🍊Enam Puluh Lima

1K 116 30
                                    

"Jadi Jonah cuma mau manfaatin Nasya?"

Amy mengangguk. Ia membuka tutup botol colanya dan berkata, "Jojo mau mempertahankan perusahaan yang baru dia dirikan untuk membiayai Bulan di masa depan."

"Nasya tahu itu?"

"Iya." Amy meneguk colanya kemudian, membiarkan Axel berpikir.

"Kalau dipikir-pikir, kasihan juga ya nasib tuh cewek."

"Siapa?" tanya Amy tidak mengerti.

Axel meraih botol cola Amy. "Nasya," katanya. Dia kemudian meneguk isi botol hingga setengah.

"Menurut lo gimana?"

"Iya sih," setuju Amy. "Nasya itu penyakitan, udah gak punya orang tua, ayahnya sibuk kerja dan gak ada yang sayang sama dia."

"Kalau gue aja gimana?"

"Apanya?"

"Yang menyayangi Nasya."

Amy tersenyum lebar. "Cieeeeeee," godanya kemudian.

"Apaan sih." Axel mendaratkan botol cola ke meja. "Gue melakukan ini untuk menyelamatkan lo biar gak pisah dari Si Bangke itu."

"Kenapa?"

"Kenapa?" ulang Axel. "Biar lo bahagia dunia akhirat. Gue gak suka ya lo nangis-nangis kayak kemaren mikirin bakalan ditinggal Jonah. Gak suka. Ngerti!

"Gomawo, pangeran kodok."

"Gomawo-gomawo. Traktir gue besok."

Amy memberi hormat. "Siap, kapten."

"Ya udah gue pdkt dulu." Axel meraih jaket denimnya. "Jangan begadang lo."

"Iya iya."

Amy mengantarkan Axel ke depan pintu. "Hati-hati," seru Amy sebelum Axel masuk ke dalam mobilnya.

"Iya," balas Axel setengah beteriak.

Setelah mobil hilang dari perkarangan, Amy kembali ke dalam. Ia meloncat senang ke sofa. Lihat lah, ada begitu banyak jajanan yang Axel bawa untuknya di meja dan lantai. Axel bahkan membelikanya satu set alat lukis terbaru.

Semenjak Axel menamparnya, cowok itu memang berubah banyak. Tidak pelit dan lebih perhatian. Yang paling bagusnya lagi, Axel tidak lagi terlihat enggan pada hubungan Amy dan Jonah. Kalau begini terus Amy tidak bisa menahan diri untuk menjadikan Axel orang favoritnya setelah Jonah.





🍊•🍊•🍊

Rumah Nasya besar. Di sekelilingnya dihiasi oleh taman indah. Pantas saja Jonah mencari manfaat dari Nasya, pikir Axel. Ternyata Nasya memang sekaya ini.

Ketika Axel mendekati teras, dia menemukan seorang pria paruh baya tengah duduk di kursi bersama laptop di depannya.

"Permisi, Om."

Rasafa mengangkat pandangan dari laptopnya pada laki-laki muda bermata biru tersebut. Dari fisiknya mungkin seumuran Nasya.

"Teman Nasya?"

Axel mengangguk. "Nasya ada, Om?"

Rasafa menscan tubuh Axel dari atas ke bawah, pindah pada boneka di tangan Axel.

"Kamu pacar anak saya?"

Axel mengeleng cepat. "Saya teman sekelasnya, Om."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 23, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Kriting GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang