"Aku bisa." Dia mengangguk.

"Dan aku akan memilihmu."

Hera terkejut, tanpa sadar meremas jari dan tangannya sendiri dengan kuat.

"Mengapa?" Ujar Hera.

"Karena... aku tidak bisa bernapas dengan baik dan berpikir dengan benar tanpa melihatmu."

Hera seharusnya tidak menyiapkan ekspektasi apa-apa pada pria itu, tidak juga berharap, karena selama ini Hera sudah belajar, bahwa menginginkan Sean Aldarict hanya akan membuang-buang tenaganya.

Namun merasakan Sean untuk pertama kalinya berniat melangkah maju mendekati tembok yang sudah Hera bagun, dia tidak bisa berpikir dengan benar lagi, Hera kelabakan dan benar-benar tidak tahu apakah dia akan mampu menghadapi pria itu atau tidak.

"Benarkah?" Tanya Hera, menahan diri.

"Tapi kau bahkan tidak menjengukku lima hari ini."

"Maafkan aku." Suara lemah pria itu mengalun, membuat remasan di tangan Hera semakin mengencang.

"Orang tuamu mengingikan perceraian kita." Kata Sean.

Hera mendesah, "Benar, maka itulah yang akan terjadi, dokter. Mari kita bercerai."

Sean bernapas, mencoba meloloskan sekatan di krongkongannya melihat wajah Hera diantara lampu yang begitu dingin, datar dan sama sekali tidak terganggu pada perpisahan mereka seakan-akan dia tidak mengalami kehancuran apapun karena itu.

"Aku takut, Hera." bisik Sean putus asa.

"Aku takut melangkah padamu."

"Aku takut memberikanmu hatiku dan berharap lagi."

Hera diam.

"Aileen wanita yang ku pikir aku cintai selama ini, tidak pernah membalas perasaanku. Dia membiarkanku terus berharap dan mengabaikan hatiku. Dia pergi bersama Romeo kemudian memanfaatkanku untuk merebut Romeo." Ujar Sean.

Dia membalas tatapan lekat Hera dengan frustasi, memperlihatkan pada wanita itu seberapa besar dia telah kecewa pada dirinya sendiri.

Wajahnya mengeras dan tangannya mengepal, Sean selalu menyembunyikan semua emosi yang dia alami selama ini, bersikap seolah dia tidak tersakiti dan ketakutan, namun sekarang, saat berada dihadapan Hera, Sean tidak mampu untuk menyembunyikannya lagi.

Dia tidak bisa bertahan lebih lama dari sesak yang wanita itu berikan atas gagasan perpisahan mereka.

"Aku takut akan berkorban seperti itu lagi jika aku memulai."

Hera membutuhkan waktu untuk menerima semua pengakuan dari pria itu sekaligus.

Sesuatu meremas jantungnya, mengatai ego dan keinginanya atas pria itu hanya omong kosong toh pria itu bahkan tidak berani memulai semuanya dengan Hera.

Karena itu dia diam, menata pertahanannya kembali, lalu melepaskan remasan tangannya, menunduk dan menganggukan kepalanya dengan lemah.

Apa pria itu sadar baru saja menghempaskannya pada realitas setelah menerbangkannya ke langit?

"Aku paham, sekarang keluarlah." Jawab Hera dengan suara pelan.

Sean tidak beranjak, denyut jantungnya meredup dan tiba-tiba saja ketakutannya bertambah, semakin mengerikan dari yang pernah dia pikirkan.

"Ku mohon... jangan tinggalkan aku." Kata Sean.

Hera tidak menjawab, dan Sean tidak mau memaksa wanita itu lebih lama lagi untuk memberikan tanggapan pada perkataannya barusan.

Dia berbalik dan berniat meninggalkan ruangan itu sebelum Hera membuka suara dan membuat Sean terdiam dengan begitu terkejut.

"Aku akan pulang bersamamu."

Sean berbalik, mendekatkan langkahnya pada Hera dan menatap wanita itu dengan perasaan membuncang yang tidak menyangka.

"Itu yang kau mau kan?" Tanya Hera, dia tersenyum kecil.

Sean mengangguk dan tanpa bisa dia tahan, menurunkan tubuhnya, menggapai wanita itu, membawanya dalam pelukan dan melenyapkan segala jarak yang berada diantara mereka.

Pria itu kemudian menunduk di atas pundak Hera, mengecup bahunya, lalu memiringkan kepala untuk membenamkan wajahnya di cekungan leher Hera.

Bernapas dengan kuat dan untuk pertama kalinya sejak tiga bulan, dia bisa merasakan oksigen berhasil masuk dalam paru-parunya dan membebaskan sesak dalam dadanya.

"Terima kasih, Hera."

Sean begitu bahagia, hingga sama sekali tidak tahu bahwa wanita yang berada dalam dekapannya telah menurunkan senyum dan raut wajahnya menjadi bungkam.

***
Enjoy!

Follow Sean & Hera on istagram!
@/Heratravoltra
@/Seanaldarict

With love.
nambyull

at: 12amOnde as histórias ganham vida. Descobre agora