23

1.2K 190 0
                                    

BAB 23
WARNA YANG MENUSUK MATA

—Semesta itu rumit, manusia tak bisa hanya mengandalkan neuron tanpa emosi didalamnya—

"***"
C

ahaya yang begitu terang menyinari tubuh empat remaja yang baru saja melewati portal antar dimensi.

Tubuh mereka berubah menjadi gumpalan cahaya berwarna-warni dan langsung menyebar kearah yang berbeda, kesadaran mereka pun menghilang seketika.

Yang pada akhirnya gumpalan cahaya mereka itu satu persatu merasuk pada empat tokoh lain dalam cerita The Hole of Hope.

"***"

Savana mulai menggeliat, sinar matahari menyorot hangat wajahnya. Kini Savana mendudukan tubuhnya diatas kasur berwarna pink pastel.

Pandangannya menatap sekitar yang langsung membuat sudut bibirnya beberapa kali berkedut. Apa-apaan ini, tokoh apa yang ia masuki, kenapa nuansa kamarnya seperti bocah umur 5 tahun.

Pemandangan seperti ini membuat matanya sakit, sungguh ini terlihat sangat memuakan bagi Savana, sekalipun ia bukan gadis tomboy tapi barang serba pink benar-benar membuat kepalanya berdenyut.

Dirinya berjalan kearah kaca yang tertempel dilemari, rambut hitam sebahu yang bergelombang dan kulit sawo matang khas indonesia terlihat begitu manis dimata Savana.

''Tidak buruk, gadis ini sangat manis. Perawakannya pun cukup tinggi."ucap Savana memutar tubuhnya, menilai.

Mata Savana melihat foto yang bertengger dimeja belajarnya dengan sesama, ingatan tubuh yang ia pakai mulai tergambar dengan jelas.

''Ivana, ahh ... tokoh lemah yang begitu naif."gerutu Savana berkacak pinggang menyorot tajam gadis disebelah dirinya yang terdapat dalam foto tersebut.

"Dan—Kalla Navisha, benar-benar merepotkan ckckck."ucapnya.

"Ah bagaimana dengan Peony, apa dia masuk ketubuh tokoh yang lebih baik dari ku? Ku harap begitu, miris jika dia malah masuk ketubuh seorang gelandangan." ucapnya lalu terkikik membayangkan hal tersebut.

Tok ... tok ...tok

''Nona, apa anda sudah bangun? Nyonya menyuruh anda cepat untuk turun dan pergi kesekolah."ucap pembantu rumah tangga setengah berteriak dibalik pintu.

"Baik, saya bersiap sebentar."tutur Savana, tutur kata Savana masih sama, formal saat berbicara kepada orang yang menurutnya asing.

Savana menghabiskan waktu sekitar 20 menit untuk bersiap, dirinya memasang bando hitam polos dikepalanya serta jam tangan kulit kecil dengan warna coklat gelap.

Savana mensyukuri karena pakaian tokoh ini tidak ketat, hanya saja baju sehari-harinya hampir semua berwarna pink, bahkan Savana harus mengobrak abrik lemari untuk mencari tas yang lebih pantas dari pada tas yang sering tokoh Ivana pakai untuk kesekolah, tas ransel pink terang. Astaga itu lebih pantas untuk bocah TK.

Savana mungkin bukan orang yang fashionable ataupun mengerti soal style kekinian, tapi tetap saja jika kehidupannya seperti Ivana yang begitu menyukai warna pink matanya bisa perlahan buta.

Savana melirik jam tangan dilengannya, ia bergegas untuk turun kebawah. Ketika menuruni tangga orang-orang yang berada dibawah mendadak menghentikan acara makannya.

Mereka sepertinya menatap sedikit terkejut dengan penampilan Savana, bagaimana tidak Ivana yang biasanya akan memakai asesoris serba pink terang jika akan kesekolah.

"Ivana sayang kamu mau makan apa?" tanya seorang wanita kisaran umur 40-an yang masih tampak awet muda.

Dia adalah Aida ibu tiri dari Ivana yang sangat dibenci oleh tokoh Ivana asli karena Aida lah yang menyebabkan Papah dan Mamah tokoh Ivana asli bercerai, Karena Danu sang papah ketahuan berselingkuh dengan Aida.   

"Apa aja terserah,"tutur Savana, dirinya memasang wajah yang sulit diartikan.

Terlihat mendadak mimik muka Aida menjadi murung, membuat Danu sang papah langsung melontarkan tatapan tajam pada sang putri.

Savana menghela nafas lalu memaksakan tersenyum, "Apa saja Mamah, terserah Vana akan memakannya" ucap Savana.

Savana memutuskan untuk dipanggil Vana saja, selain namanya masih saling berkaitaan, Savana juga harus membiasakan diri untuk dipanggil Ivana bukan? Untuk itu lebih baik ia dipanggil Vana saja.

"Vana? Menggapa kamu mengubah panggilan mu, bukankah lebih bagus Ivana saja?" tutur Aida memampilkan wajah lembut penuh muslihat itu.

"Hanya bosan."jawab Ivana singkat lalu mulai memakan sarapanya.

Disisinya pemuda yang satu tahun lebih tua darinya memasang wajah dingin, dengan sesekali menatap tajam kearah Ivanaana.

Ivana yang merasa ditatap pun, menoleh kearah pemuda yang tidak lain adalah kakak dari tokoh Ivana yang begitu kasar dan tempramental itu.

Bagas, adalah salah satu teman dari tokoh utama laki-laki bernama Reno, yang berada di pihak antagonis, namun Bagas memiliki karakter yang berprinsip sekalipun ia berteman dengan Reno itu tak membuatnya ikut memihak pihak yang salah.

Selesai sarapan, Ivana langsung menyalimi Danu dan Aida dengan lembut, tak lupa ia menusap lembut kepala anak laki-laki yang sedari tadi terus curi-curi pandang kepada dirinya.

Alvaro bocah 5 tahun hasil perselingkuhan Aida dan Danu,  membuat Varo kecil sering sekali dikasari oleh Ivana yang memang menaruh kebencian mendalam pada Aida. 

Semua itu membuat semuanya yang berada disama tertegun cukup lama termasuk Bagas yang bahkan menghentikan sendok didepan mulutnya.

*****
Thanks for reading guysss
Jangan lupa klik bintang dipojok untuk memberi vote!

Savana jadi tokoh sampingan doang ini, gimana sama yang lainnya yaaa?

See you next chapter, bye bye

—rbilqisasiah

   

The Hole Of HopeUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum