Chapter 54 - Call Me Mom

238 45 9
                                    

Wonwoo dan Hoshi beriringan menuruni anak tangga rumah Bibi Cha pagi hari itu. Keduanya langsung menghampiri Bibi Cha yang juga baru saja selesai memasak berbagai macam hidangan di dapur. Wonwoo dan Hoshi yang semalam tidur di kamar yang sama, keduanya masih tetap terlihat sangat tampan meski dengan rambut yang berantakan karena baru bangun dari tidur nyenyak mereka semalam.

"Selamat pagi!" Sapa Bibi Cha yang sekarang ini tengah menyiapkan beberapa piring di meja makan.

"Selamat pagi, Eomma."

"Selamat pagi, Bibi."

Wonwoo yang sebelumnya pergi untuk mengambil sebotol air minum dari dalam kulkas, kemudian mengikuti Hoshi yang sudah lebih dulu duduk di salah satu kursi yang mengelilingi meja makan. Wonwoo terlihat memilih duduk di kursi yang berseberangan dengan Hoshi.

"Apa tidur kalian berdua nyenyak?" Tanya Bibi Cha yang juga sudah duduk di kursinya. Posisi Bibi Cha berada di antara Hoshi dan Wonwoo sekarang ini.

"Eum. Aku merasa semalam adalah tidur ternyenyakku, Eomma." Jawab Hoshi dengan penuh semangat.

"Kenapa Bibi Cha tidak pernah memberitahuku bahwa Soon Young sangat aktif ketika tidur?Tubuhku rasanya sakit semua karena terkena tendangan dari kaki-kakimu, tahu!" Tidak seperti Hoshi, Wonwoo malah terlihat begitu kesal menatap Hoshi sembari meringis merasakan tubuhnya yang nyeri di beberapa tempat. Karena semalam ia seperti menjadi bola untuk Hoshi.

"Maafkan aku. Mungkin itu karena tubuhku sudah lama tidak bergerak." Jawab Hoshi yang diiringi dengan kekehan kecil. Sedangkan Wonwoo mengerucutkan bibirnya, menandakan bahwa ia masih merasa kesal pada Hoshi.

"Nanti biar Bibi pijat ya, Woo. Ayo, sekarang kalian sarapanlah dulu. Nanti jadi tidak begitu enak ketika makanannya sudah dingin." Bibi Cha terlihat mencoba untuk menengahi keduanya.

Setelah itu, ketiganya menyantap sarapan mereka dengan suasana yang lebih tenang. Lihatlah betapa lahapnya Hoshi. Ia yang begitu merindukan betapa lezatnya masakan sang ibu, sampai-sampai tidak bisa untuk menahan air matanya agar tidak keluar dari peraduan. Air matanya pun menetes begitu saja, membuat Bibi Cha yang melihat itu menjadi mendadak khawatir pada putranya tersebut.

"A-deul, gwaenchana?" Tanya Bibi Cha. Wonwoo yang juga sedang lahap memakan makanannya, ikut menoleh menatap ke arah Hoshi.

"Mian, Eomma. Aku hanya merasa sangat senang. Akhirnya aku bisa merasakan lagi betapa enaknya masakanmu, Eomma. Aku pikir aku tidak akan bisa lagi." Jawab Hoshi dengan senyum semanis mungkin. Ia tidak ingin sang ibu kembali cemas karenanya.

"Benarkah hanya itu? Kau yakin baik-baik saja?" Tanya Bibi Cha mencoba meyakinkan dirinya sendiri.

"Ne, Eomma."

"Syukurlah kalau begitu. Cepat habiskan makananmu. Dan mulai sekarang kau tidak perlu khawatir, eomma akan terus membuatkan makanan terenak untukmu, Sayang."

"Terima kasih, Eomma."

Entah sudah untuk ke berapa kalinya, Wonwoo harus kembali merasa iri dengan kehangatan yang terjalin di antara Bibi Cha dan Hoshi. Dulu, keluarganya juga seperti itu. Namun bagi Wonwoo, kini semuanya hanya tinggal kenangan. Semuanya tidak akan bisa lagi ia rasakan.

"Woo?" Seolah tahu dengan apa yang sedang dirasakan dan dipikirkan oleh Wonwoo, dengan suara yang begitu lembut Bibi Cha memanggil Wonwoo yang setengah melamun.

"I-iya, Bi?" Sahut Wonwoo yang sedikit terkejut karena ketahuan sedang melamun oleh Bibi Cha.

"Apa kau juga baik-baik saja? Kenapa berhenti makannya, eoh?" Tanya Bibi Cha.

"A-aku baik-baik saja, Bi. Seperti yang Soon Young katakan, lezatnya masakan Bibi membuatku tidak bisa berkata-kata lagi." Jawab Wonwoo mencoba menutupi apa yang sedang dirasakannya. Tidak ingin merusak suasana, Wonwoo langsung kembali menyantap makanan yang ada di piringnya.

