07:: Wedding day

17.1K 2.3K 350
                                    

Mungkin ini adalah salah satu contoh ungkapan pribahasa "mulutmu harimaumu" yang sedang terjadi pada pasangan mempelai yang kini duduk di atas panggung sambil menyalami para tamu undangan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mungkin ini adalah salah satu contoh ungkapan pribahasa "mulutmu harimaumu" yang sedang terjadi pada pasangan mempelai yang kini duduk di atas panggung sambil menyalami para tamu undangan.

Teringat kembali saat mereka memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan ucapan terakhir yang saling mendoakan hal-hal buruk termasuk tidak menemukan jodohnya. Betapa Wala yakin bahwa dirinya tidak mungkin dan tidak akan bertemu lagi dengan Cakra justru di pertemukan dalam situasi yang mengarahkannya untuk mematahkan doanya sendiri.

Waktu terasa bergulir begitu cepat. Hari-hari menyongsong pernikahan mereka lalui dengan amat santai. Jangan berpikir setelah tahu siapa laki-laki yang dijodohkan dengannya, Wala akan ikut membantu persiapan pernikahan. Oh, sungguh Wala tidak ingin ambil pusing dengan semua itu. Selain ikut memilih gaun dan cincin, Wala tidak lagi berurusan dengan urusan pernikahan sampai dengan hari di mana pernikahan itu berlangsung.

Selama orang-orang sibuk, Wala juga sibuk menghabiskan hari-harinya bersama dengan Gita--sahabat baiknya yang berada di kelas yang sama selama mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. Wala jarang terlihat di rumah karena lebih memilih menghabiskan waktunya bermain atau sekedar jalan-jalan berdua dengan Gita. Bukan tanpa alasan ia bersikap seperti itu, sebab setelah menikah nanti, ia takut tidak lagi bebas untuk keluar rumah, dan lagi ia sangat mengkhawatirkan pernikahan ini.

Di sana, ia berdiri menyalami tamu undangan dengan senyum lebar, namun hatinya tidak bisa tenang selama pesta itu berlangsung. Meskipun ia tahu, bahwa itu hanya akan berlangsung selama masa kontrak pernikahan yang telah ia buat atas keinginan dirinya sendiri. Keputusan yang sangat gegabah dan merupakan kebohongan terbesarnya selama hidup. Bukan hanya orang tua dan kakek-neneknya yang ia bohongi tapi juga keluarga Arsyad.

"Kamu capek?"

Sebuah tepukan kecil di pundaknya menyadarkan Wala dari lamunannya. Di tatapnya tangan besar itu cukup lama, lalu beralih menatap sang empunya. Setelan jas pengantin melekat sempurna di tubuhnya yang atletis, tak lupa rambutnya ditata sedemikian rupa oleh hair-stylist terkenal. Sungguh! Tak ada yang mampu mengelak bagaimana tampan dan cantiknya mereka di hari pernikahan. Pasangan yang sangat serasi, begitu kiranya segelintir komentar takjub tamu undangan yang melihatnya.

Sepasang mata legam menatapnya khawatir, bibir sedikit terbuka seperti ingin mengucapkan sesuatu. Cakra mengangkat alisnya menunggu Wala menjawabnya.

"La, kamu nggak apa-apa? Aku ambilin minum mau?" tanya Cakra sekali lagi karena tak kunjung mendapat sahutan. Tamu undangan sudah mulai berkurang, sehingga mereka bisa duduk sejenak beristirahat.

Wala mengerjapkan matanya berulang kali, menepis tangan Cakra pelan-pelan. "Apa-apaan sih lo? Mendadak ganti pake aku-kamu."

"Apa jadinya nanti kalau Mama denger kita pake elo-gue padahal udah suami-istri?"

Wala memutar bola matanya malas, pasrah jika sudah menyangkut pautkan reaksi orang tuanya nanti. Di sudut ruangan di sebuah hotel mewah itu, dilihatnya Keenan yang sedang berbincang dengan rekan kerjanya yang turut hadir di sana. Beberapa kali Wala mendengar ayahnya itu sangat membanggakan menantunya yang ia nilai sangat berkompeten kepada teman-temannya. Tak ingin kalah, Anton juga turut memuji paras Wala sebagai menantu yang sangat ia idamkan pada teman-temannya.

Marriage Contract CakraWalaWhere stories live. Discover now