Chapter 48 - Unfinished

Start from the beginning
                                    

"Hatimu lah yang akan memilih salah satu di antaranya."

"Hatiku?" Wonwoo kemudian terdiam. Mencerna satu kalimat jawaban yang telah dikatakan Wonwoo. 

"Jika seperti itu, bukankah akan membutuhkan waktu yang lama?"

"Kau hanya perlu percaya pada takdir, Jeon Wonwoo."








***








"Aku datang!"

Wonwoo baru saja sampai di Seventeen Restaurant. Hari ini, Wonwoo kembali ke rutinitasnya. Bekerja di restoran milik Seungcheol menggantikan Soon Young untuk sementara waktu.

Namun, mulai hari ini dan seterusnya mungkin akan sedikit berbeda. Ketika biasanya Wonwoo akan diantar oleh Bibi Cha saat hendak bekerja, maka mulai hari ini Wonwoo akan membiasakan untuk berangkat ke tempat kerja sendiri dengan menaiki bus atau alat transportasi umum lainnya.

Benar, itu dikarenakan Kwon Soon Young alias Hoshi yang sudah bangun dari komanya sejak hari kemarin. Sebenarnya Bibi Cha juga sudah memaksa untuk tetap mengantar Wonwoo saat akan berangkat bekerja. Namun, tentu saja Wonwoo menolak dengan keras hal tersebut. Wonwoo ingin Bibi Cha fokus saja kepada Hoshi yang memang lebih membutuhkan beliau. Terlebih, Hoshi masih belum pulih dan masih memiliki efek yang ditinggalkan akibat dari tidur panjangnya selama dua tahun lebih itu. Ya, Wonwoo hanya tidak ingin semakin merepotkan Bibi Cha.

"Oh, kau sudah sampai Woo? Bagaimana dengan keadaan Soon Young?" Tanya Jeonghan yang muncul dari arah dapur. Kedua tangannya yang masih sedikit basah karena baru selesai mencuci sayuran, ia usap-usapkan ke apron berwarna hitam yang telah dikenakannya.

"Dia masih seperti kemarin, Hyung. Tapi dia sudah bisa berbicara, kok. Ya, meskipun masih baru beberapa kata saja. Meminta minun, gerah, dan ya yang lainnya." Jawab Wonwoo.

"Ah, geurae?" Jeonghan yang mendadak menunjukkan raut wajah sedih membuat Wonwoo merasa tidak enak hati. Mungkin jawaban yang telah ia berikan tadi, tidak seperti yang diharapkan oleh Jeonghan. 

"Tapi kau tidak perlu khawatir, Hyung. Aku akan membantu Soon Young agar dia segera pulih. Aku janji." Wonwoo mencoba untuk membuat Jeonghan tidak bersedih lagi. Bukan semata-mata karena tidak ingin melihat Jeonghan menjadi murung, tapi Wonwoo memang telah berniat ingin membantu pemulihan pemuda yang bagaimanapun adalah kakaknya tersebut.

"Geurae, Jeon Wonwoo. Aku percayakan Soon Young padamu. Jika terjadi sesuatu atau kau dan Bibi Cha membutuhkan sesuatu, katakan saja padaku atau pada Joshua dan Seung Cheol. Mengerti?"

"Ne, Hyung. Araseo-yo- eh?" Wonwoo menghentikan kalimatnya tepat ketika terdengar sesuatu yang membuat telinga siapapun tergelitik mendengarnya. Telinga Wonwoo mendadak merah saat ia melihat Jeonghan yang terkekeh menatapnya. Ia lalu menggaruk-garuk tengkuk kepalanya menahan rasa malu yang sedang dirasakannya.

"Kau lapar? Kau belum sarapan? Perutmu sampai berbunyi begitu." Tanya Jeonghan yang di akhiri dengan kekehan kecilnya. Membuat Wonwoo tertawa malu sembari memegangi perutnya yang menjadi sumber tawa Jeonghan.

"Sebenarnya Bibi Cha sudah membelikanku roti isi tadi, Hyung. Tapi sepertinya itu masih tidak cukup untuk bisa mengenyangkan perutku." Jawab Wonwoo dengan tawa kikuk di akhir kalimatnya.

"Kajja. Aku akan membuatkan kau makanan. Seungcheol dan Joshua juga sedang sarapan di dalam sana." Kata Jeonghan sembari menggerakkan tangannya memberikan isyarat pada Wonwoo agar mengikutinya.

Akhirnya, mau tidak mau, Wonwoo pun pergi mengikuti Jeonghan yang sudah berjalan beberapa langkah di depannya dan memasuki sebuah ruangan. Ya, di mana lagi jika bukan di dapur.

Di dalam sana, Wonwoo bisa melihat di salah satu sudut ruangan yang cukup besar itu, ada Seungcheol dan Joshua sedang duduk di kursi yang mengitari sebuah meja kecil. Mereka tampak menyantap sesuatu sembari mengobrol ringan.

"Annyeonghaseyo, Seungcheol Hyung, Shua Hyung." Wonwoo menyapa Seungcheol dan Joshua yang juga tentu menyadari kedatangannya.

"Duduklah bersama mereka. Akan kusiapkan makanan untukmu. Kau juga harus makan banyak agar bisa bekerja maksimal."

"Ne, Hyung." Wonwoo mengangguk mengerti sebelum akhirnya Jeonghan pergi guna segera memulai menyiapkan makanan untuknya.

"Kau belum sarapan?" Tanya Joshua pada Wonwoo.

"Aniyo, geugae, eum, Bibi Cha sebenarnya sudah membelikanku roti isi tadi sewaktu masih di rumah sakit. Tapi sepertinya itu tidak membuatku kenyang, Hyung." Jawab Wonwoo yang merasa malu.

"Hya, Jeon Wonwoo. Kau tidak perlu sungkan di sini. Jika kau memang tidak sempat sarapan atau kau membutuhkan apapun, kau bisa mengatakannya kepada kami. Benarkan, Joshua?" Kata Seungcheol, yang juga meminta pendapat Joshua.

"Eum, tentu saja." Joshua membenarkan pernyataan Seungcheol.

"Jangan pernah berpikir kau akan merepotkan kami, Wonwoo-ya. Kau sudah kami anggap seperti keluarga. Sama seperti Soon Young." Jeonghan yang sedang berdiri di depan kompor sembari mengaduk-aduk wajan berisi satu porsi nasi goreng yang hampir matang untuk Wonwoo itupun menyahut.

"Ne-ne, Hyung."

































To be Continued!
29 Oktober 2020

The Gift || SEVENTEEN [COMPLETE]Where stories live. Discover now