Mendengar jawaban itu membuat Bibi Cha tersenyum malu. Ini memang bukan pertama kalinya wanita itu mendapat pujian perihal masakannya yang sebenarnya biasa-biasa saja, tapi rasanya tetap saja bisa membuat Bibi Cha mendapatkan rona merah di balik keriput tipis yang tampak di wajahnya.

"Wonwoo-ya? Bagaimana jika kau memanggil bibi dengan eomma juga?"

"Ukhuk! Ukhuk!" Secara bersamaan, Wonwoo dan Hoshi seketika langsung tersedak saat mendengar kalimat yang keluar bebas dari mulut Bibi Cha itu. Dengan sigap, Bibi Cha secara bergantian memberikan air minum kepada kedua pemuda tersebut.

"N-ne?" Wonwoo yang terkejut dan tidak percaya, sedang mencoba untuk meyakinkan diri bahwa yang ia dengar tadi adalah nyata. Sedangkan Hoshi, ia yang tidak kalah terkejut menatap sang ibu dengan tatapan mata yang sangat jelas menyorotkan rasa tidak percaya dan meminta penjelasan.

"Wae, Eomma?" Tanya Hoshi dengan suara lirih.

"Maaf, Sayang. Mungkin ini terlalu membingungkan untukmu, tapi seperti yang sudah kau ketahui bahwa sekarang Wonwoo sudah tinggal bersama kita, jadi agar lebih akrab makanya eomma meminta Wonwoo untuk memanggil eomma juga terhadap eomma. Tidak apa-apa kan, Sayang?" Bibi Cha mencoba menjelaskan secara singkat kepada Hoshi tentang keinginan kecilnya. Wanita itu juga meraih tangan Hoshi seolah sedang meminta izin pada sang putra.

Wonwoo yang merasa paling tidak enak hati saat ini. Terlebih pada Hoshi. Melihat raut wajah Hoshi sekarang ini, membuat Wonwoo yakin pasti Hoshi sangat tidak setuju dengan niat yang diutarakan oleh ibunya tadi. Apalagi, Hoshi belum tahu apa yang menjadi penyebab sebenarnya kenapa Wonwoo bisa masuk ke dalam keluarga kecilnya. Wonwoo sama sekali tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi Hoshi saat nanti ia sudah tahu semuanya. Memikirkannya saja sudah membuatnya merasa ngeri. Wonwoo sepertinya tidak akan pernah siap.

"Ti-tidak, Bi. Tidak perlu sampai seperti itu. Sudah diizinkan untuk tinggal di sini bersama kalian saja, aku sudah sangat berterima kasih, Bi. Jadi-"

"Aku sudah selesai. Aku akan keluar sebentar untuk mencari udara segar." Kata Hoshi memotong kalimat Wonwoo yang belum selesai dikatakannya. Ia langsung berdiri dan meninggalkan meja makan, melangkahkan kakinya menuju pintu utama untuk keluar dari rumah itu. Hoshi tetap pergi, sama sekali tidak menggubris panggilan sang ibu yang terus menyerukan namanya serta menanyakan ke mana Hoshi akan pergi.

Wonwoo semakin merasa tidak enak kepada Hoshi. Kedua matanya yang sudah berair, terus menatap ke arah pintu yang sudah kembali tertutup setelah baru saja dilewati oleh Hoshi. Bibi Cha yang mulai paham dengan apa yang sedang terjadi lalu mencoba untuk menenangkan Wonwoo yang gelisah.

"Bagaimana ini, Bi? Pasti Soon Young sangat marah padaku. Bibi seharusnya tidak mengatakan itu di depannya."

"Tidak apa-apa, Woo. Biar bibi yang akan memberitahunya nanti. Kau tidak perlu khawatir, eum?"

"Tapi, Bi-"

"Ssstt. Gwaenchana. Kau berangkat kerja, kan? Sekarang kau bersiaplah. Biar bibi yang akan menyusul Soon Young. Dan satu lagi, mulai detik ini panggil saja eomma. Mengerti?"

Wonwoo tidak langsung menjawab dan juga mengiyakan. Ia masih tampak sangat ragu.

"Jeon Wonwoo?" Bibi Cha menyadarkan lamunan singkat Wonwoo, "kau dengar, kan?"

"N-ne, Eom-ma."

"Bagus. Selesaikan makanmu. Jika sudah, cepat bersiap. Eomma akan menyusul Soon Young dulu. Jangan pergi sebelum eomma kembali. Eomma yang akan mengantarkanmu. Oke?" Setelah melihat anggukan kecil yang diberikan oleh Wonwoo, Bibi Cha segera bangkit dan bergegas menyusul Hoshi yang entah akan pergi ke mana.

Setelah ia melihat Bibi Cha telah menghilang di balik pintu utama rumah yang masih terjangkau di penglihatannya, Wonwoo berteriak tertahan. Rambutnya yang awalnya masih berantakan, akhirnya semakin berantakan karena ia mengacaknya secara kasar. Merasa sangat frustasi karena masalah rumit kembali terjadi.

"Aish, sial!"
































To be Continued!
30 November 2020

The Gift || SEVENTEEN [COMPLETE]Where stories live. Discover now