🍊•Lima Puluh Lima

334 67 2
                                    

Keesokan harinya Amy terpaksa berangkat sendiri. Axel tidak mengirim pesan apa-apa padanya. Padahal biasanya pagi-pagi cowok itu sudah heboh membangunkan, bahkan sampai mengirimkan fotonya yang telah selesai dengan morning routine-nya malah.

Ketika Amy sampai di parkiran dia sudah melihat mobil Axel terparkir. Rasa ingin segera menemui cowok itu naik seketika. Amy melepas helmnya, lalu menentengnya di tangan kanan sementara tangan kirinya menenteng kresek hitam. Di dalamnya ada kotak bekal bersisi nasi goreng komplit buatan Amy. Dia sengaja membawa satu, namun dalam porsi besar. Rencananya dia akan mengajak Axel makan berdua dan semoga hal itu akan membuat hati Axel membaik.

Tin

Amy melempar kesal pada mobil yang baru mengklaksonya. Sial, ternyata itu mobil Jonah. Ketika matanya melirik Nasya, perempuan itu menatap tidak suka padanya. Dih. Amy jadi ngidam ingin menjambak rambutnya.

Sementara itu di dalam mobil Jonah mengulas senyum. See! Bahkan hanya dengan melihat Amy hatinya sudah merasa penuh.

"Ngapain sih dia?" gerutu Nasya emosi.

Jonah menurunkan kaca mobil, lalu menjulurkan kepalanya keluar. "Sayang," panggil Jonah sengaja mengeraskan suaranya. "Mau mati muda?"

Amy melebarkan mata, segera mengedar pandangan pada manusia-manusia di parkiran yang menatapnya dengan ledekan.

"Aish."

Amy melanjutkan langkahnya cepat. Manis sih manis, tapi jangan membuatnya jadi pusat perhatian dong. Apalagi masih ada nenek sihir.

Bodo amat kalau dia tunangannya Jonah. Karena secara jujur dari hati terdalam, Amy tidak rela Nasya menjadi tunangan Jonah. Mana roman-romanya seperti medusa pula, rasa tidak rela Amy makin sebesar dunia.

Sampai di kelas Amy celingukan mencari Axel. Dia menghampiri kursi cowok itu. Belum ada tasnya, apalagi orangnya. "Axel belum datang ya?" tanyanya menepuk bahu Bulan.

"Belum," balas Bulan. "Anyway, lo beneran yakin gak mau lagi sama abang gue?"  tanya Bulan sedikit memelankan suaranya.

"Udah ada tunangannya oi," kata Amy mengingatkan.

"Elah tikung aja," sambar Virka.

"Yup," sambung Elina. " Gemes gue pengen nyambelin tuh muka sok sedihnya."

"Orangnya woi," desis Erela begitu sosok Nasya dan Jonah memasuki kelas.

Mereka pun beralih menggosipi hal lain, sedang Amy setelah meletakkan tas dan bekalnya segera keluar kelas. Ia mau memeriksa kantin belakang.

Benar saja. Sesampainya di sana dia melihat Axel yang tengah menyeruput minuman dengan mata fokus pada ponselnya.

"Dor." Amy menepuk bahu Axel. Cowok itu memutar matanya.

"Ngapain lo disini?"

"Nyariin pangeran kodok." Amy duduk di sampingnya, mengintip apa yang tampil di layar Axel. Jika biasanya anime, namun kali ini adalah pertandingan boxing.

"Gue suka boxing," jelas Axel.

"Serius?"

"Kalau gak percaya sumbangin aja badan lo buat jadi samsak gue," ucap Axel santai.

"Pangeran kodok tega ih." Amy memanyunkan bibirnya.

"Manyun aja terus, gue cium nih."

Amy melirik ngeri Axel.

"Gak percaya?" Axel merenggangkan tubuhnya. Ia memutar kepala menghadap Amy, berlanjut menghujani tatapan intens pada cewek itu. Perlahan wajahnya maju, Amy mengawasi mata cowok itu seiring pergerakannya yang kian dekat. Aroma cologne Axel yang keras menusuk hidung Amy bersama deru nafas cowok itu.

My Kriting GirlWhere stories live. Discover now