35

983 190 5
                                    

BAB 35
HARI YANG PANJANG

Tuhan menitipkan rasa saling mengasihi, lalu setelahnya manusia diarahkan untuk berteman dengan yang lainnya, sayangnya, tak semua menggunakan pemberian itu—
"***"

Ivana menatap kosong kedepan tangannya sibuk dibalut kasa oleh Bagas yang sedari tadi tak henti-hentinya berdecak kesal.

Melihat sorot mata Ivana yang kosong membuat hati kecil Bagas tercubit, "Maaf ngga bisa jagain kamu, seharusnya Abang bisa jadi kakak yang baik."ucapnya penuh sesal.

Ivana mengerijap menepis semua pikiran yang tengah ia selami, ia tersenyum pada Bagas dan menangguk, "Maaf juga udah jadi adik yang nyebelin dan malu-maluin dulu,"lirihan mengusap rambut Bagas yang tampak sudah panjang itu.

Bagas terdiam hatinya benar-benar menyesal tidak pernah berada di samping adiknya, dan hanya sibuk mengomentari hal negatifnya saja tanpa mau peduli.

"Ade boleh potong rambut Abang ngga?"pinta Ivana, menyugarkan rambut Bagas kebelakang, rambut itu tampak berbalik kembali pada posisi semula.

Bagas terdiam sebentar sebelum akhirnya mengangguk, "Nanti kalo tangannya udah sembuh, sekarang jangan macem-macem." titihnya.

Ivana tersenyum lalu memeluk Bagas, pelukan nya terasa hangat. Ivana mengecup pipi Bagas sekilas membuat sang empu mendadak linglung dan mengerijapkan matanya pelan.

"Inget bang prioritas kita sekarang Alvaro, kita harus bisa jagain dia dan ngasih kasih sayang yang penuh."ujarnya, Bagas nampak mengangguk mengiyakan.

Malam ini Ivana bernafas dengan lega, ia memejamkan mata dan mulai tidur berdampingan dengan Bagas yang juga ikut tertidur sambil mengusap surai Ivana dengan lembut.

"***"
Esok harinya ...

Pagi itu, semua anggota keluarga berkumpul sarapan bersama dengan hikmat. Ivana terlihat memberikan perhatian lebih pada Alvaro, dan tampak adik tirinya itu senang mendapatkan perlakuan tersebut.

Bagas berkata dirinya sudah berbicara pada Alvaro mengenai Aida yang tidak akan ada dirumah untuk sementara waktu, dengan dalih sedang berlibur ke luar kota, dan tampaknya Alvaro percaya dan tidak  mempermasalahkan hal itu.

Setelah acara sarapan selesai Bagas mengajak Ivana untuk berangkat sekolah bersama, untuk pertama kalinya. Ivana tentu saja menyetujui hal tersebut dengan senang hati.

Sedangkan Danu, nampaknya, papahnya itu berusaha menyibukkan diri, untuk mulai melupakan Aida terlihat dari jadwal kerja keluar kotanya yang tampak padat.

Sampai disekolah, seantero sekolah langsung dibuat gempar kabar Ivana yang dibonceng oleh Bagas, terlihat sepasang adik kakak tersebut tampak harmonis.

Ivana menyiku pelan perut Bagas, sang empu tampak tersentak kaget, dan melirik kearah Ivana, "Tuh liat, langsung gemar dong satu sekolah, lu sih bang, Ade cantik begini baru diakuin sekarang." Sindir Ivana tanpa pedas, Bagas hanya diam dan  tersenyum kecut merasa bersalah.

Ivana berpisah diujung belokan koridor yang memisahkan antara gedung kelas 11 dan 12, "Belajar yang bener,"seru Bagas pada Ivana, ia mengusap surai adiknya itu sebelum melangkah pergi.

The Hole Of HopeWhere stories live. Discover now