26:: Cemburu itu tanda Cinta

13.2K 2K 305
                                    

"Mama mana, Pa?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Mama mana, Pa?"

Anton yang baru keluar dari ruang kerjanya menoleh ke arah suara. Didapatinya putranya yang baru saja tiba diikuti dengan Wala di belakangnya.

"Kamu ini, baru datang, bukannya salam dulu malah cariin Mama kamu," ucap Anton menautkan alisnya.

Cakra terkekeh pelan. "Tadi udah salam, tapi nggak ada yang jawab."

"Kapan? Papa nggak denger tuh!"

"Barusan. Tapi dalam hati," kilah Cakra terkekeh jahil.

Anton tidak lagi menanggapinya. Ia beralih pada menantunya yang hanya menyimak. Ketika tersadar tengah disorot, Wala segera menghampiri dan mengalami ayah mertuanya itu.

"Apa kabar, Pa?" sapa Wala.

Anton membalas dengan senyum hangat. "Kurang sehat, karena kamu nggak pernah datang jengukin Papa," candanya.

Wala terkekeh canggung. "Maaf, Pa. Nanti kita usahain sering-sering datang."

Tangan Anton terangkat dan menepuk pundak Wala diikuti dengan senyumnya yang ramah. "Mama sama Citra ada di dalam. Lagi ngobrol sama tamu juga," tukasnya memberi tahu.

"Ya, udah, Wala samperin dulu, ya, Pa," pamit Wala.

Cakra baru saja akan mengikuti di belakangnya namun terhenti saat ayahnya memangggil dan memberi tahu kalau ada hal penting yang ingin ia bicarakan. Lantas Wala berlalu seorang diri.

Di meja makan berbentuk bulat itu, 3 orang perempuan sedang duduk sambil bercengkrama dengan akrab. Wala menghampiri dengan langkah kecil sampai pada saat Dera menoleh dan menyadari kehadirannya.

"Eh, Wala!" teriak Dera girang. Segera ia bangkit dan memeluk menantunya itu.

Setelah puas berpelukan dengan Dera, Wala beralih pada Citra yang memasang wajah dingin. Sementara satu orang perempuan lagi yang sedari tadi belum bertemu tatap dengan Wala.

"Oh, iya, kenalin, ini Dila. Teman lamanya Citra," kata Dera memperkenalkan. Jelas saja kalau Wala akan terkejut karena ia mengenali wajah perempuan itu. Tetapi Dila tampak santai saja dan melempar senyum ramah padanya.

Setelah saling berjabat tangan dengan Dila —meski sedikit canggung— Wala duduk bergabung dengan obrolan mereka.

"Dila ini adik temen aku. Dia pinter banget dan berbakat." Tiba-tiba saja Citra membuka obrolan dengan memuji-muji Dila. Sedangkan orang yang disebut hanya menunduk dan tersenyum malu.

Dera menanggapi dengan anggukan antusias. "Padahal masih muda banget," timpalnya memberitahu Wala.

"Cewek idaman banget pokoknya. Udah pintar masak, mandiri, karirnya bagus, cantik pula. Cowok mana coba yang berani nolak dia," tambah Citra lagi penuh semangat.

"Ah, Tante sama Kak Citra bisa aja." Dila tersenyum malu-malu namun tak menepis semua pujian untuknya.

Memaksakan senyumnya, Wala menganggukkan kepala ringan.  Obrolan di meja itu terus berlangsung, sementara ia hanya menyimak sambil sesekali mengedarkan pandangan mencari sosok suaminya. Cakra adalah satu-satunya orang yang bisa menyelamatkannya dari situasi canggung yang ia hadapi.

Marriage Contract CakraWalaWhere stories live. Discover now