18:: Rumus 3D

15.9K 2.2K 488
                                    

"Airnya tambahin dikit lagi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Airnya tambahin dikit lagi."

Wala mengangkat ponselnya yang menampilkan wajah Aulia di layar. Ia memposisikan kamera menyorot panci di hadapannya untuk memastikan maksud dari ibunya.

"Airnya segini, cukup?" tanya Wala memasukkan jarinya ke dalam beras yang terendam air.

"Iya. Udah cukup itu."

Saat ini Wala sedang berkutat di dapur mencoba membuatkan bubur untuk Cakra dengan bantuan arahan dari  ibunya melalui sambungan panggilan video. Pagi-pagi sekali ia sudah bangun mengecek suhu badan Cakra yang ternyata masih hangat seperti kemarin.

Lama Aulia mengarahkan setiap step yang harus Wala lakukan. Diperhatikannya dengan detail dan sesuai ukuran agar bubur yang nantinya ia sajikan terasa enak di lidah orang sakit. Butuh sekiranya setengah jam agar Wala bisa menyelesaikan masakannya. Sebelumnya ia sudah mencicipi rasanya dan baginya itu sudah cukup enak.

Sambungan telepon dari ibunya sudah terhenti, kini telepon dari ibu mertuanya yang menggantikan.

"Assalamualaikum, Ma," sapa Wala di telepon.

"Kamu lagi ngapain, Sayang?" tanya Dera.

"Ini, Ma, lagi siapin bubur buat Cakra. Eh ... maksudnya Mas Cakra."

"Cakra sakit?"

"Iya, Ma. Dia demam."

"Dari kapan?"

"Dari kemarin, Ma." Wala mengganti menjadi mode loudspeaker dan meletakkan ponselnya di atas meja karena harus mengisi gelas dengan air.

"Oh, iya, Ma. Cakra kalau sakit emang manja, ya?" tanya Wala ketika mengingat bagaimana Cakra terus bergelut di sisinya sepanjang malam. Padahal, seingatnya dulu ketika masih pacaran, tidak pernah sekalipun terlihat lemah dan bermanja-manja.

"Nggak, kok. Biasanya kalau sakit dia istirahat aja. Tidur di kamarnya," jawab Dera ikut merasa heran.

"Oh, gitu?" Wala mengangguk-angguk santai. Tidak mempermasalahkan lebih lanjut perubahan sikap Cakra selama sakit.

"Ya, udah, kamu samperin deh dia. Semoga Cakra cepat sembuh, ya."

"Iya, Ma," jawab Wala seraya tersenyum lembut kemudian sambungan telepon itu ia matikan.

Bubur, air putih dan obat penurun panas sudah ada di nampan. Perempuan itu membawanya menuju kamar di mana Cakra masih belum terbangun dari tidurnya.

Marriage Contract CakraWalaWhere stories live. Discover now