🍊•Lima Puluh Tiga

363 69 4
                                    

Vote dulu switty




"Jo, lo kenapa?"

Jonah memutar malas matanya begitu melihat Nasya tergopoh menuruni anak tangga. Bukan hal biasa jika gadis itu tidak pergi tidur sebelum ia pulang. Namun kenapa harus saat kondisi wajahnya babak belur.

"Lo berantem?"

Jonah tidak mengubris. Ia memilih melepas kaosnya,lalu menggunakannya sebagai kain untuk mengelap darah di hidungnya. Nasya semakin khawatir dibuatnya. Memang ayah mertuanya sudah memperingatkan bahwa Jonah bukan cowok baik-baik. Perkelahian dan miras adalah hal yang mungkin benar melekat pada diri cowok itu. Nasya tidak peduli, karena yang paling penting baginya adalah keutuhan fisik Jonah. Minus perilakunya akan Nasya terima meski terpaksa sekalipun.

"Gue gak kenapa-kenapa." Jonah menjelaskan cepat sebelum Nasya mendekat padanya. "Mending lo tidur aja sana."

"Tapi..."

Jonah bangkit dari sofa, melangkah menjauhi Nasya cepat.

"Jo,kita tunangan kan?" Entah kenapa Nasya rasa status itu tidak benar meskipun hatinya memaksa membenarkan. Secercah cinta dari Jonah untuknya bahkan tak pernah terlihat. Melainkan hanya tatapan risih seakan-akan dia adalah tanaman liar yang terpaksa dipelihara.

"Yes." Jonah membalikkan tubuhnya lagi. "Itu sesuai dengan kemauan lo dan ayah lo. Iya kan?"

"Apa itu artinya pertunangan ini gak sesuai kemauan lo?" Nasya memberanikan diri menemui manik Jonah di sebrang ruangan.

"Menurut lo?" Pertanyaan singkat yang membuat hati Nasya tertusuk. Kenapa dia yang harus membuat keputusan sendiri? Bukankah itu sama dengan Jonah angkat tangan tentang hubungan mereka. Dalam artian lebih tajam, Jonah tidak pernah menginginkan hubungan itu.

"Kalau lo gak suka, kenapa lo terima pertunangan ini?" Nasya menarik tangan memegangi dadanya. Dia tidak dapat membendung sakit yang hadir didalam sana.

"Kalau lo lihat lebih dalam, mereka dua serasi tahu."

Nasya menekan emosinya kedalam manik Jonah. Sedikit berharap Jonah mengerti rasa sakitnya.

"Gue dengar-dengar lo suka sama Amy. Kenapa lo gak tunangan sama dia aja?" Nasya mengulas senyum kemenangan. Sayang perkiraannya bahwa Jonah akan terintimidasi adalah salah.

Jonah malah balas tersenyum sinis. "Iya, gue suka sama Amy. Gue hanya mau tunangan sama dia. Lantas, kenapa lo malah nyuruh bokap lo maksa gue tunangan sama lo?"

"Gue gak tahu lo suka sama dia." Air mata Nasya berderai. Apa yang lebih menyakitkan daripada mencintai cowok yang salah adalah kebenaran bahwa Jonah menyukai perempuan yang bahkan tidak lebih bagus darinya itu.

"Sekarang lo tahu." Jonah memang tidak punya belas kasih. Dia bahkan tidak mau berpura-pura untuk menjaga hati Nasya. "Jadi lo sudah bisa mulai menyuruh bokap lo melepaskan gue. Oke?"

Bibir Nasya terasa kelu. Seharusnya malam itu dia tidak bertemu Jonah.

"Woi baju pink, kalau lo mau bunuh diri jangan di kantor bokap gue."

Nasya menghapus segera sisa air matanya. Ketika matanya menoleh ia mendapati seorang cowok tinggi berseragam SMA. Apa mungkin baru pulang sekolah? Tapi ini sudah pukul 10 malam.

"Sana pergi!" usir cowok itu galak. Nasya merasa sakit mendengarnya. Bahkan orang asing tidak memikirkan perasaanya.

"Gue gak mau hidup lagi."

My Kriting GirlWhere stories live. Discover now