38

931 195 9
                                    

BAB 38
SELESAIKAN MASALAH KAVINDRA

—Masalah yang paling mengerikan bagi manusia sekarang adalah, perekonomian, jika sampai jatuh, bayangan kesengsaraan hidup nampak lebih mendominasi dari pada kasih dan cinta—
'***"

Ivana gadis itu tengah mengikat rambut berbentuk ekor kuda, melihat tatana rambutnya tampaj rapih ia tersenyum puas. Hari ini Ivana memakai baju dengan gaya classy chic style, simpel namun masih terlihat elegan.

Ia sebenernya ingin bermain di hari weekend seperti ini, jika saja tak ingat dengan janjinya kepada Kavindra beberapa hari yang lalu.

Selesai dengan semua itu Ivana memutuskan untuk turun dan menunggu Kavindra digerbang rumah, namun tampaknya pemuda itu sudah datang lebih awal terlihat mobil Chevrolet Camaro ZL1 sudah terparkir diluar gerbang.

Ivana membuka pagar rumah dan menguncinya kembali sebelum masuk ke dalam mobil tersebut.

"Hai udah lama nunggu?"tanya Ivana basa-basi, Kavindra menggeleng. "Baru lima menitan, jalan sekarang ya. Thanks udah mau bantuin gue,"ujarnya mulai menjalankan mobil.

Ivana menatap keluar jendela, "Nanti gue harus apa? Apa mereka bakal percaya,"bertanya-tanya, Kavindra mendengar itu terkekeh miris.

"Kalo sampe mereka ngga percaya, mati gue!" Mendengar itu Ivana menoleh cepat, "Jangan! Cepet amat Lo mati, ngga takut tuh dosa numpuk, bangga bet lu punya dosa. Ngomong tuh disaring dulu!"ucapnya sedikit nge-gas.

Kavindra tertawa, lebih tepatnya menertawakan dirinya sendiri. "Gue emang gitu, gampang ngomong soal kematian. Capek soalnya," tersenyum miris mengingat hidupnya.

"Lo cuman lagi cape, besok juga ngga. Kan ada gue," celoteh Ivana dengan nada bergurau.

Mendengar itu Kavindra terkekeh,  "Bisa aja Lo, udah pinter mancing-mancing sekarang."tutur Kavindra menoleh gemas kearah Ivana yang tampak acuh.

"Mancing keributan sih jago," jawabnya. Mencairkan suasana yang tadi sempat sedikit melow.

Keheningan terjadi disepanjang jalan, Ivana tampak serius dengan ponselnya dan Kavindra memilih tidak mengganggu gadis itu.

Sesampainya didepan rumah Kavindra, Ivana tampak bersemangat tanpa ada rasa gugup sedikit pun.

"Lo siap?" tanya Kavindra memastikan, "Cuman ketemu orang tua Lo, bukan mau nikah sama Lo, napa harus tegang, refleks! Inhale, exhale." ucapnya sambil mempraktekkan hal tersebut, mengambil nafas dan membuangnya dengan teratur.

Merasa sudah tidak terlalu tegang, Kavindra menggandeng tangan Ivana, "Inget, Lo kalo gue ngomong, iya in aja! No debat!"titih Ivana dengan nada tak terbantahkan dan Kavindra hanya mengangguk menurut.

Kavindra melangkahkan lebih dulu, Ivana tampak berjalan dengan anggun dengan seulas senyum tipis dibibirnya, Kavindra bahkan dibuat beberapa kali mengerijap, seperti gadis itu akan melakukan yang terbaik.

"Pah, Mah ..."panggil Kavindra, terlihat pasangan paruh baya itu tengah duduk santai diruang tamu.

Darmes melihat putranya menggandeng perempuan, sontak berdiri. Tapi gerakannya terhenti saat bukan gadis yang ia pikirkan yang tampak menggandeng tangan putranya itu.

Ivana tampak mendekat, menyalimi Darmes yang tampak terlihat linglung sekaligus terkejut, "Ivana Om, dari keluarga Prawira."memperkenalkan diri dengan penuh percaya diri.

The Hole Of HopeWhere stories live. Discover now