7

2.2K 260 3
                                    

BAB 7
SELESAIKAN MASALAH RIRI

Emosi adalah karya paling abstrak.

***

Suasana masih terasa canggung, entah kenapa. Tapi untungnya sosok Ziva mendadak muncul dengan membawa satu kantong plastik penuh berisi es krim, sontak membuat perhatian mereka semua teralihkan.

Alina melotot, "Nauzubillah banget emang temen lu Fa, ajimm banget dahh itu," ucap Alina sambil menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya.

Savana berdecak, tidak mampu berkata untuk mendeskripsikan perilaku Ziva yang memang sering terlewat normal.

Riri pun menahan tawanya, menggelengkan kepalanya. "Yaampun Ka Ziva, ituu—haduh aku kehabisan kata-kata."mengangkat tangan tak tahu harus berkata apa.


Dengan tampang polosnya Ziva menyengir lebar kearah mereka yang masih sibuk bergumam karena tindakannya itu.

Sampai akhirnya saat Ziva hampir sampai didepan para temannya gadis itu tersandung batu yang membuatnya hampir terjatuh namun untuk ia masih bisa menyeimbangkan.

Savana dan Alina langsung tertawa terbahak bahak begitu juga Riri, saat menyaksikan sahabatnya tengah celingukan memastikan tidak ada yang melihat hal tersebut.

"Untung kesandung batunya estetik Va, hhhhaaa."ujar Alina yang sambil mengusap perutnya yang hampir kram karena tertawa.

Ziva mendelik kearah sahabatnya itu, "Mana ada estetik, Alina  ngeledek! Jahat banget, "Ziva bersidekap dada dengan bibir mengerucut kedepan.

Alina memutar bola, "Lagian Lo juga buat apa itu beli es krim sebanyak itu? Antasari,"ujarnya berdecak tak habis pikir.

Ziva tampak tersenyum dengan lebar,"Buat mandi Alin, Alin mau ikutan nantinya?"tanya Ziva mengerijap lucu, Savana terbatuk mendengarnya. Sementara Alina langsung berdiri dan memegang dahi sahabatnya itu dengan raut khawatir.

"Gawat deh nih si bocil satu,"adu nya dengan menggeleng kepala, wajah Alina benar-benar kepalang minta ditabok saat ini sok mendramatisir.

Savana yang melihat itu hanya terkekeh geli sekaligus merinding.

"Yang bener aja Zi, ya masa buat mandi. Kamu abis nonton apa?"tanyanya, ia memiliki insting kuat bahwa otak sahabatnya pasti terkontaminasi oleh apa yang pernah ia lihat.

"Bener, Ka Ziva aneh-aneh aja masa mandi pake es krim,"ujar Riri terkikik, ia berdecak tidak percaya dengan teman kakak sepupu itu.

Alina mangut-mangut, "Jangan sampe besok dia keramasnya pake es cendol, berabe!"pekik Alina merinding.

Ziva menghentakkan kakinya kesal, "Kalian ngga akan ngerti, ini Ziva praktekin yang dilakuin Suneo. Difilem Doraemon!"gerutu Ziva kesal.

"Dia mandi pake es krim Jil ato dari Prancis, 2 in 1 jadinya. Bisa mandi sekalian makan," lanjutnya dengan tampang minta ditabok.

Alina memiting kepala Ziva,"Ini nih, lu kan tahu tiap tahun film Doraemon tuh bocah-bocahnya SD mulu kaga pernah naek-naek, malah diikutin. Gini amat punya temen!"

"Gini gimana?!"tanya Ziva dengan garang membuat Alina menciut saat ingin kembali menggodanya.

Savana melerai, "Udah biarin aja, Ahh ... Ziva nanti sekalian pake helm bangunan sama bawa kemoceng ya mandinya,"mendengar itu membuat alis Ziva mengkerut tak mengerti.

The Hole Of HopeWhere stories live. Discover now