Chapter 27 - Why, Dad?

296 49 8
                                    

Wonwoo sedang duduk di sebuah kursi di dalam sebuah ruangan yang lumayan besar. Ruangan itu terbagi dua dan bersekat-sekat. Selain itu dibatasi oleh kaca transparan yang terlihat sangat tebal. Sudah hampir sepuluh menit pemuda bermata biru itu duduk di sana di salah satu bilik. Mengedarkan pandangan ke setiap sudut ruangan yang sedikit membuatnya penasaran.

Hingga tidak lama kemudian, dari kaca yang ada di depannya dapat ia lihat dua orang pria baru saja muncul dari balik pintu besi di sana. Seorang yang tampak gagah dengan seragam sipir, sedangkan satu orang lain tampak renta dengan baju dan celana dengan warna senada yaitu biru, lengkap dengan beberapa kombinasi angka yang tertempel di dada sebelah kirinya. Pria itu terlihat terkejut ketika melihat kedatangan Wonwoo. Pun dengan Wonwoo. Lagi-lagi mata birunya tampak indah karena air mata yang sudah menggenang di sana.

"Appa!" seru Wonwoo ketika pria yang sudah beruban itu telah duduk di kursi yang ada di seberang biliknya.

Jeon Seong Hun. Iya, benar. Yang sedang ditemui oleh Wonwoo siang ini memanglah sang ayah. Pria yang juga berkaca-kaca itu lalu meraih gagang telepon yang ada di depannya. Menempelkannya ke telinga dan mengucapkan sesuatu sesaat setelah Wonwoo melakukan hal yang sama.

"Wonwoo-ya?" Suara itu terdengar berat dan bergetar. Wonwoo yang akhirnya bisa mendengar suara sang ayah setelah sekian lama pun tidak bisa lagi untuk menahan tangisnya. Meskipun tanpa isakan, tapi terlihat sangat menyayat hati siapapun yang melihatnya. Terlepas dari semua yang sudah terjadi, perasaan rindu yang sangat mendalam tentu tidak bisa ditutupi begitu saja oleh Wonwoo dan ayahnya, Seong Hun.

Butuh beberapa waktu untuk keduanya menstabilkan perasaan masing-masing. Hanya saling tatap dalam diam. Wonwoo mengambil napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya perlahan.

"Appa, waegeurae?" Wonwoo mulai membuka pembicaraan. Suaranya lirih dan masih sedikit bergetar. Ekspresi wajahnya pun kini berbeda. Sama sekali berbeda dari pertama kali tadi ia melihat wajah sang ayah. Sekarang sedikit lebih datar dan juga dingin.

"Wonwoo-ya,"

"Katakan padaku jika semua yang aku dengar itu tidaklah benar, Appa! Kumohon!" Wonwoo mulai menaikkan nada bicaranya. Air matanya pun kembali membasahi kedua pipinya yang bahkan belum kering.

"Mianhae, Adeul. Maafkan ayahmu ini." Seong Hun tertunduk. Ia sangat malu atas apa yang sudah dilakukannya selama ini. Air mata pria itu juga mengalir deras di wajahnya yang mulai berkeriput.

Seong Hun yang tidak mungkin lagi bisa berbohong kepada Wonwoo, akhirnya mulai menceritakan semuanya secara detail. Bagaimana semuanya bisa terjadi seperti ini. Seong Hun menjelaskan semuanya. Wonwoo yang mendengarkan, tidak berucap barang sekata. Tidak ingin memotong, hanya ingin mendengar. Karena memang sekarang ini yang ia butuhkan hanyalah sebuah penjelasan.

"Appa benar-benar menyesal, Wonwoo-ya. Seharusnya appa menanggung semuanya sendiri, tapi appa malah membuat kau dan ibumu menderita seperti ini. Mianhae, jeongmal mianhae, Wonwoo-ya." Ujar Seong Hun di akhir ceritanya. Tangisnya tidak putus-putus saat bercerita. Terdengar sesak tidak hanya di telinga, namun juga di hati.

"Benar. Seharusnya appa yang mati, bukannya eomma!" tukas Wonwoo dengan mata yang tajam. Seong Hun menatap sang putra nanar. Membiarkan Wonwoo melampiaskan kemarahan dan kekecewaan yang dirasakannya selama ini. Karena bagaimanapun memang sudah seharusnya ia mendapatkan perlakuan seperti itu. Toh, ia juga sudah memprediksi dan siap dengan semua ini. Hingga ketika ia menyadari sesuatu yang aneh terjadi pada diri Wonwoo. Ia memicingkan matanya ketika jelas melihat kedua mata Wonwoo yang berkilat indah.

"Won-woo-ya, a-apa yang terjadi dengan matamu?" Seong Hun tampak terkejut dengan hal yang baru saja dilihatnya. Ia memang sudah mendengar dari Bibi Cha tentang perubahan mata Wonwoo itu, tapi ia tidak menyangka jika hal itu benar adanya. Ditambah lagi, mata biru itu berkilat sangat cantik tadi.

The Gift || SEVENTEEN [COMPLETE]Место, где живут истории. Откройте их для себя