41. My Day Without U

3.5K 546 66
                                    

3 part lagi menuju ending.

Ada yang mau kalian sampaikan?

Apa harapan kalian buat ending ARZACHEL?

Apakah definisi bahagia menurut kalian itu bersama dengan orang yang kalian sayangi?

Atau lebih kepada mengikhlaskannya dengan orang lain?

Happy reading ya
Jangan lupa vote & komentar

***





41. My Day Without U

Sudah tak ada lagi rasa.
Semua terasa menyiksa dada.
Menghimpit rasa.
Pada akhirnya, aku benar-benar kecewa.

***


HARI sabtu. Kebetulan Rea dan Dion sama-sama libur. Mereka memutuskan untuk pergi berdua. Setelah urusan Dion di distro selesai, ia lantas mengajak Rea ke rumah sakit. Mengecek kandungan Rea. Walau bagaimanapun, bayi yang dikandung Rea akan menjadi keponakannya. Dion begitu antusias mengantar Rea ke rumah sakit. Keduanya bak pasangan romantis jika saja tak ada hubungan darah. Rea agak malu, pasalnya ia akan kembali ke rumah sakit yang sama seperti beberapa waktu lalu. Iya, saat it Achel memintanya untuk suntik KB agar Rea tidak hamil. Tapi, sekarang lihat. Perut Rea sedikit demi sedikit mulai agak menonjol meski belum terlalu ketara.

Mereka mengantre, maklum. Rumah sakit tak pernah sepi. Dion mengusap perut Rea, membuat Rea sedikit geli. Tetapi juga senang karena Dion tidak mempermasalahkan kehamilannya, meski ya Rea tahu kakaknya itu kecewa padanya.

"Dia udah nendang-nendang belum sih?" tanya Dion, begitu penasaran dengan siklus kehamilan. Ia kuliah di jurusan Akuntansi, jadi pengetahuannya agak kurang mengenai kesehatan.

"Belum, aku juga penasaran kapan dia nendang-nendang," jawab Rea, ikut mengusap perutnya. Perempuan itu tersenyum. "Gak papa, asal bayi ini sehat-sehat aja di dalam."

"Iya ya, ya udah nanti pulangnya ke supermarket ya? Beli susu hamil. Kamu biasa minum yg rasa cokelat ya?" tanya Dion, kebiasannya memperhatikan Rea akhir-akhir ini.

Rea mengangguk. "Padahal aku nggak terlalu suka cokelat, yang suka cokelat justru A-chel..."

Dion mengusap kepala Rea. "Maaf ya, pasti semuanya terasa sulit buat kamu."

"Udah takdirku, Kak," kata Rea. Berusaha tersenyum senatural mungkin.

"Atas nama Bu Reana? Silahkan masuk," ucap suster di depan pintu.

"Ayo, Kak. Temenin Rea." Dion pun masuk ke dalam ruangan. Awalnya dia pikir ini privasi Rea. Tetapi Rea ingin dia masuk, mendengar penjelasan dokter. Katanya, bayi yang dikandung Rea sehat-sehat saja. Ibunya hanya perlu banyak makan buah dan sayur. Ditambah suplemen dan jangan terlalu kelelahan.

"Untuk jenis kelaminnya, gimana Dok?" tanya Dion, mewakili rasa penasaran Rea juga sebenarnya.

Dokter wanita itu tersenyum. "Masih belum kelihatan ya Bapak, Ibu. Karena di umur segini masih berupa gumpalan daging. Mungkin nanti di usia kehamilan 5 bulan, kalian bisa check up untuk mengetahui jenis kelamin bayinya."

"Baik, Dok. Terima kasih," ucap Dion, menggandeng Rea keluar. Laki-laki itu sudah berjanji sejak awal bahwa dia akan menjadi kakak yang baik untuk Rea. Sekaligus penebusan kesalahannya bahwa dulu ia pernah tidak senang kepada Dea karena selalu membandingkannya dengan Achel.

Selepas mendapat obat dan vitamin, Dion mengajak Rea pergi ke mall. Menonton film berdua. Bermain time zone seperti anak kecil. Sampai mampir ke gramedia dan memborong banyak buku.

[NUG's 6✔] ARZACHELWhere stories live. Discover now