Chapter 34 - Angel?

281 42 7
                                    

Wonwoo sedang duduk bersama dengan seorang pemuda yang tidak kalah tampan darinya. Pria yang mengaku bernama Mingyu itu sedari tadi terus menatapnya tanpa henti. Tentu saja itu membuat Wonwoo merasa tidak nyaman.

Setelah pertemuan singkat antara keduanya di depan restoran tadi, akhirnya Wonwoo menyetujui ajakan Mingyu untuk mengobrol sebentar. Tapi, sudah sepuluh menit berlalu, Mingyu sama sekali belum membuka mulutnya. Wonwoo merasa terintimidasi sekarang ini.

"Matamu bagus."

"Ne?" Wonwoo yang sedari tadi terus mencoba tidak menatap Mingyu, matanya langsung terbelalak ketika mendengar kalimat singkat yang baru saja terlontar dari bibir merah lelaki itu. Seketika bulu kuduk Wonwoo berdiri saat melihat Mingyu yang tersenyum aneh kepadanya.

"Aku menyukai matamu itu. Tapi aku ingin menawarkan sesuatu yang mungkin saja akan membuatmu senang."

Wonwoo mengernyit. Bingung dan tidak mengerti dengan apa yang baru saja dikatakan Mingyu. Penawaran apa yang akan membuatnya senang? Wonwoo mendadak penasaran.

"Maksudmu?"

"Bukankah dengan matamu itu, kau bisa melihat mereka yang tidak kasat mata?"

Untuk kesekian kalinya Wonwoo terkejut dan dibuat bingung dengan perkataan Mingyu. Bagaimana pemuda itu bisa tahu tentang matanya? Padahal hanya Bibi Cha dan Seungcheol yang baru mengetahuinya. Apa iya, Bibi Cha atau Seungcheol yang memberitahu Mingyu? Namun Wonwoo segera menggelengkan kepalanya cepat. Menepis semua kemungkinan yang sudah jelas adalah hal mustahil itu.

Seungcheol saja tidak mengenal Mingyu. Itu terbukti saat tadi ia meminta izin mengobrol dengan Mingyu, Seungcheol malah bertanya siapa sosok Mingyu tersebut. Hal itu yang membuat Wonwoo yakin jika Seungcheol sudah pasti tidak mengenal Mingyu. Bibi Cha? Apakah mungkin benar Bibi Cha? Tapi yang Wonwoo tahu, Bibi Cha bukanlah tipe orang yang akan membocorkan hal yang cukup sensitif seperti ini. Entahlah.

"Sebenarnya kau ini siapa? Katakan dengan jelas apa maksud dan tujuanmu. Aku masih banyak pekerjaan." Tukas Wonwoo. Ia ingin pria yang duduk di depannya ini untuk cepat berterus terang saja.

"Aku Kim Mingyu. Aku adalah malaikat?"

"Eh? Apa kau bilang? Malaikat? Hya! Yang benar saja!" Wonwoo hampir saja mengumpat kalau saja dia tidak ingat bahwa ia sedang di tempat kerja. Pikirnya mungkin Mingyu ini sudah gila. Atau memang sangat gila?

"Sudah kuduga kau tidak akan percaya."

Oh, ayolah. Hidup Wonwo sudah begitu sulit setelah mendapatkan mata biru itu. Ia tidak mau tambah dibuat pusing lagi dengan segala omong kosong dari pria yang mengaku seorang malaikat itu.

"Ah, sudahlah. Mungkin sudah cukup sampai di sini saja obrolan kita, Mingyu-ssi. Aku lelah. Dan aku masih banyak pekerjaan."

"Aku punya cara untuk mengembalikan matamu kembali normal."

Wonwoo yang sudah berdiri dan hendak melangkah pergi, tiba-tiba terpaku di tempatnya. Suara Mingyu memang tidak keras, bahkan terdengar lirih. Tapi telinga Wonwoo begitu jelas mendengar apa yang baru saja dikatakan Mingyu. Ia kembali duduk dan menatap Mingyu dengan tatapan tidak percaya. Sorot mata itu juga penuh tuntutan. Ia ingin secepatnya mendapat penjelasan terkait itu.

"Apa maksudmu?" tanya Wonwoo menuntut jawaban pasti.

"Ya, seperti yang kubilang. Aku memiliki cara agar kau bisa terbebas dari keistimewaan mata birumu itu. Oh, atau mungkin kau menyebutnya dengan kutukan?" Jawab Mingyu dengan smirk yang tercipta di wajahnya. Sial, entah kenapa Wonwoo jadi semakin muak melihat wajah itu.








***








Tidak seperti biasanya, hari ini Seventeen Restaurant tutup lebih awal. Dengan alasan ingin menjenguk Hoshi dan Bibi Cha, Seungcheol memulangkan teman-temannya di saat hari masih cukup terang benderang. Dan saat mendengar bahwa Seungcheol akan pergi ke rumah sakit, Jeonghan dan Joshua pun memutuskan untuk ikut. Karena sudah lama juga kedua orang itu tidak menjenguk Hoshi dan Bibi Cha.

