34

992 203 7
                                    

BAB 34
KERJA SAMA DAN KEHANCURAN
NYONYA AIDA

Hubungan yang dimulai dengan perselingkuhan hanya akan mendatangkan malapetaka untuk dirinya sendiri—
"***"

Keheningan, terasa hening untuk sementara waktu dan hanya menyisakan suara deruman dari mobil yang tengah melaju, sampai akhirnya mobil itu berhenti disebuah pantai dipusat kota.

Banyak anak muda disana hilir mudik dengan pasangan, sore itu tampak cerah meski awalnya hujan mengguyur cukup deras.

Alam nampaknya sedang bercanda ingin bercanda pada penduduk dimuka bumi, "Gue benci pantai,"lirih pemuda disamping, kini mereka sudah duduk tak jauh dari mobil yang terparkir.

Ivana diam tak penggubris, ingin mendengar tanpa perlu meminta kelanjutan, dan nampaknya Kavindra juga lebih suka seperti itu, "Terlalu luas, bikin orang jadi takut. Sama kaya ekspetasi orang lain terhadap kita, luas sampai kita sendiri ngga bisa ngelihat seluruh permukaan-nya dalam sekali pandang,"celoteh Kavindra.

Pemuda itu tampak menghirup udara disana sambil memejamkan mata, "Laut selalu liat langit yang membentang, tiap waktu, tapi itu ngga ngejamim bahwa langit juga dengan senang hati mau membalas menatap balik, pada laut karena harus menunduk kebawah,"ujar Ivana.

Kavindra tampak menoleh, "Sama kaya manusia, orang melambung seluruh tenaganya buat bisa terlihat, tapi ngga semua manusia sebaik hati itu untuk ngasih apresiasi balik, malah mungkin akan ada standar baru, yang ujung-ujungnya cuman nyakitin diri kita sendiri."ucap Ivana yang dihadiahi keheningan.

"Berdamai Vin, berdamai sama diri lo sendiri. Kalo orang lain ngga bisa untuk kita, setidaknya kita punya diri kita sendiri, tanpa harus meminta dan berharap dari manusia lain."Ivana menoleh, tampak mata Kavindra memerah membuat dirinya langsung berdiri.

Menghadap persis didepan pemuda yang masih setia duduk, ia merangkul kepala Kavindra untuk mendekat, tangannya yang lain sibuk menepuk pelan punggung pemuda itu.

Tak lama suara isak pelan terdengar, lengan Kavindra merangkul pinggang Ivana hingga membuat gadis itu tersentak. Kepalanya disandarkan tepat diperut Ivana, bahu pemuda itu  mulai bergetar membuat Ivana membiarkan perlakuan pemuda itu.

"Nangis, untuk kali ini gue bakal nutupin tangis Lo, tapi dilain waktu kalo gue ngga ada, inget Lo masih punya Tuhan."bisik Ivana, ia mengusap surai lebat milik Kavindra lalu menepuk-nepuk pelan kepalanya.

"***"
Ivana turun dari mobil Kavindra, sebelum itu dirinya tersenyum dan mengepal tangan memberi semangat.

Sebelum menutup pintu, Kavindra memanggil namanya. "Ivana boleh gue minta sesuatu?"tanya nya.

Ivana yang sudah diluar mobil, masuk kembali kedalam, menyedingkan dagu meminta penjelasan.

"Gue butuh Lo, bisa ngga Lo dateng kerumah gue sebagai pasangan."bibir Ivana berkedut setelah mendengar itu, "Jelasin maksudnya, jangan bertele-tele."ujarnya tegas.

Kavindra menghela nafas, "Gue mau batalin perjodohan sama Kalla, dan gue butuh Lo. Buat gue jadiin alasan,"jelasnya dengan jujur, Ivana memainkan bibirnya tampak berfikir.

"Kenapa harus gue? Ngga ada yang lain gitu," tampak ada nada keberatan diucapan Ivana, "Karena Lo anak dari keluarga Prawira dan karena cuman Lo yang saat ini temen perempuan yang bisa gue percaya," jawabnya, terdengar nada bicara Kavindra benar-benar tampak putus asa.

The Hole Of HopeWo Geschichten leben. Entdecke jetzt