Chapter 20 - Fact

313 47 5
                                    

"Kali ini apalagi? Ceritakan saja. Aku mungkin memang tidak bisa membantumu, tapi aku bisa menjadi pendengar yang baik."

"Hoshi-ya, bagaimana menurutmu jika aku pergi menemui ayahku?"

"Eh? Jadi kau melamun tidak jelas di sini hanya karena memikirkan itu?" tanya Hoshi tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.

"Hya, bukan seperti itu. Ada sesuatu hal yang terus menganggu pikiranku." Kata Wonwoo yang kemudian menundukkan kepalanya.

"Apa itu, hah? Menemui ayahmu bukanlah hal yang harus dipikirkan seserius itu, Jeon Wonwoo. Jika ingin bertemu, ya temui saja. Lagi pula, bukankah kau sudah sangat merindukannya?" Wonwoo menatap Hoshi. Yang dikatakan Hoshi memanglah benar. Untuk hal yang sepele seperti ini, seharusnya Wonwoo tidak perlu memikirkannya berlarut-larut. Tetapi, ketika mengingat lagi isi surat yang ayahnya berikan melalui perantara Bibi Cha, membuat hati Wonwoo kembali berkecamuk. Rasa rindu, kecewa, marah dan penasaran, bercampur menjadi satu.

"Ayahku menitipkan sebuah surat untukku melalui Bibi Cha."

"Lalu apa masalahnya?" tanya Hoshi yang tidak mengerti.

"Kecelakaan yang terjadi kepada keluargaku, ayahku mengatakan jika memang ia sengaja melakukannya."

"Apa?!" Tentu saja Hoshi terkejut mendengar apa yang baru saja dituturkan Wonwoo. Kedua matanya membola, merasa sangat tidak percaya. Gila.

"Ya, itu isi surat yang ayahku berikan. Ayahku ketahuan melakukan korupsi dan sedang dicari polisi kala itu. Ayahku merasa malu padaku dan ibuku, hingga ia tidak berani untuk mengatakan hal tersebut. Dan akhirnya ayahku gelap mata dan merencanakan kecelakaan itu. Dengan harapan, kami sekeluarga mati seketika tanpa ada rasa sakit yang terasa." Wonwoo kembali menunduk. Di ujung kalimatnya terdengar bergetar, seperti menahan agar tidak menangis. Hoshi menganga tidak menyangka. Apa yang baru saja didengarnya ini, bukanlah hal yang masuk di nalar. Bagaimana bisa seorang ayah tega melakukan hal gila semacam itu.

Memang tidak bisa diterima dengan akal sehat, apa yang sudah dilakukan oleh Seong Hun pada keluarganya dua tahun lalu. Karena tidak ingin mengecewakan keluarga kecilnya dengan mengakui semua kesalahan yang sudah ia perbuat, Seong Hun akhirnya malah memutuskan untuk merencanakan kecelakaan tersebut. Dan dengan begitu ia dan keluarganya tidak akan menanggung malu.

Namun, ternyata Tuhan punya kehendak lain. Kecelakaan itu tidak membuahkan hasil seperti yang diinginkannya. Ia yang berniat untuk membawa seluruh keluarganya ke alam baka, ternyata malah kekacauan semakin menggila yang didapatnya. Istrinya Mi Hyun meninggal dunia, ia sendiri selamat dan hanya mengalami luka-luka. Sementara anak semata wayangnya, Jeon Wonwoo, mengalami luka parah hingga menyebabkannya koma. Semuanya tidak sesuai dengan yang diharapkannya.

"Selain itu, ayahku juga menuliskan bahwa ada orang lain yang ikut menjadi korban dari kecelakaan di malam Natal itu." Lanjut Wonwoo yang perlahan-lahan mengangkat kepalanya. Menatap Hoshi yang sama sekali tidak mengatakan barang sekata, semenjak ia memulai ceritanya tadi. Manik mata berwarna biru itu sudah tergenang air yang siap meluncur dalam satu kedipan saja.

Ekspresi wajah Hoshi mendadak berubah ketika Wonwoo mulai menyebutkan bahwa ada orang lain yang turut menjadi korban pada kecelakaan itu. Jakunnya naik turun menelan ludah, saat Wonwoo menatapnya dengan raut wajah yang menurutnya menyiratkan kesedihan dan rasa bersalah.

"Si-siapa? Kau mengenalnya?" Hoshi bertanya dengan hati-hati. Melihat raut wajah Wonwoo saat ini, entah mengapa membuatnya menjadi sedikit was-was.

"Ani." Wonwoo menggeleng. Membuat Hoshi sedikit merasa lega karena yang ditakutkannya tidak terjadi.

"Ayahmu tidak mengatakan lebih rinci?"

"Tidak. Dia hanya menuliskan jika ia sangat pantas untuk dihukum karena selain mencoba membunuh keluarganya sendiri, ia juga telah membuat orang lain mengalami luka berat hingga koma." Wonwoo menudukkan kepalanya lagi. Bahkan lebih dalam dari sebelumnya. Samar-samar tubuhnya terlihat bergetar.

