🍊•Empat Puluh Tujuh

597 102 27
                                    

"Tumben lo ngajak ketemuan?" Axel melempar tatapan heran pada gadis berkaos oren di sampingnya. "Kerasukan jin eh?"

"Lagi pengen aja," kata Amy tanpa mengalihkan pandangan dari riak air di hadapannya. Mereka sedang di tepi danau yang berlokasi tidak jauh dari pusat perbelanjaan.

"Pengen atau pengen?" goda Axel. "Jangan-jangan lo kangen gue?"

"Iya."

"WHAT?" Jantung Axel hampir melompat. Harusnya tadi dia tidak bertanya. Nah kan hatinya jadi dangdutan.

"Xel, gue ini terlalu jelek ya?"

"Ya begitulah." Axel menyilangkan tangan di depan dada. Pandanganya berkelana jauh ke sebrang danau. "Muka berminyak, badan dakian, pendek dan kriting." Jujur sekali kamu, nak.

"Apa cewek jelek gak bisa disukai kah?" Amy memeluk tubuhnya sendiri saat terpaan angin dingin menyergap tubuhnya.

"Bukan enggak, tapi jarang." Axel menoleh pada Amy. Pasti ada masalah, tebaknya. "Lagian kalau lo tanya diri lo sendiri, emang lo mau cowok jelek."

"Bukan gak mau, tapi kalau ada yang lebih bagus. Kenapa harus yang jelek?" sambut Amy.

"Nah begitulah cara cowok memandang cewek jelek seperti lo."

Amy menghembus nafas berat. Sama seberat gundah di hatinya.

"Xel?" panggil Amy lemah.

"Ya?"

"Lo suka sama gue gak?"

What the hell? Axel melempar pandangannya ke sembarang arah. Ambyar sumpah ditanya pertanyaan seperti itu.

"Mabuk lo! Mana mungkin gue suka sama lo," balas Axel galak. Namun suara Akai terngiang-ngiang di telinganya.

"Kalau lo nyaman, tikung aja deh."

Cih seperti tidak laku saja dia.

"Kalau gue bilang gue nyaman sama lo, lo marah gak?"

"Maksud lo apaan sih?" berang Axel tidak kuat akan permainan Amy yang membuat jantungnya degap-degup gak jelas.

"Gue gak pernah punya teman seseru lo. Meskipun pelit, lo berhasil membawa warna ke hidup gue. Membuat gue tertawa dan merasa normal seperti kebanyakan remaja lainya yang penuh kebahagiaan."

Axel menarik sudut bibirnya untuk sebuah senyum sinis. "Kenapa? Cowok lo gak bisa memberikan itu eh?"

"Kayaknya sih gitu." Amy menjatuhkan pandangan pada tanah yang kering. "Jonah memang membuat gue tertawa, normal dengan limpahan kasih sayang dia yang gak terbatas. Tapi gue gak seaman itu setiap sama dia. Gue selalu merasa takut. Gue gak pantas sama dia."

"Gue juga pengen lihat dia bahagia," lanjut  Amy dengan sudut mata yang mulai memanas. "Gue pengen dia disandingkan dengan perempuan yang pantas, cantik, dari keluarga terhormat dan gak kayak gue yang lemot ini. Tapi gue gak bisa, gue gak rela!"

Derai air mata pun jatuh membasahi pipi Amy. "Gue harus gimana, Xel?"

"Skip pertanyaan itu." Axel memegang kedua bahu Amy. Membawa ke hadapannya.

"Gue memang belum yakin lo pantas dengan gue. Lo jelas juga bukan tipe gue. Tapi jujur, lo satu-satunya cewek yang berhasil membuat gue nyaman selain mantan laknat gue di zaman SMP itu."

"Dan kalau lo bilang lo juga nyaman sama gue, kenapa..." Kalimat Axel terputus. Tidak, dia tidak boleh asal bicara saat hatinya masih terombang-ambing.

"Lo diapain sama Jonah?" Akhirnya topik ini yang ia keluarkan.

"Gue punya satu permintaan." Jonah melencengkan topik. "Lo harus melaksanakannya, kalau lo masih pengen gue sukai."

My Kriting GirlWhere stories live. Discover now