Chapter 74 - Please Help Me! (Pt. 4)

185 34 12
                                    

Krieet!

Suara pintu gerbang terbuat dari kayu terdengar sedikit menusuk telinga dikarenakan mungkin usianya yang sudah tua. Wonwoo dan Hoshi yang berdiri di depan pintu gerbang tersebut sampai terkejut dibuatnya. Ketika pintu gerbang terbuka, tampak seorang wanita paruh baya dengan rambut sebahu yang menyambut kehadiran Wonwoo dan Hoshi.

"Annyeonghaseyo!" Sapa Wonwoo dan Hoshi bersamaan.

"Ne, annyeonghaseyo. Nu-nuguseyo?" Tanya Wanita tersebut ramah namun terlihat sedikit kebingungan, karena merasa asing dengan dua wajah tampan yang ada di hadapannya saat ini.

"Eum, kami-"

"Apa benar di rumah ini ada yang bernama Lee Jihoon?" Memotong kalimat Wonwoo yang hendak memperkenalkan diri, tanpa basa-basi Hoshi langsung menyebut nama Jihoon yang tentu saja membuat Wonwoo dan wanita paruh baya tersebut menjadi terkejut.

"Ne?!"

Dan di sanalah akhirnya mereka, di ruang tamu rumah Keluarga Lee. Duduk bersama Wonwoo dan Hoshi, serta Tuan dan Nyonya Lee yang adalah orang tua dari kakak beradik Jihoon dan Shi Hoon.

Sempat terjadi keheningan selama beberapa waktu saat itu. Hoshi dan Wonwoo hanya saling melempar pandang satu sama lain. Hoshi juga beberapa kali memberikan isyarat dengan mata kepada Wonwoo untuk cepat mengutarakan niat mereka datang ke rumah tersebut kepada Tuan dan Nyonya Lee.

Pun dengan Tuan dan Nyonya Lee. Kedua orang tersebut juga tampak sedikit kebingungan harus bagaimana dengan dua orang pemuda yang beberapa saat lalu sempat mengaku sebagai teman putra sulung mereka, Lee Jihoon. Jangan heran kenapa mereka bingung, karena sebagai orang tua yang dekat dengan anak-anaknya sampai mengenal hampir semua temannya, Tuan dan Nyonya Lee tidak pernah tahu kalau Jihoon juga mempunyai teman bernama Wonwoo dan Soon Young.

"Ah, iya, silahkan diminum dulu. Kalian berdua pasti lelah telah jauh-jauh datang ke sini." Tuan Lee mencoba mencairkan suasana agar tidak semakin canggung.

"N-ne, Paman." Jawab Wonwoo malu-malu, sembari meraih satu cangkir teh hangat yang telah disajikan di atas meja kaca di depannya.

"Ayo, Nak. Jangan malu-malu." Lanjut Nyonya Lee ikut mempersilahkan.

"Gamsahamnida, Bibi." Sahut Hoshi yang juga melakukan hal sama dengan Wonwoo. Menyeruput secangkir teh yang masih sedikit mengepulkan asap di atasnya.

"Jadi kalau boleh tahu, ada keperluan apa sampai kalian ingin bertemu dengan Jihoon malam-malam begini?" Tanya Tuan Lee membuka topik.

Sekali lagi, Wonwoo dan Hoshi saling melempar pandang. Hoshi pun masih mengisyaratkan dengan tegas melalui matanya, meminta Wonwoo untuk yang menjawab pertanyaan tersebut.

"Itu, eum, sebelumnya kami mohon maaf, Paman dan Bibi. Kami dengar adik Jihoon baru saja meninggal beberapa waktu lalu. Benarkah begitu?" Tanya Wonwoo tampak ragu-ragu. Ia takut kalau-kalau di kalimatnya ada yang salah dan akan menyakiti perasaan sepasang orang tua itu.

Tuan dan Nyonya Lee saling pandang. Jelas sekali tatapan mata mereka berubah. Terkejut, sedih, terluka. Semua perasaan semacam itu terlihat jelas dari mata mereka. Hembusan napas berat terdengar dari mulut Tuan Lee.

"I-iya, benar. Anak bungsu kami yang bernama Shi Hoon, adiknya Jihoon, baru saja meninggal karena kecelakaan sekitar dua minggu yang lalu." Jawab Tuan Lee dengan nada sedikit bergetar. Hatinya kembali terluka ketika harus teringat lagi pada sang putra yang sudah tiada.

"Kami turut berduka cita, Paman, Bibi." Kata Hoshi yang terdengar sangat tulus. Sampai Wonwoo saja sempat tertegun mendengar kalimat yang keluar dari mulut saudaranya itu.

The Gift || SEVENTEEN [COMPLETE]Where stories live. Discover now