sehabis berurusan dengan dosen pembimbingnya.

Sepatu kets berwarna putih, kemeja hitam polos dan bawahan celana jeans berwarna senada menambah ketampanan laki-laki yang saat ini tercatat sebagai mahasiswa jurusan teknik arsitektur.

Hari ini selepas mengajukan judul skripsinya, Cakra Aditya Mahesa harus bertemu dengan teman-temannya sesuai janji. Ia segera menuju kafe terdekat dari kampusnya.  Axel dan Fandi yang dari kejauhan sudah mengenali Cakra, mengangkat tangannya agar terlihat oleh Cakra. Setelah mendapati orang yang ia cari, Cakra segera menghampiri.

Menghela napas berat, Cakra menarik kursi untuk duduk. Sudah pemandangan tak asing lagi jika berkumpul bersama dua orang sahabat di depannya ini pasti mereka membawa pasangan. Padahal, dari segi wajah, Cakra jauh lebih tampan dari mereka, sayangnya, belum ada wanita yang berhasil mengisi kekosongan hati Cakra sejak 3 tahun yang lalu.

"Udah selesai ngajuin judul?" Axel yang juga merupakan tetangga Cakra bertanya demikian.

"Udah," jawab Cakra malas, menunduk memainkan tisu di depannya. Lebih baik menundukkan pandangan dari pada hati terbakar melihat kemesraan yang disuguhkan di depan mata.

"Lo jadi ambil proyek besar dari perusahaan kemarin?"  tanya Fandi mengalihkan topik.

"Kayaknya nggak deh. Udah mau susun skripsi, takut keteteran," jawab Cakra lalu mengangkat tangannya memanggil waiters kafe tersebut.

"Sayang banget lo, Cak, upahnya gede lho ini," ucap Axel lagi.

Setelah memesan latte, dan waiters itu sudah pergi dari meja mereka, Cakra lalu menanggapi, "Nggak apa-apa. Dari pada gue kewalahan nantinya."

"Jadi setelah lulus nanti, lo mau lanjut kerja di perusahaan Papa lo?" tanya Fandi.

Cakra mengangguk-angguk. "Gimana lagi? Kan gue penerus utamanya," jawab Cakra. "Tapi, syaratnya tuh, susah banget."

"Syarat apa?" tanya Axel dan Fandi kebingungan.

"Gue harus nikah dulu. Katanya kejantanan gue masih diragukan karena belum pernah bawa cewek buat dikenalin ke orang tua gue," kata Cakra tanpa semangat.

"Kenapa harus nikah dulu sih?" tanya Fandi lagi.

"Mereka takut gue nggak punya keturunan. Perusahaan harus diteruskan ke siapa kalau bukan sama anak gue?"

"Emang harus dipertanyakan sih kejantanan lo. Lo udah hampir wisuda dan masih jomblo? Parah banget nggak sih?" Axel berucap perihatin.

"Lo pikir gue mau kayak gini? Setiap kali gue deketin cewek, selalu aja ada halangannya. Entah si ceweknya udah punya pacar, entah si ceweknya punya banyak cowok, bahkan yang udah punya anak juga hampir gue pacarin tapi tetap gagal!" tukas Cakra menggebu-gebu dengan sorot mata sendu.

Marriage Contract CakraWalaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora