Tiga Puluh Delapan🍊

937 103 3
                                    

"Itu make up beneran dari lo?" Malam harinya Amy langsung mengintrogasi Axel. Kebetulan sekali sepulang Amy makan dengan Jonah cowok itu sudah duduk manis di ruang tamunya dengan satu kotak ayam goreng.

Merasa tidak gunanya berbohong, Axel memilih menganggukan pelan kepalanya. Bukti besar kalau ia masih berat berkata jujur.

"Uwu, gue kira pangeran kodok pelitnya udah kayak Fir'aun." Melihat Amy tidak masalah dengan tindakannya, Axel menghela nafas lega.

"Tuh gue bawain lo kodok goreng." Amy langsung menyergapnya, alhasil bibir Axel terkekeh geli.

"Dasar alien!"

Mengabaikan umpatan Axel, Amy langsung tancap gas membuka kotak berlogo kakek tua yang entah siapa nama, istri dan tanggal wafatnya.

"Minggu depan kayaknya gue jadi ikut drama deh."

"Yah." Amy yang sudah memegang paha ayam, membatalkan gigitannya. "Masa gue jadi janda? Pangeran kodok jahat banget sih."

Amy mengigit sadis ayamnya. Dua manik biru Axel merekam setiap detailnya dengan seulas senyum tipis. "Nanti Jonah yang gantiin."

"Cih, Jojo mana ada jiwa pangeran." Amy mengumpat tanpa takut. "Dia itu yang ada jiwa penjahat tahu."

"Ah ribet banget lo." Axel ikut mencomot satu paha ayam dari tempatnya. "Tinggal batalin aja apa susahnya."

"Batalin apa? Dramanya? Dih ogah."

"Alah emang lo ada bakat main drama?" ejek Axel di sela kunyahanya. "Palingan cuma adegan jadi orang gila yang lo bisa."

"Eits, anda jangan sembarangan." Amy memberi peringatan lewat tatapanya. "Asal lo tahu, gue ini calon artis ya."

"Artis topeng monyet," ejek Axel lagi. Amy mendengus, meletakan bekas tulang ayam di atas plastik. Lalu melanjutkannya dengan ayam yang lain.

"Jadi artis itu enak loh." Amy cuhat. Bukanya simpati, Axel malah mengejek.

"Enak pala lo!"

"Ihh enak loh," kukuh Amy. "Jadi terkenal, punya fans, kaya..."

"Lo mau terkenal? Sini gue bully lo sampai babak belur, pasti viral." Tanpa perasaan Axel memotong kalimat Amy.

"Axel jahat!" teriak Amy. "Gak berperikemanusiaan."

"Iya, gue mah beperikeanimean doang. Mau apa lo?" songong Axel. "Mau kirim ke pluto atau mars?"

"Ke hatimu aja." Mata Axel melebar mendengar godaan Amy. Namun tidak berselang lama...

Hoeek

"Ih Axel hamil," tuduh Amy. "Kapok lah. Siapa tuh bapaknya?"

"Gemes deh." Greget Axel membuat tangan cowok itu turun mengusek-usek kepala Amy. Perempuan itu seperti biasa duduk di lantai, membiarkan dia menjadi raja satu-satunya yang duduk di sofa.

"Axel!" Amy memukul berang lengan Axel yang terbalut hoodie putih. Ketika ia melihat pantulan rambutnya dari ponsel Axel yang tergeletak, dia kembali berang. "Kan rambutnya jadi berantakan."

"Alah dari dulu juga kayak semak di hutan amazon." Dengan santai Axel mengigit paha ayam keduanya, mengabaikan Amy yang mencak-mencak memeperbaiki tatanan rambutnya.

"Udah deh, potong botak aja rambut lo."

Amy mendengus, melirik kasar wajah Axel yang fresh seperti biasa. "Gue nangis nih."

"Nangis terus!" Bukanya dibujuk, Axel malah menjadi mengolok-oloknya. "Dasar bocah!"

"Yee mending bocah, dari pada dewasa sebelum waktunya."

My Kriting GirlWhere stories live. Discover now