Hoshi tahu jika Wonwoo sudah menangis sekarang. Salah satu tangannya terangkat. Ia ingin sekali menepuk-nepuk punggung Wonwoo. Dengan harapan bisa mengurangi kesedihan yang dirasakannya walau hanya sedikit. Namun, tentu saja usahanya berujung gagal. Hoshi sama sekali tidak bisa menyentuh Wonwoo.

"Aku-aku merasa sangat bersalah kepada orang itu. Dia tidak bersalah, tetapi harus ikut menderita karena perbuatan jahat ayahku. Aku ingin tahu siapa orang itu, bertemu dengannya, dan meminta maaf kepadanya serta keluarganya." Kata Wonwoo di sela tangisnya yang terdengar memilukan. Tatapan Hoshi meluruh sendu. Seolah ikut merasakan apa yang sedang dirasakan oleh Wonwoo. Ia kembali mengulurkan tangannya, hingga posisinya kini berada tepat di atas punggung Wonwoo. Hoshi lalu menutup erat kedua matanya, kemudian melipat bibirnya rapat-rapat.

"Gwaenchana, Wonwoo-ya. Gwaenchana."

Wonwoo langsung terdiam ketika mendengar suara Hoshi. Tidak, lebih tepatnya ia merasa terkejut karena bersamaan dengan itu, Wonwoo merasakan ada tepukan-tepukan yang menenangkan di punggungnya. Tidak mungkin setuhan itu berasal dari tangan Bibi Cha, karena ia yakin hanya ada dirinya dan Hoshi di sana. Wonwoo mengangkat kepalanya. Kedua matanya langsung tertuju pada Hoshi yang lebih dulu menatapnya.

"Ho-Hoshi-ya, kau?!"

"Menangislah sepuasmu, tapi berjanjilah bahwa ini tangisanmu yang terakhir. Aku mungkin tidak pantas untuk mengatakan ini, tapi bukankah kau seharusnya lebih kuat dari pada ini, Jeon Wonwoo?"

Wonwoo hanya diam tidak menjawab. Ia tampak seperti orang linglung saat ini. Begitu terkejut melihat Hoshi yang bisa menyentuhnya, di sisi lain ia juga sedang meresapi apa yang baru saja Hoshi katakan kepadanya.

Ketika belum sepenuhnya ia bisa memahami situasi, Wonwoo kembali dibuat tercengang tatkala Hoshi menarik tubuhnya dalam sebuah pelukan yang tidak terasa hangat namun entah mengapa bisa begitu menenangkan bagi Wonwoo. Sangat jelas ia merasakan usapan dan tepukan pelan itu di punggungnya. Meskipun ia masih tidak begitu bisa mencerna apa yang sedang terjadi, tapi pada akhirnya Wonwoo terbawa dengan suasana juga. Ia kembali menangis di dalam dekapan Hoshi. Hingga beberapa menit pun berlalu. Hanya terdengar dengungan tangis Wonwoo selama waktu tersebut. Tidak ada kata yang keluar dari mulut Hoshi. Ia mencoba membiarkan Wonwoo untuk meluapkan seluruh keluh kesah yang mungkin sudah sesak terpendam di dadanya.

Brak!

"Jeon Wonwoo! Wonwoo-ya!"

Saat Hoshi dan Wonwoo sedang dalam situasi yang begitu emosional, tiba-tiba terdengar suara gebrakan keras yang berasal dari suara pintu yang ditutup kasar, lalu disusul dengan teriakan-teriakan panik dari Bibi Cha yang terlihat setengah berlari dari dalam rumah.

Wonwoo yang melihat itu, buru-buru menghapus air matanya dan kemudian bangkit menghampiri Bibi Cha. Meninggalkan Hoshi yang kini juga ikut bangun dari duduknya. Menatap nanar Wonwoo yang juga mendadak khawatir melihat ibunya seperti itu.

"Ada apa, Bi? Kenapa Bibi begitu panik?" tanya Wonwoo pada Bibi Cha.

"Bagimana ini, Wonwoo? Uri Soon Young, dia, dia kritis." Bibi Cha bercerita dengan tubuh yang sudah bergetar. Wonwoo yang terkejut, mencoba untuk tetap tenang. Ia rengkuh tubuh Bibi Cha dan memeluknya erat. Mengatakan bahwa Soon Young akan baik-baik saja.

Di sela-sela itu, Wonwoo memutar sedikit kepalanya untuk menatap Hoshi, yang kini tengah terdiam menatapnya dan Bibi Cha. Ya, Wonwoo tentu saja tahu. Dari yang dulu Hoshi pernah ceritakan, Hoshi yang tiba-tiba kritis mungkin akibat dari usahanya yang mencoba untuk menyentuh dan memeluknya tadi. Dan kedua mata biru itu seketika membola saat melihat sesuatu yang aneh terjadi pada roh Hoshi. Wonwoo berharap yang ia lihat saat ini adalah salah. Yang ia lihat bahwa roh Hoshi yang sama-samar mulai menghilang, Wonwoo tidak ingin mempercayai itu. Seketika itu, Wonwoo menjadi takut jika sesuatu yang buruk akan terjadi pada Hoshi. Jika ketakutannya itu benar-benar terjadi, maka ia tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri.



























To be Continued!
22 Agustus 2020


The Gift || SEVENTEEN [COMPLETE]Where stories live. Discover now