Empat Belas🍊

1.3K 116 2
                                    

"Dari mana?" tanya Jonah dingin dengan dua tangan di depan dada. Amy yang baru duduk di sampingnya dengan keceriaan penuh hanya membalas dengan senyuman.

"Senyum itu bukan jawaban" sindir Jonah dengan fokus pada papan tulis putih dihadapanya. "Lo dari mana?"

"Ada deh" balas Amy kian memperparah panas dalam Jonah yang sudah muncul sedari tadi.

Cowok itu menghela nafas berat. Ingin marah tapi dia ingat dia bukan siapa-siapa. Dengan kebungkamanya Jonah melempar dua tiket nonton kepada Amy. "Kalau lo bisa jawab pertanyaan gue, kita nonton nanti malam."

Amy menatap curiga pada Jonah. "Lo kenapa sih, Jo?"

"Shut up!" desis Jonah menyatukan jemari-jemarinya di atas meja dan mulai memberi pertanyaan. "Pertama, berapa skor pertandingan tadi?"

"Lo bercanda?" tanya Amy masih tidak mengerti.

"Kedua," Jonah tak mengubris. "Siapa yang mencetak poin di menit ke dua puluh tujuh?"

"Lo" jawab Amy asal. Jonah terkekeh sinis, membuat Amy merasakan aura bencana dari sana.

"Jawaban yang pertama?" Jonah bersidekap dada. "Berapa?"

"Ya mana gue tahu" balas Amy ketus. "Lo kira gue peduli sama pertandingan itu."

Crashh

Jonah tertegun. Ia dapat merasakan ngilu didanya seperti tersayat benda tajam yang tak kasat mata.

"Gak peduli?" ulang Jonah menguhjam manik Amy dengan manik tajamnya.

Cewek itu mengangguk. "Gue gak suka basket, Jo" kata Amy memperhalus kalimatnya tadi.

Jonah terkekeh. "Setidaknya kalau pun lo gak suka, lo menghargai. Apa lo kira mengadakan pertandingan kayak tadi itu gak susah heh?"

"Lagipula, lo di bangku penonton. Lo yang menempatkan diri lo memegang tanggung jawab. Lantas kenapa lo lari?"

Amy terdiam, membuang pandanganya ke arah lain. Yang Jonah katakan memang benar. Jadi sudah fix kalau cowok itu marah padanya.

Amy menghela nafas pelan, menyesal karena tadi mengabaikan pertandingan Jonah. Dengan berat hati ia menggeser dua tiket dihadapanya kembali pada Jonah.

Cowok itu terkekeh. Dalam hati kecilnya ia tidak sanggup melihat raut bersalah di wajah Amy. "Ambil aja" ujar Jonah mengelus puncak kepala Amy. "Ajak Axel nonton" lanjut Jonah memaksa senyum di bibirnya terbit.

Jawaban itu kian membuat Amy merasa bersalah. Ia menundukkan kepalanya. "Makasih" cicitnya ragu. Jujur yang tadi ingin ia katakan adalah maaf bukan makasih. Ah, sial hal itu membuat hati Jonah kian ngilu.




•••


"Lo tadi sama Axel kemana?" tanya Virka bersidekap dada dengan raut sinisnya.

Amy yang tengah melahap makananya hanya menggeleng pelan. "Gak kemana-mana, cuma makan cilok di kantin belakang."

"Lo jadi cewek jangan cabe deh" cibir Elina yang lantas membuat dahi Amy mengerenyit bingung.

"Maksudnya?"

"Alah sok polos lo!" cibir Virka mengaduk jus jeruknya.

"Gue gak ngerti" kata Amy meletakkan garpu dan sendoknya lalu menatap bergantian Elina dan Virka.

"Aduh, dasar dodol!" cibir Elina menepuk pelan dahinya. "Jelasin, Vir!"

Virka menghela nafas pelan, kembali bersidekap dada dengan pandangan angkuhnya. "Gini ya, Jamie. Lo itu dekat sama Jonah, seisi kelas udah tahu kayak gimana perhatian Jonah sama lo. Dan harusnya lo itu sadar, kalau mungkin saja ada rasa yang Jonah sembunyikan buat lo."

My Kriting GirlWhere stories live. Discover now