🍊Kelima

1.5K 125 0
                                    

Amy mengulas senyum pada Jonah. "Thanks buat hari ini," ujarnya tulus lalu membuka pintu mobil dan turun.

"Sama-sama." Balas Jonah pelan lalu melajukan mobilnya meninggalkan perkarangan rumah Amy.

"Wizzz, sejak kapan lo pakai rok?" Tanya Amar bersandar di depan pintu.

"Apaan sih," balas Amy malas. "Kepo aja lo, bocah!" Cibirnya lalu mengetuk pelan kepala Amar.

"Ada siapa sih? Kok kayaknya ramai?"

Amar mengelus pelan kepalanya. "Tahu tuh, katanya sih kawan papa. Ada anaknya loh kak. Sana! Kali aja bisa jadi calon suami."

"Sembarangan lo!" Cibir Amy berjalan melewati Amar.

"Amy." Langkahnya lantas berhenti kala  suara lembut ibunya memanggil. Wanita paruh baya yang tengah menuangkan teh itu tersenyum. "Sini nak, ada kawan nih."

Amy menurut, berjalan menuju sofa lalu duduk di sebelah ibunya. Matanya mendongak pada cowok dihadapanya.  Irisnya indah dan penuh ketenangan. Warnanya biru seperti lautan terbingkai oleh kacamata tapi  sama sekali tidak merubah garis tampan di wajahnya. "Perkenalakan, Hans. Ini putri saya, Jamie. Panggil saja Amy. Amy, ini Axel."

Amy mengangguk paham. Wanita paruh baya di samping cowok itu tersenyum padanya. "Amy kelas berapa?"

"Sebelas, tante." Balas Amy sopan.

"Wah sama dong,  Axel juga kelas sebelas. Dia nanti pindah ke sekolah kamu."

Amy tidak tahu harus berkata apa, jadi dia hanya tersenyum pada cowok yang sepertinya tengah meneliti dirinya dengan detail.  "Mandi sana , Kak." Amar datang mengacau. Menarik Amy untuk bangkit.

"Saya permisi dulu, tante."

"Apaan sih lo." Geram Amy pad Amar saat mereka sudah tidak terlihat oleh mereka. "Nih!"

Amy mengerenyit dahi, menerima kresek yang Amar berikan padanya. Ia membukanya lalu terkejut. "Ikat rambut? Buat apa? Dari siapa?" tanyanya beruntun.

"Dari bang Jonah, katanya." Amar menegakkan posturnya lalu memasang wajah datar seperti Jonah. "Awas kalau besok rambut lo di rebang, bakalan gue gunting dengan tangan gue sendiri. Coba aja melanggar kalau lo gak percaya."

"Ah, gila!" Cibir Amy lalu masuk ke dalam kamarnya. Membuang asal kresek tersebut.

Ting

Amy merogoh ponselnya. Cewek itu mendelikkan matanya, itu pesan dari Jonah. Isinya jangan tanya, ancaman kalau Amy berani merebang rambutnya lagi. Sial!

"Perhatian mau, orang baper gak boleh." Dumel Amy melempar ponselnya ke ranjang. "Dasar triplek!"




🍊🍊🍊





"Jam,"

Baik Jonah dan Amy lantas mendongak, menatap cowok berkacamata yang baru beberapa jam lalu masuk ke dalam kelas mereka.

"Jam? Jam dinding maksud lo?" Tanya Jonah sewot.

Cowok itu menggeleng. "Maksud gue, Jamie."

"Oh, panggil aja gue Amy." Kata Jamie tersenyum ramah. "Btw ada apa?"

"Boleh gue, pinjam buku cetak Biologi lo?"

"Sure , nih." Dengan senang hati Jamie memberikan bukunya pada Axel. "Makasih, nanti gue balikin lagi," ujar Axel ramah lalu berlalu dari hadapan mereka.

My Kriting GirlWhere stories live. Discover now