24

1.2K 194 1
                                    

BAB 24
BERTEMU PEMERAN ANTAGONIS
KALLA

Pengecut sesungguhnya adalah singa yang meraung kencang namun selalu berdiam diri dalam kegelapan.
***

Savana sudah sampai digerbang sekolah, entah kenapa nuansa sekolah ini tampak lebih asri dan menyejukan dari pada sekolah dikehidupan yang dulu.

Namun satu kebiasaan Ivana yang tidak akan berubah tidak berubah saat melewati gerbang, ia akan berdoa dan memupuk semangat untuk menuntut ilmu sebaik mungkin, meskipun itu tampak aneh jika orang lain tahu.

Perlakuan Ivana itu tertangkap dengan jelas oleh netra seorang pemuda yang hendek menghampiri Ivana dengan langkah sedikit bergegas.

Namun sayang, langkah pemuda itu harus terhenti saat seseorang menarik lengan secara tiba-tiba, lalu tanpa rasa malu gadis tersebut bergelagut manja dengan pakaian sekolah super ketat.  

Pemuda tersebut menghela nafas, menepis tangan gadis disampinnya dengan kasar. Membuat gadis itu tersentak.

''Reno maaf kamu masih marah ya? Karena kemarin aku jalan sama Kavindra." cicitnya dengan nada tampak bersalah.

"Kamu kan tahu aku cinta sama Kavindra jadi tolong kamu harus ngertin itu." ucap gadis tersebut sambil mengedipkan matanya beberapa kali, menunjukan sisi menggemaskan pada dirinya.

"Lepas, jangan sampe gue main kasar!"tutur pemuda bernama Reno. Mengempaskan tangannya agar terlepas dari jeratan gadis yang menurutnya sinting itu.

Pemuda bernama Reno itu menjadi semakin kesal bukan kepalang  saat tidak melihat sosok Ivana lagi dari pandangannya.  

"Sial."gumamnya dalam hati dengan kesal.

"***"

Ivana masuk ke kelas yang sudah tampak ramai, beberapa dari mereka menyapa dirinya namun terlihat tampak raut wajah tak ikhlas dimata mereka.

"Ehh ... Ivana, udah denger belum kalo Reno berantem sama Kalla didepan gerbang?" tutur gadis bername tag Fita dengan antusias, gosip selalu menyebar dengan cepat kawan, astaga.

Ivana menyeringat namun akhirnya mangut-mangut paham atas penuturan gadis tersebut, tokoh Ivana memang tergila-gila dengan pemuda bernama Reno. Itu sebabnya juga tokoh Ivana menjadi sahabat Kalla, dimana tokoh Ivana sebenarnya ingin lebih dekat dengan Reno.

Meski pada akhirnya tokoh Ivana  hanya menyaksikan pujaan hatinya bermesraan dengan tokoh antagonis yaitu Kalla.

"Belum, emang kenapa bisa berantem?" tanya Ivana pura-pura dengan wajah polos.

Fita mulai menceritakan yang ia lihat dengan sedikit dilebih-lebihkan, niat hati ingin membuat hati Ivana senang mungkin? Entahlah, tapi satu hal yang perlu diapresiasi.

Gadis itu tidak menceritakan hal tersebut secara cuma-cuma pada dirinya. Tawaran Fita mengajaknya berbelanja selepas pulang sekolah membuatnya sadar bahwa gadis dihadapnya berusaha menjilat dirinya untuk mendapatkan sesuatu.

Ivana mendengus geli, salahkan saja tokoh Ivana asli yang menang mudah dijilat dan terlalu bodoh. Membuat teman yang lain memanfaatkan dirinya dengan mudah.

Untung hari ini Ivana tengah berbaik hati, sekalian ia juga sih, dia perlu membeli beberapa kebutuhan terutama baju yang lebih masuk dalam seleranya. "Oke pulang sekolah kita ke Mall."  Mendengar itu Fita meloncat kegirangan.

"Dasar sinting." gumam Ivana pelan.

Ivana mendudukan dirinya dengan tenang dan tak lama guru pun masuk dan kelas dimulai. Pelajaran berjalan begitu menyenangkan bagi Ivana, gurunya benar-benar menjelaskan materi dengan sangat baik sampai membuat Ivana tidak menyadari pembelajaran sudah berakhir saja.

Bel istirahat berbunyi, Ivana membereskan alat tulisnya dan hendak keluar untuk mengisi perutnya yang sudah terasa lapar, tentu saja ia akan pergi ke kantin.

