18. Usaha Theo

3.8K 534 91
                                    

HI, MET WEEKEND!

Happy reading yaaa all
Jangan lupa vote + komen!🌟❤

______________________

Playlist :

______________________

18. Usaha Theo

Kembalinya kita kini menjadi sebuah ketidakmungkinan yang anehnya, tidak pernah ku sesalkan.

***

BEBERAPA hari terakhir mereka bersama, Achel menjadi lebih pendiam dari sebelumnya. Dia tidak akan mengomentari Rea yang terlalu lambat mengerjakan pekerjaan rumah. Juga tidak pernah mengeluh saat malam-malam Rea berisik dengan mendengarkan lagu ketika mengerjakan tugas. Asalkan ketika Achel meminta tidur, Rea langsung menyanggupi untuk dipeluk rasanya itu sudah sangat cukup. Tidurnya menjadi nyenyak, beban berat itu seolah menghilang dari hidupnya.

Sekarang mereka sedang dalam perjalanan pulang sehabis Achel latihan di gor. Hari mulai menggelap. Langit senja mulai pulang ke peraduannya. Lalu lalang kendaraan semakin memadati jalanan. Pandangan Rea jatuh pada gedung-gedung tinggi pencakar langit. Menjulang begitu tinggi dengan banyak-banyak ruangan di dalamnya. Dengan keadaannya yang sekarang, apakah Rea bisa mengejar cita-citanya juga di masa depan? Gadis berambut pendek sebahu itu tidak pernah menginginkan hal yang aneh-aneh selama hidupnya, dia ingin apa yang menjadi pilihannya adalah sesuai dengan kemampuannya. Dengan begitu, maka Rea harus sering-sering belajar demi meraih masa depan itu. Benar?

Mobil yang dikendarai Achel berbelok, mengambil jalur lain. Rea menoleh kemudian. "Kak, kita mau kemana?"

"Nanti juga lo tau," ujar Achel tanpa memalingkan wajah. Lelaki itu begitu fokus menyetir.

Rea terdiam. Memilih menurut saja. Dia malas berdebat akhir-akhir ini dengan lelaki di sampingnya. Mulut Rea terbuka ketika mereka berhenti di sebuah butik yang kali itu nampak lenggang. Kaca-kaca besar yang menjadi pembatas membuat mata Rea terpukau. Tangan Achel menggenggam tangannya. Membawa gadis itu masuk.

"Achel, ini kamu kan?" Seorang wanita berparas anggun menyapa mereka. Wanita itu menatap Rea dari ujung rambut hingga ujung kaki sebelum kembali menatap Achel. "Pacarmu?"

"We're just friend."

"Oh ya? Siapa nama kamu?" tanya wanita itu pada Rea.

"Rea, Bu."

"Panggil Tante Vanya aja ya," ujar wanita itu. Membuat Rea mengangguk canggung. Sepertinya Tante Vanya ini pemilik butik mewah ini. Entahlah, Rea tidak tahu.

"Jadi, ada yang bisa Tante bantu? Apa yang kalian butuhkan?"

Achel bersuara karena memang dia yang mengajak Rea kemari. "Carikan dress yang cocok untuk Rea, Tante. Kalau bisa jangan terlalu mencolok warnanya. Pastel atau soft kayaknya pas."

Mata Rea membulat, untuk apa Achel mencarikan Rea dress?

"Kak, tapi buat—"

"Diem, Rea. Besok acara pernikahan nyokap lo kan? Beliau minta lo datang, jadi apa salahnya lo datang? Kalau lo takut, gue temenin," ucap Achel yang langsung membuat Rea tersadar bahwa besok hari pernikahan ibunya. Ah ya, ibunya. Seharusnya kemarin Rea datang memenuhi undangan ibunya untuk fitting baju bersama. Tetapi Rea tidak sanggup datang. Bukan karena ia sibuk, malas atau apa. Hanya saja Rea masih belum siap.

[NUG's 6✔] ARZACHELWhere stories live. Discover now