Chapter 19 - Give Up

390 50 2
                                    

Siang itu, Wonwoo yang baru saja selesai berbelanja bulanan pesanan Bibi Cha, sedang menunggu bus di halte yang letaknya tidak jauh dari supermarket tempatnya berbelanja tadi. Wonwoo menarik tudung jaket hitamnya ketika ia mulai merasa risih saat mendapatkan tatapan aneh dari orang-orang di sekitarnya.

"Sial!" Sayangnya, Wonwoo hanya bisa mengumpat dalam hati. Bagi Wonwoo, orang-orang itu melihatnya seperti tak ubahnya sesosok monster.

Sampai pada akhirnya, bus yang ditunggu pun tiba. Wonwoo yang merasa terselamatkan oleh itupun langsung membereskan barang bawaannya dan segera masuk ke dalam bus. Ia memilih tempat duduk di pojok belakang. Dengan harapan ia tidak akan lagi menjadi pusat perhatian. Memandang keluar melalui jendela bus menjadi pilihan agar orang-orang tidak bisa melihat mata birunya.

Setelah beberapa waktu perjalanan, bus yang dinaiki Wonwoo akhirnya sampai di pemberhentian terdekat dengan rumah Bibi Cha. Wonwoo yang sudah tidak betah lagi bergegas menuruni bus, kemudian langsung berjalan cepat menuju rumah.

"Hei, Jeon Wonwoo!"

Wonwoo menoleh sekilas ke arah sampingnya ketika mendengar ada suara yang memanggil namanya. Ia melihat sudah ada Hoshi yang berjalan beriring bersamanya. Hoshi merasakan ada yang aneh karena Wonwoo tidak seperti biasanya. Tampak lebih lesu dan murung.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Hoshi.

"Eoh." Jawab Wonwoo tanpa menoleh lagi pada Hoshi. Ia malah mempercepat langkahnya, meninggalkan Hoshi yang berhenti dan menatap heran kepadanya.

"Ada apa dengannya? Aneh sekali." Hoshi bergumam, melihat ke arah Wonwoo yang kini telah masuk ke dalam rumahnya.

Sementara Wonwoo yang baru saja sampai di rumah, langsung meletakkan barang belanjaannya ke atas meja makan. Seperti tidak menyadari keberadaan Bibi Cha yang sedang mencuci gelas kotor, Wonwoo langsung beranjak pergi menuju kamarnya. Bibi Cha yang tadinya hendak menyapa pun menatap heran pemuda itu. Pasalnya, tadi sebelum pergi Wonwoo masih baik-baik saja, tapi saat kembali Wonwoo malah terlihat murung.

"Huft!" Wonwoo melepas jaket dan melemparkannya ke sembarang arah. Ia langsung merebahkan tubuhnya ke tempat tidur tanpa peduli dengan jaketnya yang ternyata jatuh ke lantai.

Hoshi yang baru saja muncul, menatap Wonwoo yang memandang kosong langit-langit kamarnya. Ia lalu berjalan menghampiri Wonwoo dan ikut berbaring di sisi kosong tempat tidur. Wonwoo menoleh sekilas ke arah Hoshi tanpa berucap barang sekata. Ia hanya menghembuskan napas berat seolah memberi pertanda pada Hoshi bahwa ia sedang tidak dalam kondisi yang baik saat ini.

"Ada apa?" Tanya Hoshi.

"Hanya sedikit lelah saja." Jawab Wonwoo.

"Kau yakin?" Hoshi menatap Wonwoo.

"Eoh. Nan gwaenchana."

Meskipun ia masih tidak yakin dengan jawaban yang diberikan Wonwoo, Hoshi mengangguk mengiyakan. Setelah itu tidak ada percakapan lagi di antara keduanya. Hening untuk beberapa saat. Hanya Hoshi yang sesekali melirik ke arah Wonwoo. Menunggu mungkin saja pemuda di sampingnya itu mau berbagi keluh kesah dengannya.

"Hoshi-ya?" Hoshi langsung menoleh ketika Wonwoo akhirnya memanggil namanya. "Menurutmu, kenapa Tuhan memberikan mata biru aneh ini kepadaku?" Lanjut Wonwoo yang kini juga menatap ke arahnya.

Hoshi tidak langsung menjawab. Tentu saja karena Hoshi juga tidak tahu. Ia sendiri bahkan masih tidak mengerti kenapa Tuhan mempertemukannya dengan Wonwoo menggunakan cara yang seperti ini. Ya, karena pada dasarnya, semua kenyataan ini terlalu mendadak bagi mereka berdua.

"Entahlah. Aku sendiri juga tidak tahu. Tapi yang pasti, mungkin Tuhan memiliki suatu rencana untukmu."

"Aku lelah. Rasa-rasanya seperti ingin menyerah saja. Mata ini, aku tidak suka."

The Gift || SEVENTEEN [COMPLETE]Where stories live. Discover now