Baru saja sampai dikantin Ivana lansung dihadiahi pemandangan yang kurang menyenangkan. Beberapa murid merundung satu gadis yang kini bajunya sudah basah akibat jus jeruk.

Ivana bersedekap dada. Terlihat ada tokoh antagonis dan protagonis yang tengah memerankan drama dengan sangat baik. Kalla sang antagonis, gadis itu terlihat tertawa puas melihat baju sang protagonis yang ditumpahi jus oleh tangannya.

"Tahan tahan jangan sampe kebawa gila." Ivana menghembuskan nafasnya, mencoba acuh. Ia memilih berlenggang memasuki area kantin dan menuju ke stan yang menjual baso.

Bisikan mulai terdengar bahkan saat ia baru dua langkah menginjakan kakinya dilantai kantin.

"Eh liat itu Ivana ..."

"Wah bakal makin sadis si Kalla kalo sahabatnya yang lain udah dateng."

"Mereka keterlaluan!"

"Kasian Mawar,"

"Tapi ko ivana keliatan beda ya?"

"Dia sekarang lebih cantik anjir!"

Langkah Ivana terlihat tegas, matanya bahkan melihat kedepan dengan sorot mata dingin tanpa peduli saat dirinya harus melewati gerombolan para perundingan itu.

Mendengar nama sahabat disebut-sebut Kalla menoleh, menatap bingung Ivana yang terasa begitu berbeda. Auranya, tatapannya, bahkan penampilannya.

"Ivana!'' panggil Kalla, langkah Ivana berhenti sesaat. Kepala gadis itu ditolehkan sedikit dengan begitu anggun dan tenang.

"Iya?" Suara lembut Ivana membuat suasana menjadi hening. Bahkan Kalla mengerijap lambat saat mendengar respon sahabatnya itu.

"Aku laper, kita ngga main dulu ya Kalla, bye bye ..." ujar Ivana, berinisiatif sendiri menghindari interaksi yang lebih dari ini bersama sang antagonis.

Netra Ivana tak sengaja melirik kearah silet tokoh utama pria yang kini tengah berlari tunggang langgang kearah sini, Ivana mengambil jarak dan kembali ke tujuan utama ia datang kemari yaitu makan.

"Kalla!" Panggilan itu terdengar keras. Disusul dengan suara tamparan nyaring.

Plak!

Kavindra adalah pelaku dari tamparan keras dipipi Kalla saat ini. "Berhenti sakitin Mawar! Mau Lo apa sih?!" Kavindra terlihat begitu marah.

Tawa Kalla lolos begitu saja. "Aku mau kamu!" balas Kalla dengan tegas, mata gadis itu berkaca-kaca siap menupahkan air matanya.

Kavindra membuang muka, jelas muak dengan gadis dihadapnya.

"Berhenti Kal, berhenti sebelum semuanya semakin berantakan. Lo nyakitin diri sendiri, gue ngga akan pernah jatuh cinta sama Lo!" tekan Kavindra, berusaha berbaik hati menjelaskan hal yang sudah jutaan kali ia tekankan.

"Bukan aku disini yang salah! Tapi kamu! Kamu tunangan aku, wajar kalo aku pertahanin kamu Vindra!" Kalla tak mau kalah, ia tak mau terus menjadi pihak yang disalahkan.

Ivana berdecak kagum, basonya sudah diatarkan dan sekarang ia dengan tenang menikmati semua itu. Hingga seorang pemuda mengganggu acaranya.

"Gitu amat ngeliatinnya." tutur pemuda itu. Ivana mengerijap tak percaya disampingnya tokoh Reno baru saja duduk dan mengajaknya bicara. Mata pemuda itu juga ikut serta melihat hebatnya pertengkaran sepasang tunangan yang tak jauh dari mereka.

Ivana menujuk Kalla, memberi kode, siapa tahu pemuda disamping berhalusinasi dan malah menganggap nya sebagi pujaan hatinya.

"Ngapain sih tunjuk tujuk begitu Savana?" Pertanyaan yang keluar dari mulut Reno membuat Ivana menutup mulutnya.

"Kak Derren?"



"***"
Thanks for reading guysss

Makasih yang udah nyempetin buat vote, i'm so happy

See you next chapter ya, bye bye

—rbilqisasiah

The Hole Of HopeWhere stories live. Discover now