Lima Puluh Empat🍊

312 64 2
                                    

Vote dulu bebs
.
.
.
.
.
.



"Woi putri kodok!"

Seruan Axel menarik Amy dari pikirannya.

"Ngapain lo ngajak ketemuan disini?" Axel menarik kursi, lalu duduk diatasnya. Matanya bergerak menelisir resah di manik Amy.

"Lo kenapa?" tanyanya.

"Gak ada, lagi pengen makan berdua aja." Amy membuka buku menu.

Axel menarik tangan, menumpuk keduanya di depan dadanya. "Siapa yang bayar?"

Jari jemari Amy yang bergerak terhenti seketika. Bukan dia mengharapkan uang Axel, namun hal itu mengingatkannya akan sosok Jonah. Bukan juga karena Axel terlalu kalah dibandingkan Jonah. Tapi karena Jonah adalah Jonah, cowok yang ia sukai dengan sepenuh hati. Dan.. sepertinya masih sampai saat ini.

"Gue," ujar Amy lalu melambai pada waiters. Ia memesan 2 loyang pizza lengkap dengan minuman dingin.

"Tumben lo mau traktir gue."

"Terpaksa."

Amy ikut melipat tangan. "Axel, lo gak suka sama gue kan?" Pertanyaan tersebut langsung meluncur tanpa disaring lagi oleh otaknya.

Tenggorokan Axel tercekat beberapa detik sebelum akhirnya ia menelan kembali salivanya. "Salah. Gue suka sama lo."

Axel tidak berbohong. Sekarang itulah yang ia rasakan.

"Kita lebih cocok jadi sahabat, Xel."

Axel mulai merasakan panas menyerang telinganya. Dulu dia memang puas dengan status sahabat. Namun waktu telah berlalu dan hatinya berubah pula.

"Gue tahu, lo cuma butuh teman."

"Sok tahu," cibir Axel seraya melempar pandangan ke sebrang meja. Panas dari telinganya telah mengalir perlahan ke dalam dadanya.

"Kita putus aja ya, Xel?"

Axel menegakkan kepalanya. Nafas berat keluar dari bibirnya seiring hatinya yang mulai tidak nyaman. .

"Berhenti manggil gue Axel," desisnya mengiris keberanian Amy.

"Jadi gue harus manggil lo apa?" Satu di kepala Amy saat ini. Jangan bicara soal putus lagi atau dia akan mendapat masalah.

Axel melempar tatapan tajamnya pada Amy. "Sayang," katanya penuh penekanan tak terbantahkan.

Rahangnya yang mengeras beriringan dengan jakunnya yang naik turun adalah bukti jelas bagi Amy bahwa cowok itu tengah berjuang melawan emosi di dalam dirinya.

"Silahkan dinikmati."

Pesanan datang, mengakhiri pertengkaran mereka sesaat.

"Ayo makan." Axel menggeser loyang pizza ke hadapan Amy. Gadis itu tidak bergeming. Dia baru bertumpu tangan di meja ketika Axel mulai mengigit pizzanya.

"Kita gak benar-benar saling cinta. Untuk apa masih pacaran?"

Bam

Axel menggebrak meja sebagai pelampiasan. Matanya menghunus manik Amy bak sebuah belati. Namun sepatah kata tidak keluar, hanya intimidasi bercampur amarah yang tercipta.










🍊•🍊•🍊











"Kak, mana sih bang Jonah? Kok gak pernah datang lagi?" Sambutan Amar membuat darah Axel memanas perlahan.

My Kriting GirlWhere stories live. Discover now