15. Candu

7.1K 677 84
                                    

Haloo, apa kabar kalian?
Aku baliiik lagiiiii ~

Jangan lupa vote dan ramein kolom komentar yaaa🙏
Semoga suka part ini.

Happy reading!{}

***

15. Candu

Bukan lagi obat, tetapi kamu seperti candu untukku.
Hingga rasanya aku tak mampu bergerak, karena ingin selalu berada di sisimu.

***

“BISAKAH kita pulang dulu? Ke rumahku, aku mungkin akan ambil banyak buku dan juga baju,” ucap Rea saat mobil Achel berhenti di lampu merah. Rea sebenarnya masih ingin di kampus, ah lebih tepatnya di dalam perpustakaan. Meski tugas presentasinya sudah selesai, tetapi Rea masih mau membaca banyak buku disana. Tetapi Achel justru menyusulnya, memintanya untuk segera pulang karena Rea harus masak dan membersihkan apartemen Achel seperti biasanya.

Dan juga, soal tidur bersama.

“Nyokap lo ada di rumah?” tanya Achel begitu lampu berubah menjadi hijau. Achel menatap Rea yang masih belum mau menjawab. “Gue nanya, kenapa diem aja?”

“Oh, ya mungkin. Aku belum ketemu Mama lagi. Dia kelihatan sibuk akhir-akhir ini,” jawab Rea kaku. Dia memang belum bertemu Rita lagi. Kemungkinan besar pula, ibunya menginap di hotel bersama pria hidung belang. Rea menghela napas lelah. Memilih menyandarkan kepalanya di sandaran kursi penumpang. Meminta Achel menyalakan musik untuk mengisi keheningan di antara mereka.

Sampai akhirnya mobil itu berhenti di depan gang kontrakan Rea. Rea mendelik melihat Achel yang juga ikut turun. Tatapan lelaki itu justru biasa saja. Seolah bukan masalah besar dia ikut masuk ke dalam gang sempit tersebut. “Ngapain ikut masuk, sih? Sempit, gak cocok sama Kakak!” ujar Rea saat banyak anak-anak menghalangi jalan keduanya. Mereka terlihat begitu bahagia bisa bermain bersama.

Achel merunduk, masa kecilnya apakah sebahagia itu, dulu?

“Nah ini kontrakan aku, maaf kalau terlalu kecil dan sederhana dibandingkan apartemen mewah kamu,” ucap Rea, kemudian mengambil kunci dari dalam tasnya. Rea membuka pintu lebar-lebar, mempersilahkan Achel untuk masuk.

“Gue disini aja,” ujar Achel, kemudian duduk di depan teras dengan kursi kayu yang nampak nyaman.

“Oke. Kalau gitu mau minum apa? Aku buatin,” tawar Rea, berdoa semoga Achel menolak tawarannya tersebut. Tetapi, senyumnya hilang saat Achel ingin segelas kopi dengan sedikit gula.

“Ya udah, tunggu disini jangan kemana-mana. Aku buatin Kakak kopi.” Rea masuk ke dalam rumahnya, memanaskan air secara manual. Sambil mengganti pakaian dan buku pelajaran untuk besok hari. Memang melelahkan sih, bolak-balik begini. Tetapi tidak apa, Rea berjanji akan bertanggung jawab dengan segala pekerjaan yang dia jalani.

Rea selesai merapikan tasnya, dia membawa tote bag berisi beberapa pasang pakaian. Ada baju tidur juga. Selepas itu, Rea kembali ke dapur. Airnya sudah matang. Rea membuatkan kopi dengan sedikit gula, sesuai permintaan Achel.

“Nih Kak, kopinya. Udah dikit banget gulanya.”

“Thanks,” jawab Achel, mencicipi kopi tersebut. Kemudian mereka sama-sama terdiam.

“Lo berdua aja sama nyokap lo?”

Rea mengangguk. “Iya, kalau Mama gak pulang jadinya sendirian deh. Kadang tuh aku pengin gitu punya adik, tapi gak mungkin lah ya.”

[NUG's 6✔] ARZACHELWhere stories live. Discover now