🍊Tiga Puluh Tiga

1.6K 144 29
                                    

"Amar temenin gue beli cilok yuk?" teriak Amy menggelegar.

"Traktir gue bakso ya." Amar keluar dari kamarnya dengan hoodie dan celana pendek selutut.

"Jelek amat gaya lo," ejek Amy.

Amar melotot. "Lo juga jelek," hinanya melihat penampilan Amy. "Curiga gue kalau lo pakai pelet buat deketin bang Jonah."

"Lo mau gue tabok?!"

"Canda," kekeh Amar melangkah lebih dulu. "Gue yang bawa motor ya?"

"Awas aja kalau ugal-ugalan, gue cubit ginjal lo."

"Santuy, gue mah adiknya Marquez."

"Kebanyakan halu lo." Amy nenyerahkan kunci motornya pada Amar. "Kalau mau belok lo hidupin dulu lampu sen-nya."

"Ya kali gue malah ngehidupin lilin," kata Amar menyalakan mesin motor. "Cepat naik lo!"

"Dasar songong," hardik Amy naik ke boncengan. "Udah, jalan."

"Baca doa dulu, dudul."

Amy terkekeh. "Kelupaan."

"Dasar otak siput," ejek Amar mulai menjalankan motornya.

"Woaa, bintangnya banyak." Amy berbinar menatap langit.

"Kalau satu doang berarti bukan bintang namanya."

"Sewot bener lo." Amy menatap dengan senyum ruko-ruko yang mereka lalui.

"Oke, sampai," girang Amar berhenti di depan warung cilok. "Beli cepat, gue yang pedas."

"Katanya mau bakso."

"Tapi gue juga mau cilok." Amar menyodrokan uang dari sakunya. "Buruan gih!"

Amy langsung tancap gas. Beberapa menit kemudian dia kembali dengan kresek penuh.

"Ayo cus ke warung bakso depan sana."

"Siap komandan." Amar kembali melajukan motornya.

"Noh gedung depan tempat suami gue kerja," kata Amy menunjuk gedung tinggi di sebelah kanan.

"Bang Jonah kerja disana? Jadi businessman?"

"Tukang sapu sih," kata Amy pelan. Amar tergelak.

"Miskin banget suami lo."

"Itu sekarang, nanti pasti kaya kok."

"Kapan?"

"Ya, nanti."

"Nantinya itu kapan?"

"Ya nanti."

"Kapan?"

"Diam lo!" berang Amy. "Noh warungnya."

"Gue ikut," kata Amar setelah memarkirkan motornya.

"Gue yang pedas," pinta Amar.

"Santuy, udah gue suruh tambah cabe-cabean kok."

"Sengklek lo."

"Eits, yang sopan! Gue ini kakak lo."

"Iyain aja," kata Amar membuka ponselnya.

Amy menyipitkan mata. "Am, gue rabun deh kayaknya."

"Apaan dah." Amar memasukan kembali ponselnya.

"Itu, Mar." Amy menunjuk satu pasang manusia yang tengah menyesap makanan mereka di warung sebelah.

"Ayam bakar?"

"Bukan itu!" greget Amy menolehkan kepala Amar pada insan yang ia maksud.

"Astaghfirullah." Amar menutup mulutnya.
"Itu abang ipar kan?"

My Kriting GirlWhere stories live. Discover now