8

2K 251 0
                                    

BAB 8
PERASAAN YANG RESAH

Semua orang punya sisi gelapnya masing-masing.
Tapi jangan pernah menghakimi tanpa tahu bagaimana hatinya bekerja
***

Hari ini Savana diantar oleh sang ayah ke sekolah, namun anehnya Savana malah terlihat gelisah sedari tadi, membuat Adrian bingung.

Adrian mencuri pandang pada putrinya, "Ka Afa kenapa? Ada masalah di sekolah?" tanya Adrian cemas.

Savana menoleh, lalu menggelengkan kepalanya. "Engga Yah," jawabnya.

Adrian menyeringat, merasa janggal "Terus kenapa gelisah gitu?"tanya'nya.

Savana menggigit bawah bibirnya, "Afa nggak tahu yah, tapi hati Afa ngerasa nggak tenang," ucapnya jujur sambil memegangi dada resah.

"Semuanya bakal baik-baik aja, positif thinking, dong. Coba Ayah pengen liat senyum Ka Afa," ucap Adrian, mengelus rambut putrinya lembut lalu kembali fokus mengemudi kembali.

Savana tersenyum manis. "Afa beruntung punya ayah yang hebat," ucap Savana, mencium tangan sang ayah yang tadi mengelusnya lembut.

"Savana itu anak Ayah paling dewasa, jadi kamu harus janji sama ayah buat selalu jaga adik-adik kamu, dan ngasih mereka contoh yang baik." ucap Adrian melirik sang putri.

"Savana akan berusaha yang terbaik Yah," ujar Savana dengan semangat empat lima nya.

"Ohh ia ... nanti kalo Ka Afa udah pulang sekolah, telfon ayah ya." ujarnya membuat kening Savana mengerut.

"Kenapa? Ayah mau jemput?" tanya Savana, yang langsung mendapat anggukan dari Adrian.

"Nggak usah Yah. Repot, tar Ayah cape kalo harus kesekolah Afa dulu, mening langsung pulang aja," jawabnya dengan senyum.

"Kan biar kamu ada yang jemput, nggak akan cape kok kalo buat Princess Ayah," ucapnya yang mendapat anggukan sebagai persetujuan.

Tidak terasa mereka sudah sampai di sekolah Savana. Savana menyalimi sang Ayah. Ketika hendak keluar dari mobil, tangannya ditahan oleh Adrian. Membuat Savana mengerijap cepat.

"Semangat ya sekolah nya, banggain Ayah," ucap Adrian dengan nada lembut, setelah mengucapkan itu Adrian melepaskan tangan sang putri.

"Pasti yahh!" jawab Savana dengan semangat empat lima dan senyum manis, yang begitu langka dilihat oleh sembarang orang.

Saat mobil sang Ayah mula menjauh, Savana melangkah-kan kakinya menuju gerbang sekolah.

"***"
-Kelas-

Savana sedang serius menatap layar handphone nya, sesekali ia menulis hal penting yang dipaparkan dalam artikel yang sedang ia baca.

Kedua sahabatnya menatap Savana kesal, bagaimana tidak, sedari tadi Alina dan Ziva berusaha membujuk Savana untuk ikut pergi keruang seni.

Tapi tidak ada respon dari Savana bahkan ia tidak melirik kedua sahabatnya.

Ziva menyerah,"Alin, Savana nya diem bae, mening kita berdua ajah yang ke ruang seni," ucap Ziva melirik Alina.

The Hole Of HopeWhere stories live. Discover now