19. Mine

4.4K 540 80
                                    

Happy reading ya ... ♡

__________________

19. Mine

Maaf telah mengklaim dirimu sebagai milikku.
Padahal kenyataannya tidak seperti itu.

***

"MAU sampai kapan belajarnya?"

Pertanyaan dari Achel itu membuat kepala Rea mendongak. Pulpen yang ia pegang terjatuh karena refleks. Rea mengatupkan bibir. Menghela napas sebelum mengambil pulpennya yang jatuh. Gadis itu menatap Achel yang masih belum tidur. Mungkin Rea lupa, kalau Achel tidak bisa tidur tanpanya.

Tanpa memeluknya.

"Masih banyak nih tugasku, kamu tidur duluan aja," ujar Rea, kembali menulis sesuatu di kertas.

Achel berdecih. Menyingkap selimut dan berjalan mendekati Rea. "Bohong, lo ngelamun aja kan daritadi? Mikirin apa?"

"Uhm, enggak!" sergah Rea cepat.

Mengapa Achel tahu kalau Rea melamun? Apakah sedaritadi Achel tidak benar-benar bermain game di ponselnya? Malah memperhatikan dirinya?

"Mau bohong lagi, hm?" Achel menutup laptop Rea yang menyala. Membereskan buku-buku yang berserakan di atas meja belajarnya dan menumpuknya menjadi satu. "Beresinnya besok pagi. Gue ngantuk, Rea."

"Tapi—"

"Alasan apalagi? Belum ngantuk? Basi tau nggak? Lihat, ini udah hampir jam dua malam. Tidur ya, lo juga perlu istirahat." Achel menidurkan Rea di atas ranjang. Sebelum menjatuhkan dirinya sendiri di sebelah Rea. Achel menyelimuti tubuh mereka dengan selimut. Tubuhnya miring, menghadap Rea yang justru masih menatap langit-langit kamar Achel.

"Kenapa?"

"Apanya?"

"Lo kenapa sih, belum mau tidur? Besok ngampus kan?"

"Belum ngantuk," balas Rea malas. Membuat Achel menghela napas. Lelaki itu menjulurkan tangan kekarnya ke belakang kepala Rea. Menjadikan lengannya sebagai bantalan bagi gadis itu. Tak memungkiri juga, tubuh keduanya saling menghimpit jarak yang ada.

"Nggak usah mikirin apa-apa. Merem, besok pulang dari kampus kita jalan-jalan."

"Kemana?"

"Belanja bahan makanan, sisanya terserah lo mau kemana."

"Mau ke pasar malam deh, nggak jauh kok dari sini. Kita bisa pulang dulu, baru kesana jalan kaki."

"Ya, terserah."

Tangan Achel melingkari perut Rea. Napasnya berhembus menerpa leher Rea. Membuat Rea lagi-lagi harus merasakan debaran di jantungnya yang semakin lama, semakin keras.

***

"Hei, jalang!"

"Bitch, budeg lo?"

Kalimat sarkas yang sepertinya sudah akrab memasuki gendang telinga Rea beberapa hari terakhir. Dia masih enggan menoleh, kakinya berdiri kaku di ambang pintu kelas. Seharian ini Rea sudah menahan sabar mendengar ejekan-ejekan penuh kebencian dari mulut Briana dan teman-temannya.

Rea heran sendiri, bukankah kini posisinya mereka berdua adalah saudara? Mengapa Briana setega itu padanya? Sampai-sampai Rea mendengar kalimat cercaan mengenai ibunya juga keluar dari bibir penuh lipstik merah Briana.

[NUG's 6✔] ARZACHELWhere stories live. Discover now