22

1.2K 185 2
                                    

BAB 22
AWAL DARI SEMUANYA
'THE HOLE OF HOPE'

Hidup tapi seolah mati adalah definisi, hancur yang sesungguhnya.

*****

Angin malam menerbangkan beberapa helai anak rambut milik Savana yang kini tengah berada diluar pintu rumah sakit yang tampak ramai dengan orang yang berlalu lalang.

Savana melirik khawatir pada sahabat yang berdiri tepat  disebelahnya, siapa lagi kalo bukan Ziva. "Ziva kalo Lo punya masalah cerita, jangan dipendem sendiri."ucap Savana.

"Argh! Sa–kit,"Ziva memegangi kepalanya merintih, Savana merasa de'javu melihat hal tersebut. Aura ini lagi lagi terasa, namun kini terasa begitu tajam.

Savana tampak memasang mode siaga, ada yang tidak beres dan Savana menyadarinya. Semua orang disekitarnya tampak mematung, "Zi Lo nggak papa? Kita kayanya harus pergi dari sini, gue ngerasa ada yang ngga beres!"ujar Savana merangkul Ziva yang tampak masih kesakitan.

Namun tiba-tiba tubuh Ziva membayang, hingga rangkulan Savana tembus. Dan perlahan tubuh Ziva menghilang begitu saja.

Savana panik, "Zi Lo dimana?! Ini pasti mimpi!" Savana bahkan menampar pipi sendiri dengan keras, berharap dirinya bangun dari mimpi buruk ini.

Plak!

Plak!

Sakit, sudah kesekian kalinya bahkan pipi Savana tampak membengkak, Savana menangis. Ia bingung dengan apa yang sedang terjadi.

Orang disekitarnya juga tampak mengerang kesakitan, tubuh mereka sama-sama membayang seperti yang dialami oleh Ziva dan akhirnya menghilang.

Tubuh Savana bergetar hebat, namun kilatan merah terpancar didepannya membuat dirinya terkesiap, ia menyadari sesuatu seolah dirinya mendapatkan sebuah pencerahan.

Ia tahu sekarang kenapa perasaan tidak enak dan sering resah belakang ini, itu karena alurnya melenceng. Savana menepis pikiran yang masuk di otaknya yang tampak tak masuk akal, namun sinar merah didepannya tampak mempertegas pemikiran tersebut.

"Gue cuman tokoh dalam novel?"gumannya, entah pikiran dari mana tapi hatinya tampak bersikukuh membenarkan hal tak masuk akal tersebut.

"Savana! Cepat kesini, kita ngga punya waktu!"teriak seorang gadis, ternyata itu Peony yang tengah duduk didalam sebuah mobil jeep.

Savana berlari kearah Peony, masuk kedalam mobil. Tampak Peony langsung memacu mobilnya, "Gue tahu ini kedengeran gila, tapi gue punya firasat kalo kita—"

"Cuman tokoh dalam novel?"lanjut Savana memotong ucapan Peony, Peony hanya mengangguk dengan ragu meski sedikit terkejut Savana telah mengetahuinya lebih dulu.

Peony merogoh saku celananya, "Gue ngga tahu ini apa, tapi kaya-nya cuman ini yang bisa nolong kita, sekarang."ujar Peony mengeluarkan dua kartu berwarna silver dan gold.

"Kartu kesempatan dan keberuntungan?" tutur Savana mengambil kartu tersebut dari tangan Peony.

"Gue tahu tempatnya, tapi kita harus jemput Abbyan sama Derren lebih dulu."jawab Peony, tanpa sadar ia mengeratkan pegangan pada stir mobil karena tangannya sedikit bergetar.

Savana menoleh, "Kenapa? Apa hubungannya sama Kak Abbyan dan Kak Derren?" Netra Peony membola.

"Gue kan pernah bilang gue denger  omongan Lo sama Ervin waktu di UKS, tapi gelagat Ervin bener-bener aneh, dia kaya mau ngejauhin Lo dari dua cowok itu dan—"

"Gue pikir mereka pasti tokoh utama pria dalam cerita ini."lanjut, menerka berharap asumsinya benar.

"Cerita ini?" Membeo, Savana tertawa miris, "Yah gue tahu, cuman masih sulit buat gue nerima semua ini."

Peony sendiri menghela nafas, "Kita bagian dari tokoh dalam cerita 'Impian Remaja', kita tokoh utama makanya kita yang bakal terakhir menghilang dari dimensi ini,"jelasnya dengan setengah hati, karena ia sendiri belum sepenuhnya menerima kenyataan ini.

Sebuah pertanyaan dikepala Savana terlintas, "Seandainya kita cuman tokoh novel kenapa bisa kejadian kaya gini? Apa ini termasuk kedalam alur cerita?" Ada rasa penasaran yqmg mengusik meski hal ini bertolak dengan logikanya.

"Bukan, ada yang masuk kesini tanpa akses, itu bikin cerita ini jadi berantakan. Satu-satunya solusi, kita harus masuk kedunia novel yang lain untuk selametin diri."

"Setelah itu? Apa kita bisa balik lagi kesini dan hidup kaya semula?"

Peony menyedingkan dagu kearah Kartu yang masih dipegang oleh Savana, "Kartu itu, kartu itu bakal bersinar kalo kita nyelesain dan mampu bertahan dicerita lain sampai ending."

"Jiwa kita bakal masuk kedalam tubuh tokoh sesuai akses yang udah ditentukan." Jelasnya, lalu Peony  keluar dari mobil Jeep tanpa pamit pada Savana, dan masuk kedalam sebuah rumah megah dengan perkara yang luas.

Tak lama tiga sosok remaja itu berlari kearah mobil dengan nafas memburu, mereka saling memandang untuk beberapa detik namun langsung sadar dan naik kedalam mobil.

Peony kembali memacu mobil dengan kecepatan diatas rata-rata, membelai jalan yang tampak sangat sepi dan sunyi, bulu kuduk mereka merinding, awan di langit juga tiba-tiba menggelap.

Peony sedikit menjelaskan dibantu dengan Savana, mau tidak mau kedua pemuda itu dengan ragu mempercayai semua itu, hingga mereka sampai di sebuah Villa diujung kota yang tampak megah dan asri.

Peony turun paling pertama dari mobil, "Portalnya ada didalam, kita harus cepat. Kita bakal masuk ke cerita 'The Hole of Hope', okee!"jelas Peony yang langsung diangguki oleh yang lainnya.

"Inget, nanti kita akan tahu alurnya sekekibat, yang perlu kita lakukan adalah adaptasi sebaik mungkin."jelas Peony, sebelum dirinya membuka pintu villa tersebut.

Ada cahaya putih terang bersinar menyinari mereka, tangan mereka refleks berpegangan dengan para pemuda yang ada dimasing-masing sisi dan perempuan ditengah.

"Kita mulai semuanya!"intruksi Savana, mereka melangkah maju bersamaan.

"Ayo!"

"***"
Thanks for reading yaa
Jangan lupa klik bintang dipojok untuk memberi vote

See you next chapter ❤️

rbilqiasiah



The Hole Of HopeWhere stories live. Discover now