Wonwoo yang memang sudah mempunyai niat akan pergi ke rumah sakit seusai bekerja, akhirnya ikut pergi bersama mereka. Mereka pergi bersama dengan menaiki mobil milik Seungcheol. Seungcheol juga sempat mengatakan akan mengantarkan Wonwoo ke rumah jika nanti ia ingin pulang.

Setelah beberapa waktu perjalanan, akhirnya empat pemuda tampan itu sampai juga di Rumah Sakit Seoul, tempat di mana Hoshi alias Soon Young masih dirawat. Melewati lorong demi lorong yang bau obatnya semakin menusuk indra penciuman itu. Selama perjalanan, tampak Seungcheol yang terus merangkul Wonwoo dan mengajaknya mengobrol ringan bersama dengan Jeonghan serta Joshua juga.

Sepertinya Seungcheol tahu, kalau Wonwoo sedang didekati dan diganggu oleh makhluk-makhluk yang ia sendiri tidak bisa lihat. Seungcheol mengetahui itu, karena ia sempat melihat kedua mata biru Wonwoo yang berkilat beberapa kali. Ditambah juga Wonwoo sempat beberapa kali menunjukkan gelagat aneh.

Wonwoo yang juga mengerti bahwa Seungcheol ingin membuatnya terhindar dari mereka yang mencoba menempel padanya, ia pun juga sempat mengucapkan terima kasih kepada Seungcheol meskipun hanya dengan gerakan isyarat saja. Ia merasa beruntung dan bersyukur bahwa sekarang ada yang mulai memahami kondisinya jika berada di tempat umum sepert ini.

Cekrek!

Pintu itu terbuka lebar. Bibi Cha yang sedang membaca bukunya tersentak kaget. Ia langsung menoleh ke arah pintu yang kini sudah kembali tertutup. Empat pemuda tampan sudah berada di dalam ruang rawat Hoshi. Bibi Cha tersenyum lebar ketika melihat kedatangan mereka.

"Jeonghan-ah. Shua-ya. Akhirnya kalian datang." Bibi Cha buru-buru menghampiri Jeonghan dan Joshua setelah sebelumnya ia meletakkan buku bacaannya di nakas. Berhambur memeluk kedua pemuda itu bergantian. Seungcheol tersenyum melihat pemandangan itu, sembari ia meletakkan satu bungkusan berisi buah yang tadi sempat dibelinya saat perjalanan di sofa.

"Annyeonghaseyo, Bibi." Sapa Jeonghan dan Joshua bersahutan. Mereka membalas pelukan hangat yang diberikan Bibi Cha.

"Sudah lama sekali. Bibi pikir kalian lupa dengan Bibi dan Soon Young." Kata Bibi dengan wajah yang terlihat sedikit kecewa.

"Aih, tidak mungkin, Bibi. Kami memang sedang sibuk saja." Jeonghan meminta maaf sembari menggenggam tangan kanan Bibi Cha.

"Maafkan kami ya, Bi." Joshua menambahi.

"Ya sudah, tidak apa-apa. Bibi sangat senang bisa bertemu dengan kalian lagi."

Mereka pun akhirnya berbincang bersama di sana. Duduk di sofa dan tampak asyik mengobrol. Bertukar kabar dan apapun itu. Hingga akhirnya Wonwoo menyadari bahwa roh Hoshi sudah muncul di ruangan yang sama. Jelas Wonwoo melihat Hoshi yang sedang berdiri mematung di sudut ruangan, menatap mereka yang ada di sana dengan sosot mata sendu. 

Di saat Wonwoo sedang memikirkan cara agar Hoshi menatap fokus ke arahnya, namun tiba-tiba kedua pasang mata itu pun akhirnya bertemu tanpa sengaja. Ekspresi Hoshi tidak berubah. Wonwoo sangat merasakan aura kesedihan yang terpancar jelas dari tatapan mata itu. Sampai beberapa menit kemudian, roh Hoshi menghilang begitu saja dalam sekejap.

Wonwoo hampir saja keceplosan memanggil nama Hoshi, namun segera teringat bahwa saat ini sedang ada Jeonghan dan Joshua juga di antara meraka. Wonwoo langsung memutar otaknya. Mencari cara agar ia bisa segera pergi menyusul Hoshi. Banyak yang ingin Wonwoo tanyakan, dan banyak juga yang ingin ia ceritakan kepada Hoshi.

"Ah, permisi. Maaf menyela, tapi sepertinya aku harus pergi ke toilet." Alasan klasik, namun tampaknya memang cara paling ampuh untuk keterdesakan dalam segala hal.

"Geurae, Wonwoo-ya." Kata Bibi Cha, yang diikuti anggukan kepala dari mereka yang lainnya. Jeonghan, Joshua dan Seungcheol.


































To be Continued!
20 September 2020

The Gift || SEVENTEEN [COMPLETE]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن