Chapter 1 - The Beginning

1.3K 111 10
                                    

Seoul, 24 Desember 2013, 21.00 KST.

Natal tinggal beberapa jam lagi. Tapi sesuatu yang buruk tengah menanti Keluarga Jeon. Sesuatu yang sudah direncana tapi tidak ada satupun yang tahu akan hal itu. Dan mereka menyebutnya dengan, takdir.

Malam itu, turun salju. Tak terlalu deras, tapi cukup membuat jalanan menjadi licin akibat salju tipis yang menimpanya. Keluarga Jeon sedang berada di dalam sebuah mobil yang melaju. Mereka dalam perjalanan kembali ke rumah, setelah sebelumnya mereka makan malam bersama di sebuah restoran yang ada di Seoul.

Tuan Jeon—Jeon Seong Hun—yang menyetir, entah mengapa sedikit demi sedikit mulai menambah kecepatan mobilnya. Tidak peduli pada jalanan yang licin, kini ia telah membuat Nyonya Jeon—Woo Mi Hyun—yang duduk di sebelahnya mulai merasa sedikit cemas. Sementara Wonwoo yang duduk di belakang tampak sibuk sendiri dengan ponselnya. Sama sekali tidak mempedulikan sang ayah yang bisa saja membahayakan nyawa mereka.

"Yeobo! Tolong pelan sedikit!" pinta Mi Hyun yang tampak ketakutan.

"Tenang saja, Yeobo. Tidak akan terjadi apa-apa," kata Seong Hun mencoba menenangkan istrinya tanpa mengurangi kecepatan mobil yang dikendarainya.

Mi Hyun tak berhenti mengoceh pada suaminya. Memintanya untuk mengurangi kecepatan karena jalanan yang licin. Tetapi, Seong Hun, yang adalah seorang manager di sebuah perusahaan dan juga pemilik SVT Cafe itu tak mengindahkan ocehan istrinya. Ia hanya tersenyum dan mengatakan jika semuanya akan baik-baik saja. Ia beralasan jika ingin segera sampai rumah karena harus ke toilet.

"Eomma, percaya saja pada Appa. Bukankah Appa tidak pernah berbohong kepada kita?" Wonwoo yang sedari tadi diam itu kini ikut buka suara.

Seong Hun menatap putranya melalui kaca spion dalam. Ia menatap pemuda 18 tahun itu penuh arti. Tatapan mata yang seolah menyiratkan sesuatu. Wonwoo yang tahu ayahnya sedang menatapnya pun membalas itu dengan sebuah senyuman tipis. Lalu mengacungkan jempol kanannya pada Seong Hun. Seong Hun tersenyum.

Jeon Wonwoo, putra semata wayang keluarga kecil Jeon itu memang sangat menghormati ayahnya—Seong Hun. Baginya, sang ayah adalah sosok yang sangat baik. Pria penuh tanggung jawab dan pekerja keras. Ayahnya juga punya sifat tegas tapi berhati lembut. Maka dari itu, sejak kecil Wonwoo sangat patuh pada ayahnya dan merasa bangga memiliki ayah seperti Jeon Seong Hun.

"Eomma hanya memperingatkan saja. Eomma tidak ingin keluarga kita terluka, Woo."

"Percaya padaku, Hyun. Kau dan Wonwoo, tidak akan pernah merasakan apa itu yang disebut sakit." Seong Hun mengusap tangan istrinya.

Mi Hyun menatap dua prianya bergantian. Perlahan hatinya mulai tenang. Ia mengambil napas panjang dan membuangnya perlahan. Mereka—Wonwoo dan Seong Hun—memang selalu bisa membuatnya tenang. Dan Mi Hyun sangat percaya pada mereka berdua. Tetapi, meskipun begitu, tetap saja rasa cemas masih terselip di hatinya.

"Aku percaya padamu, Yeobo!"gumam Mi Hyun dalam hatinya yang gelisah.

Mi Hyun lalu membenarkan duduknya, mencari posisi ternyaman. Sesekali wanita paruh baya yang masih terlihat cantik, meskipun sudah mempunyai anak berusia 18 tahun itu menatap Seong Hun yang mengemudikan mobilnya semakin cepat. Tangannya terlihat memegangi erat sabuk pengaman yang terlilit di tubuhnya. Entah kenapa, wanita itu semakin terlihat tegang.

Wush!

Mobil itu melaju semakin cepat di jalanan yang terlihat lengang. Jumlah mobil yang melintas bahkan bisa dihitung dengan jari. Mungkin karena itu pula, Seong Hun makin berani menaikkan kecepatan mobilnya.

The Gift || SEVENTEEN [COMPLETE]Where stories live. Discover now