48

880 160 9
                                    

BAB 48

RASA CINTA ATAU EGO

—Merasa kalah saing, sampai cara kasar kadang menjadi pilihan dalam pemikiran yang sempit—

"***"

Ivana, gadis itu berdiam diri disebuah taman kecil setelah keluar dari rumah sakit, udara sore hari mulai menerpa kulitnya perlahan, hangat dan sejuk itulah perpaduan sang petang.

Ivana memejamkan matanya, bingung juga lelah mendominasi dirinya saat ini. Namun suara langkah kaki yang semakin mendekat kearahnya lalu berhenti di depannya membuat mata Ivana kembali terbuka.

Seorang pemuda dengan peluh dikeningnya serta pipinya tampak memerah entah kesal atau apa, tapi pemuda itu memberinya tatapan tajam.

Kavindra, dirinya menarik tangan Ivana, membuat gadis itu terjangkit kaget dan langsung memposisikan diri untuk berdiri, "Lo apa apan sih!"gerutu Ivana dengan kesal.

Kavindra menatap tajam, "Lo ngomong apa sama Mawar?! Dia minta putus dari gue karena Lo!"ujar Kavindra setengah berteriak.

Ivana terdiam memproses apa yang baru saja dikatakan oleh Kavindra, "Gue ngga—"

"Lo salah! Ngga usah segala pake pembelaan, hariin mawar disiksa habis-habisan sama Laura itu atas perintah Lo kan?!" Nafas Kavindra nampak memburu.

Cukup sudah hari ini kesabaran Ivana di uji, tangan Ivana menarik kerah seragam Kavindra dengan kasar membuat pemuda dihadapannya nampak terdiam karena terkejut, untuk beberapa saat.

"Ngga usah cari gue segala, kalo Lo udah punya jawaban sendiri tanpa mau ngedengerin dulu dari sudut pandang gue!" ujar Ivana sewot.

"Apa yang mau Lo omongin! Mau pake nama Orion Bagaskara?! Lo tahu dia siapa, rival gue anjing."tangan Kavindra terkepal kuat.

"Tutup mulut bajingan Lo itu sialan!" tak kalah kasar, Ivana mendorong tubuh Kavindra menjauh. Pemuda didepannya terkekeh pelan, "Setelah pura-pura jadi pahlawan dihidup gue, Lo sekarang bikin hidup gue semakin ancur iya!"

Ivana menekan jarinya dikepala Kavindra, menoyor kepala pemuda itu pelan. "Pake otak kacang Lo itu, siapa yang butuh sejak awal?! Dan ya ... apa kata Lo tadi? Gue bikin hidup Lo makin ancur? Astaga." Ivana bertanya diselingi tawa hambar kepalanya menggeleng tak percaya.

Ivana tersenyum remeh, "Bukan gue yang bikin hidup Lo ancur! Tapi mata Lo yang selalu buta sama nikmat yang Tuhan kasih, Lo yang bikin hidup Lo sendiri semakin berantakan."

Kavindra terdiam ia memalingkan wajahnya, kata dan perlakuan Ivana yang apa ada meski terkesan sangat kasar selalu sukses menampar sisi ego dari Kavindra.

Ivana sendiri tengah bergelung dengan pikiran sendiri, apa-apaain ini mawar memutuskan Kavindra dan menyalah dirinya, Ivana memijat pelipisnya yang sedikit nyeri.

"Peo, apa yang sebenarnya Lo lakuin!" Ivana melolong dalam hati, mengumpat Mawar yang bertindak seenaknya saja, padahal dia sendiri yang bilang untuk cepat menyelesaikan alur cerita ini, supaya mereka bisa kembali ke—

Tunggu.

Ivana merasa melupakan satu detail penting, ia menjentikkan jarinya. "Mawar janji buat bantuin gue tentang skandal itu, tapi dia malah menghilangkan— dan sekarang dia putusin Kavindra? Aneh." Dahi Ivana berkerut, ada yang tidak beres dan itu benar-benar membuat Ivana berfikir keras.

Namun ucapan Kavindra yang terlampau diluar prediksinya membuat pikiran Ivana kembali buyar. "Gue cinta sama Lo," lirihnya dengan pandangan tertunduk kebawah.

Ivana terkesiap, ia terdiam beberapa saat sampai akhirnya dirinya mengangkat wajah Kavindra dengan jari telunjuknya, "Ngga usah becanda Vin!"jawab Ivana dengan sinis.

Ivana mendengus, "Mikir Kavindra, bukan karena gue udah nyelesain masalah keluarga Lo, Lo bisa seenaknya kaya gini." Kavindra menatap Ivana penuh harap.

"Maaf kalo hati gue ngga tahu diri, tapi tolong Lo dengerin gu—"ucapan Kavindra terpotong.

