Dua Puluh Delapan🍊

1.8K 169 13
                                    

Selfie memang hal lumrah bagi setiap perempuan, tidak terkecuali Amy. Jonah hanya bisa terkekeh melihat isi galerinya yang penuh dengan foto cewek berambut keriting tersebut. Mulai dari gaya sok candid hingga gaya sok gemoy ada di dalamnya. Jonah tidak mempermasalahkan hal itu, tapi hatinya berkata lain. Melihat senyum Amy yang mengembang hatinya berdesir aneh. Agak nyessssss tapi menyenangkan. Apa ini yang namanya cinta?

"Gue pasti kebanyakan nyemil micin," gumam Jonah memasukan ponselnya ke saku celana. Sebuah tindakan bagus agar kepalanya tidak semakin gila.

Matanya berpendar. Hanya ada dirinya di dalam ruangan bercat biru muda itu. Jam istirahat sudah berlalu dari beberapa menit tadi. Dia memutuskan menjadi Non Blok kali ini, tidak bergabung bersama Bumi dan kawan-kawan, juga tidak bergabung dengan Amy si keriting.

Kalau ditanya tujuannya. Jonah hanya ingin sendiri. Iya sendiri, memikirkan darimana datangnya make up yang Amy pakai semalam sebagai topiknya.

Shit!

Bayangan Amy mendadak muncul dihadapanya dengan wajah secantik semalam pastinya. Cih suka bener jadiin kepalanya basecamp. Kalau bertanggung jawab sih mending, ini dikasih kode aja gak peka. Mending gak peka, tapi kalau langsung ditolak mentah-mentah kan lebih menyakitkan lagi.

Entahlah kadang Jonah juga bingung. Kenapa dia bisa suka dengan cewek selemot Amy, belum lagi wajahnya di bawah standar itu. Apa dia sudah berevolusi seperti Bumi?

Tidak memandang rupa dan hanya tahu menyayangi  saja. Jonah bergidik ngeri, tidak siap menjadi Bumi yang bucin setiap hari.

Tap Tap Tap

Derap langkah kaki membuat Jonah melirik ke daun pintu. Itu si mata empat, dia berbinar cepat dibuatnya.

"Darimana lo?" Jonah langsung bersidekap dada. "Mau lari?"

"Apaan sih gue baru selesai boker kali," balas Axel berani. Jonah menyipitkan mata.  Sejak kapan si mata empat jadi songong seperti itu?

"Yah siapa tahu lo lari, secara kan lo itu cupu banget orangnya."

Axel terkekeh, sama sekali tidak takut dengan wajah datar Jonah yang kata orang-orang menyimpan bencana. "Sorry, gue bukan orang bego. Kalau bisa duduk kenapa harus lari?"

Axel mendudukan badanya di meja Jonah. Berani sekali, pikir Jonah mulai yakin ada yang tidak beres dengan otak si mata empat.

"Dan perlu lo tahu, cupu bukan berarti pengecut."

"Tapi penakut," ejek Jonah cepat. "Gue gak mau berbelit-belit."

"Lo kira lo doang? Gue juga ogah berurusan lama-lama sama lo."

Jonah menghujam tajam manik biru dihadapanya. Benar-benar bikin naik darah saja.

"Make up?" kata Jonah masih bersabar. Yang dia inginkan dari si mata empat bukan pertumpahan darah atau adu jotos melainkan jawaban. Dia ingin tahu siapa yang perhatian pada Amy selain dirinya.

"Gue gak pakai make up." Sontak Axel memegangi kedua pipinya. "Ini ganteng dari servernya kok. "

Jonah mencoba tersenyum paksa. Gue pecahin juga kepala nih anak, batinya dalam dada.

"Gue gak main-main," Jonah berkata dengan nada rendah. Penuh intimidasi yang Axel terima, tapi mulai hari ini dia tidak ingin ditindas lagi. Dia harus berevolusi menjadi Axel versi badboy. Yang ditakuti, bukan dinjak-injak seperti tanah begini.

"Gue juga serius nih muka gak pakai make up sama sekali. Lagian boro-boro beli make up, beli kuota internet aja gue mesti sungkeman sama bunda gue."

My Kriting GirlWhere stories live. Discover now