Delapan🍊

1.5K 132 5
                                    

Amy sedang membaca novel kala Jonah sampai di bangkunya. Cewek itu hening dengan headset di telinga. Dia benar-benar menikmati dunianya sendiri pagi ini.

Jonah tidak peduli, dia juga mengeluarkan headset lalu memutar lagu dan membuka buku Fisika favoritnya.

Begitulah yang terjadi setiap kali Jonah mendengar rumor kalau dia menyukai Amy atau Amy menyukai dirinya. Bagi Jonah itu menyebalkan, sedang bagi Amy itu tidak masuk akal. Dia sudah mati-matian tidak jatuh hati kepada Joanah. Dan dia sepertinya berhasil. Tapi setiap ada rumor begituan, Amy yang di salahkan. Apalagi yang bisa keduanya lakukan selain diam-diaman dengan ego masing-masing.

Tapi sepertinya cowok itu tidak tahan dengan keheningan mereka. Karena setelah beberapa menit Jonah curi-curi pandang, akhinya ia melepaskan headsetnya dan menarik menyentil pelan dahi Amy. Cewek itu menoleh cepat.

"Lo gak marah?"

Jonah menggeleng. "Bukan salah lo."

"Ah, akhirnya lo sadar juga." Amy bernafas lega. "Ini tuh salahnya Jack sialan itu."

Jonah mengangguk setuju. "Dia harus di kasih pelajaran."

Amy mengangguk lagi. Jonah bersidekap dada. "Lo pagi ini gak mandi ya?"

"Mandi kok." Balas Amy membela diri.

"Muka lo kusam banget."

Amy cemberut. "Ini gara-gara gue telat bangun. Gak sempat skincarean. Gue pikir terlambat, eh sampai kelas manusia belum ada. Phfuffff, gue capek."

"Makanya bego jangan di pelihara. Pakai bedak sana!"

Amy membuka tasnya. Semenjak Jonah membelikanya skincare ia jadi suka membawanya ke sekolah. Dia ingin cantik seperti Virka. Jadi salah satu triknya adalah mencontoh perilaku cewek itu- membawa bedak ke sekolah.

"Sini gue bantu. " Jonah membuka BB cream lalu mengoleskanya pada wajah Amy. "Tutup mata lo!"

"Kenapa?" Tanya Amy polos. "Ada adegan dewasanya ya?"

Jonah secepat kilat mendorong dahi Amy pelan. "Dasar goblok!"

"Kan gue bertanya."

"Pertanyaan lo gak berfaedah, oon."

Amy cemberut. Membiarkan tangan Jonah yang lembut mengusap lembut krim ke wajahnya. "Wajah lo kayak kertas pasir."

"Thanks buat pujianya."

Jonah terkekeh kecil. Melanjutkan aktifitasnya sampai sebuah suara kamera HP menghentikannya.

"Gue gak percaya, ternyata lo udah beneran hijrah." Gumam Pasha kembali memasukkan ponselnya ke saku celana. "Memang gak sia-sia gue datang pagi. Udah Ngapain aja lo berdua?"

"Apaan sih, Pash." Amy merengut marah lalu mengambil cream ditanga Jonah dan memakainya sendiri.  "Kita itu cuma kawanan."

Pandang Jonah pindah dari Pasha pada Amy yang kelihatnya dongkol sekali. "Loh kok jadi marah?" Pasha duduk tak jauh dari mereka. "Biasanya kalu marah itu bukti beneran terjadi loh."

"Sok tahu! Dasar Diego!"

"Siapa?" Tanya Pasha bingung.

"Kawanya Dora yang mata besar itu."

"Oh." Pasha manggut-manggut. "Cepat amat lo berdua datang?"

"Bangun kesiangan." Balas Amy jutek.

"Loh? Bangun kesiangan kok datang pagi? Kayak Dora lo, gak nyambung."

Amy tak mengubris, ia malah men-touch up wajahnya dengam loose powder. "Jangan merah-merah!"

Amy  menoleh pada Jonah. "Apanya?"

My Kriting GirlWhere stories live. Discover now