Ivana berdesis, "Buat apa, itu sama aja gue ngasih harapan palsu. Ngga usah basa basi, gue tanya bukannya Lo secinta itu sama Mawar? Terus kemana sosok Kavindra yang itu hm,"ujarnya, Ivana mendudukan tubuhnya kembali dikursi taman.

"Gue bukan perempuan yang bisa Lo cintai semudah itu, terlalu rumit ... Lo ngga akan tahan dengan mental tempe Lo itu." Namun perkataan tersebut tak digubris oleh Kavindra.

"Ilangin perasaan itu Vin, demi kebaikan Lo juga." Lanjut Ivana tak tanggung-tanggung.

"Bukan gue yang mau! Hati ini yang jatuh hati tanpa gue minta Va," bela Kavindra.

Ivana memutar bola matanya, "Kita emang ngga bisa menetapkan hati buat jatuh pada siapa, tapi kita bisa kontrol perasaan kita Vin, untuk  berhenti dari hubungan yang salah."

"Atau lebih tepatnya, orang yang salah."

Kavindra mengepalkan tangannya, "Apa itu karena Lo lebih milih Orion?" tanya Kavindra dengan setengah hati, sementara Ivana tersenyum tipis.

Gadis itu memiringkan kepalanya sedikit, menyadari sesuatu. "Lo marah-marah tadi itu karena cemburu, atau murni hati Lo lagi kacau setelah ditinggal Mawar?" goda Ivana menyeringai.

Kavindra melangkahkan kakinya, mengurung tubuh Ivana yang tengah duduk, tubuhnya membungkuk. "Kalo gue bilang gue cemburu, bukannya itu terdengar terlalu bajingan?" ujar Kavindra blak-blakan.

Ivana tertawa lepas, ia tak memikirkan jarak yang begitu tipis antara dirinya dan Kavindra, "Lo udah punya komitmen sama cewek lain aja bisa pindah haluan, gimana kalo nanti punya hubungan sama gue? Mau bikin harem Lo?"

"Hati gue ngga semurahan itu,"sanggahnya, lalu Kavindra membenarkan posisinya kembali menjadi berdiri dengan tangan kiri dimasukan kecelana seragamnya.

Kavindra mengangkat bahunya, "Salah gue dimana? Disaat dia udah pernah jalan sama rival gue sendiri, gue mulai ragu." Kavindra tampak menerawang, dirinya mengingat saat Mawar makan berdua bersama dengan Orion membuat bibir tersenyum getir.

"Dan saat Lo mulai ragu, ada gue yang bikin Lo bebas dari neraka yang dibuat bokap Lo sendiri?" Ivana melanjutkan cerita Kavindra, pemuda itu tampak mengangguk dengan raut wajah yang sedikit menggelap saat mengingat memori buruk dalam hidupnya.

Ivana mangut-mangut, tangannya bersedekah didada. "Vindra, jangan jadiin manusia jadi pusat dalam hidup Lo. Kalo Lo ngomongin cinta? Perasaan Lo sekarang ke gue mungkin lebih tepat bisa dibilang cuman sebatas perasaan nyaman,"

"Not because of a cursory feeling, you can conclude that it is true love."

"Kalo gue ngga cinta sama Lo, gue ngga bakal cemburu! Gue ngga akan semarah tadi,"

"Apa itu bener rasa cinta, atau karena ego Lo tersentil aja? Saat dimana, rival Lo malah bisa deket sama perempuan yang ada di lingkaran hidup Lo?"

"Come on Kavindra, don't be short minded," ujar Ivana.

Kavindra menggigit bibir, dahinya berkerut tak suka,"My heart feels betrayed, and I feel lost to him!"ujarnya dengan nafas memburu, sedangkan Ivana yang sedari awal mulai menyadari alasan tempramen Kavindra naik terkekeh pelan.

"Dasar bocah! You're just afraid that yours is taken by your rival, right?"tanya Ivana, ia sedikit terhibur sekarang dengan wajah Kavindra yang gelagapan, tampak sekali pemuda itu tengah menahan diri karena gengsi.

Kavindra terdiam, Ivana menarik lengan pemuda itu untuk duduk disebelahnya. "Patah hati sekali sama perempuan, ya tinggal move on. Jangan diambil pusing masih muda ko banyak pikiran." nasehat Ivana kepalang santai membuat Kavindra berdecak kesal.

Saat bersama Ivana, suasana hatinya selalu sukses di obrak abrik. Namun entah kenapa itu seolah menjadi ciri khas seorang Ivana, tak terduga. Sikap yang ia ambil selalu sulit ditebak.

"***"
Please for vote and komen!
Enjoy the story yaaa ❤️

See you next chapter guyss!

rbilqisasiah



The Hole Of HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang