Delapan Belas🍊

1.5K 123 7
                                    

"Kusut amat muka lo" cibir Jack memulai obrolan pagi itu. "Kek benang kebasahan air comberan deh."

"Aelah, emang begitu kali muka dia tiap hari" ujar Vila menanggapi.

"Iya yak" gumam Jack tersadar. "Kayaknya gue baru kembali ke bumi dah."

"Eh, apan nih nama gue disebut-sebut" sahut Bumi cepat.

"Pede banget lo, kadal!" ejek Jack cepat. "Makanya punya nama tuh yang keren dong. Apaan tuh 'Bumi'? Kampungan banget tahu!"

"Enak aja kampungan, itu nama keren loh" balas Bumi tak terima. "Yang ada nama lo tuh yang aneh, Jack? Pasaran banget cuy."

"Heh, man denger ya. Karena banyak yang sama itu bukan berarti pasaran tapi kebetulan or maybe takdir Tuhan. Iya gak?"

"Sok bijak lo!" cibir Pasha seraya memasang dasinya.

Jack memutar bola matanya malas. "Aelah, anehan juga nama Vila. Apaan tuh, nama penginapan kah?"

"Loh kok jadi gue yang kena?" ujar Vila tak terima.

"Banyak dosa lo!" cibir Bumi menoyor kepala cowok dengan seragam urakan seperti brandal sekolah. Eh, emang brandal kali. "Makanya kurangin sifat playboy lo, bro."

"Saran lo gak bermutu" balas Vila malas.

"Pagi" sapaan ramah dengan suara merdu seperti Ariana itu sontak membuat kelima cowok itu menghentikan langkah mereka.

Jonah menaikkan alisnya. Menatap penuh tanda tanya cewek berwajah manis dihadapannya. Alis tebal, hidung mancung, bibir pink, kulit glowing dan tubuh yang indah.

"Eh, Indy. Apa kabar?" Vila balas menyapa dengan cepatnya. Membuat Jonah menghela nafas. Heran dengan cowok yang satu itu, ramahnya kepada semua cewek selalu saja berlebihan.

"Baik" balas Indy tersenyum. "Lo?"

"Of course horse in my house and my body yours, gue baik-baik aja" racau Vila mulai gila. "Btw anyway busway, lo pagi ini cantik deh."

Jonah menatap malas cewek dihadapannya yang tersipu malu. "Dasar tukang gombal!" cibir Bumi lalu merangkul Jonah untuk pergi.

"Eh, Jonah" teriakan Indy sontak membuat keduanya berhenti. Berbalik dan menatap malas cewek dihadapannya adalah hal yang kedua cowok itu lakukan selanjutnya.

"Gue mau masuk tim cheers."

"Itu bukan urusan gue" ujar Jonah cepat.

"Gue tahu itu, tapi yang mau gue ngomongin bukan itu."

Jonah menaikan alisnya. "So?"

"Grup cheers kan sekarang ada dua, jadi gue bingung pertandingan nanti siapa yang bakalan--"

"Terserah kalian aja" potong Jonah cepat. "Lagian gak ada tim cheers, kita juga bakalan menang."

"Betul tuh" sahut Bumi cepat. "Kecuali kalau gak ada Bulan baru gue mati" lanjutnya mulai tak nyambung.

Indy melempar pandanganya ke sembarangan arah. Bukan hanya malu yang ia terima tapi juga kecewa. Dasar kutub utara, batin Indy dalam hati.

Tanpa ba bi bu alias basa basi keduanya kembali melanjutkan langkah, diikuti oleh Pasha dan juga Jack. "Woi, kadal air. Bagian Jonah jangan lo Embat juga, ok?" peringat Jack sebelum melangkah pergi pada akhirnya.

"Siap, kapten" balas Vila mengacungkan jempolnya.

"Kenapa lo malah ngomongin itu, dodol?" tanya Vila setelah mereka semua hilang dari sana. Indy cemberut, tak bisa menjelaskan bahwa dia gugup hingga berakhir membahas hal yang mempermalukan dirinya. "Lo beneran suka sama Jonah gak sih?"

My Kriting GirlWhere stories live. Discover now