18

1.1K 166 0
                                    

BAB 18
HUJAN DAN GADIS PEONY

Kebenaran nyatanya sering menampar kita untuk kembali sadar bahwa dunia tidak pernah selalu sejalan dengan kemauan manusia
*****

Kini Savana berlari keluar rumah sakit dengan air mata yang berderai, dia harus apa saat ini? Berterima kasih pada takdir karena memberikan keluarga yang hangat atau marah pada keadaan yang selama ini membohongi'nya. 

Rintikan hujan mulai jatuh kala Savana tengah terduduk di trotoar dekat halte bus. Dirinya menenggelamkan kepalanya dilipatan kaki, mencoba menetralisir rasa sakit di hatinya yang rasakan saat ini.

Terdengar langkah kaki mendekat, "Jangan ngegembel disini goblok, tar lo dikira PSK lagi mangkal," tutur seorang gadis sambil memayungi Savana.

Savana tak mengindahkan ucapan seseorang yang tampak berdiri disampingnya itu, hembusan nafas dari gadis itu terdengar ia tampak duduk manis disebelah Savana tanpa permisi.

''Nama gue Peony Anatasya,"ucapnya, gadis itu tampak berdecak, kala tak mendapatkan respon. "Udah ngga usah mewek begitu mening lo temenin gue ke club daerah sini.'' ucapnya.

Terdengar Savana menghembuskan nafas berat. Dengan kesal Savana mengangkat kepalanya melempar tatapan sinis dengan wajah datarnya.

Terlihat hidung Savana memerah dengan mata yang sedikit membengkak, ia kesal setengah mati pada gadis bernama Peony ini.

"Ngga usah sok kenal, basi!"ujar Savana, ia berdiri berniat pergi dari tempat itu namun urung saat tangannya malah ditarik untuk duduk kembali.

"Lo apa-apa sih! Ngga jelas banget,"sentak Savana, tampak Peony mengangkat bahunya acuh, "Gue cuman mau temenin doang, ngga lebih jadi santai aja kali."

Savana menatap malas, "Gue ngga butuh ditemenin!"tekan Savana membolakan matanya.

"Nangis nangis aja, teriak sekalian. Gue tahu hati Lo lagi sakit, jangan ditahan." Savana melirik tajam gadis disampingnya, "Sok tahu,"sanggah Savana.

Peony terkekeh, memandang Savana dengan lekat meski air hujan membanjiri wajahnya,"Gue denger semuanya, dirumah sakit. Tentang Lo,"terdengar tawa dari bibir Savana.

''Lo nguping?! parah gila, ngga punya sopan santun banget lo!''ucap Savana sedikit mendorong tubuh Peony agar menyingkir dari sampingnya.

"Etss ... kuping gue tajem, jadi mohon maaf nyonya besar kaga sengaja kedenger itu, suer!"tutur Peony sambil terkekeh, "Gue ikutin Lo cuman takutnya, Lo nekad nyemplung kegot buat bunuh diri kan ngga lucu."lanjutnya.

Savana menghela nafas lalu memalingkan wajahnya,"Gue emang lagi ada masalah tapi gue ngga bakal berfikiran se-sempit itu."ucap Savana dengan nada yang kini sudah mulai tenang.

''Entah kenapa gue ngerasa Lo itu hebat, dan nih yaa, cewe itu kadang harus lebih kuat secara batin dan emosional,"ujarnya.

"Ya... meski gue sendiri belum bisa nerapin hal itu,''lanjutnya bergumam sedikit pelan.

Savana kini menatap kembali gadis disampingnya, "Gimana mau nerapin-nya, lo aja gila begitu,"tutur Savana tersenyum miring.

Peony kini memelototinya, "Kalo gue gila lo apa? tadi nangis sekarang udah bisa senyum-senyum begitu, sinting lu?!'' sarkas Peony dengan kesal lalu mulai menyumpahi gadis disampingnya dengan sumpah serapah.

The Hole Of HopeWhere stories live. Discover now