19

1.1K 161 0
                                    

BAB 19
SKIZOFRENIA

Ngga semua hal bisa masuk logika, tapi ngga semua yang ga logis bisa Lo percaya
***

Kini Savana tengah berada di apartemen milik Peony. Tadi hujan mendadak turun lumayan lebat, dari pada kedinginan jadi Peony mengajak Savana untuk mampir ketempat tinggalnya untuk menenangkan diri.

Awalnya Savana enggan, tapi saat Peony membeberkan identitas dirinya yang sebenarnya sebagai anak dari Haris yang notabene adalah bodyguard sekaligus tangan kanan Omanya, Savana memutuskan untuk ikut.

''Gue udah nguntit lo dari tiga bulan yang lalu bahkan kita sekarang satu sekolah." papar Peony membuat Savana sedikit terkejut.

"Buat apa? Ko gue ngga pernah liat lo?" ucap Savana sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk, Savana juga kini sudah memakai baju yang dipinjamkan oleh Peony.

"Buat infoin kegiatan lo sama Nyonya gloria nantinya, yang namanya nguntit, ya masa nampakin diri terus yang ada tar lu keburu curiga."jawab Peony jujur membuat Savana terkekeh.

Savana menyipitkan matanya, "Kenapa lo so akrab banget sih sama gue?"tanya Savana penasaran dengan satu alis terangkat.

"Kita temenan 3 tahun waktu lo ada di Belanda sama Oma, cuman lo nya aja yang dibuat lupa, termasuk sama gue."tutur Peony, tampak raut wajahnya meredup.

"Kita temenan? Kenapa gue mau temenan sama kecebong kaya lo ya hhhaa,'' ucap Savana sengaja dengan nada mengejek untuk mencairkan suasana, tapi itu malah membuat Peony kesal karena ucapannya tidak ditanggapi serius.

Peony melayangkannya bantal di dekatnya kearah Savana, Savana yang melihat itu mencoba melawan dengan menggunakan bantal sofa di dekatnya dan perang bantal pun tidak terhindarkan lagi.

"Bocah sini Lo!"

"Ayo sini kalo bisa, wlee ..." Savana menjulurkan lidahnya.

Tawa mereka pecah, seolah semua masalah kini telah sirna. Mereka bercanda dan saling melontarkan kata kata kasar saat mulai geram satu sama lain. 

"Gila cape banget gue Peo, tanggung jawab lo udah bawa anak perawan kesini."

''Ngga tahu diri ya anda, anak perawan ... anak perawan lu kata gue mau grepe-grepe lo apa, sialan sampe harus tanggung jawab!"ucap Peony yang juga tampak sedang kelelahan sementara Savana hanya tertawa kecil mendengar hal itu.

"Eh ... gue juga denger waktu si Ervin itu ngobrol di UKS sama tadi pagi, jangan percaya." tutur Peony sambil merebahkan tubuhnya di sofa.

"Kenapa? Sebenernya gue juga kurang percaya ngga realistis masalahnya,"ungkap Savana yang memang hal seperti itu sulit untuk pikiranya terima.

"Bukan karena itunya, kalo tentang sakte emang ada kelompok atau keluarga yang nganut begituan biar makmur hidupnya. Tapi setan ya setan ngga akan selamanya ngasih  yang kita mau, lama lama mereka juga yang ngantut bakal rugi sendiri dunia akherat,"jelas Peony yang terdengar bijak.

"Lo percaya yang begitan?"tanya Savana memastikan.

"Hidup ngga cuman ngandelin logika, realistis boleh tapi inget kita juga harus berfikiran terbuka karena banyak hal diluar nalar yang sebenernya ada." tutur Peony sambil mengangkat bahunya.

"Terus kalo gitu kenapa gue ngga boleh percaya sama Ka Ervin? Kalo hal kaya gitu beneran ada," tanya Savana.

Kini Peony berjalan menghampiri sebuah laci dan membukanya, tangannya sibuk memilih dokumen yang terlihat menumpuk dengan warna map yang berbeda beda.

The Hole Of HopeUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum