11. Kesepakatan

4K 573 97
                                    

11. Kesepakatan

Jangan menebar janji.
Buktikan saja jika memang kau ingin membuktikannya.

***

ACHEL terlihat berantakan pagi itu. Ia tidak bisa tidur semalaman. Achel menghabiskan tiga film dan entah berapa piring kentang goreng dan pop corn. Ia memcoba fokus, tetapi justru kepalanya terasa sangat sakit. Achel harus tetap kuliah, bagaimanapun keadaannya. Atau ayahnya akan semakin curiga kalau ia semakin hari semakin tidak baik-baik saja. Dengan kantung mata tebal dan semakin menghitam, Achel keluar dari gedung apartemennya. Menuju basemant. Semoga saja Rea mau membantunya.

Untuk kali ini.

***

21:00 WIB

Chika melambai pada Rea karena waktu berjaga sudah habis. Digantikan dengan mereka yang berjaga malam. Rea membuang plastik besar berisi sampah-sampah ke dalam tong sampah di depan supermarket. Ia terkejut melihat sepasang sepatu putih di hadapannya. Rea mendongak, untuk melihat Achel menatapnya datar. Rea meneguk ludah, jadi Achel sungguhan? Ia pikir, Achel hanya bermain-main.

"Kakak."

"Lo udah selesai?" tanya Achel langsung pada intinya. Dahi Rea berkerut. "Sejak kapan Kakak disini?" gadis itu menoleh untuk mencari dimana Achel memarkirkan mobilnya. Tetapi tidak ada. "Mobil Kakak mana?"

"Lo udah selesai?" Bukannya menjawab, Achel malah mengajukan pertanyaan yang sama. Membuat Rea mengangguk. "Udah. Tinggal buang sampah aja."

"Kalau gitu cepetan. Lo nggak lupa kan?"

Sejujurnya, Rea ingin ia lupa saja. Tetapi sudah terlanjur ada disini orangnya, mau bagaimana lagi? Dia pun memakai jaket biru dongker, udara terasa dingin malam ini.

"Aku bilang Mas Tomy dulu mau nitip sepeda," ujar Rea. Berlalu untuk masuk ke supermarket. Achel membiarkannya. Rea berlari, entah mengapa ia tidak ingin membuat Achel menunggu lama. Ia bertemu Tomy di kasir, pria itu sedang menata cokelat-cokelat di rak-rak depan.

"Mas Tomy," panggil Rea. Pria itu membalikkan badan. "Lho, Rea balik lagi? Udah buang sampahnya? Apa ada yang ketinggalan?"

Rea menggeleng. "Rea nitip sepeda ya, Mas. Ada di depan. Besok pagi Rea ambil."

"Lho, terus kamu pulang sama siapa?" Tomy menatap ke depan supermarket. Ada seorang lelaki yang juga menatap keduanya. Kerlingan jahil muncul di wajah pria itu. "Rea, kamu punya pacar ya? Kok gak bilang, sih? Mana ganteng gitu. Sayang banget nggak dipamerin."

"Mas Tomy, apaan deh!" Rea melengos. "Dia bukan pacar. Cuma temen aja kok. Senior di kampus."

"Iya sekarang teman. Gak tau kan, kalau nanti?" Tomy masih asik menggoda, membuat Rea jengah. "Udah ya, Rea mau pulang. Intinya nitip sepeda disini. Besok pagi Rea ambil."

"Iya-iya. Udah sana pulang, udah malam. Bilang sama cowokmu, anterin sampe rumah jangan berhenti di hutan."

"Dia bukan pacarku!" ujar Rea, menegaskan sekali lagi pada pria itu kalau Achel bukan pacarnya. Rea meninggalkan Tomy yang hanya geleng-geleng kepala. Ia menuju Achel yang sudah menunggunya.

Ternyata, Achel memarkirkan mobilnya di ruko kosong di sebelah supermarket. Pantas saja Rea tidak melihatnya, karena jalanan ruko sudah gelap. Sederet ruko disana, hanya supermarket yang masih beroperasi. Achel meminta Rea masuk terlebih dahulu. Baru dirinya dan mulai mengemudikan mobil menuju jalan raya. Senggang, dan Achel merasa aman dan tenang sekarang.

[NUG's 6✔] ARZACHELWhere stories live. Discover now