31

1K 194 0
                                    

BAB 31
DI KANTIN PENUH CEMBURU

—Perasaan itu sulit ditebak, lebih rumit dari mengitari labirin, lebih menguras otak dari pada bermain puzzle dan lebih menekan dari pada ujian nasional—

"***"

Dikelas Ivana tengah berkutat dengan buku paketnya dengan menatap fokus, sesekali ia mencatat materi yang penting untuk menjadi bahan diskusi kelompok hari ini.

"Eh kaya-nya tugas kelompok ini ngga akan selesai sekarang deh, gimana kalo kita lanjut kerjain dirumah gue?"usul Malik teman kelompok Ivana.

Malik sendiri dikenal sebagai ketua kelas yang tegas, ditambah lagi ia termasuk kedalam jajaran murid berprestasi.

"Gue males, gue ngga bisa!"jawab Fita sambil melirik kearah Ivana dengan tatapan tajam.

Ivana merasakan dirinya sedang ditatap, namun ia memilih mengabaikan-nya dan kembali fokus pada buku paket tebal dihadapannya.

Entah apa yang difikirkan Fita, semenjak kejadian di mall waktu itu ia tampak selalu menatap sinis dan tidak suka pada Ivana, entah apa alasannya.

"Kenapa sih? Per-kelompok cuman 3 orang, kelompok ini juga permanen buat pelajaran biologi. Jadi tolong kerjasama nya jangan enak sendiri,"ucap Malik menatap tidak suka pada Fita.

"Kalo Lo mau gue ikut, jangan ajak Ivana itu aja mau gue."pinta Fita dengan percaya diri.

Ia yakin Malik akan lebih memilih bekerja kelompok dengannya ketimbang bersama Ivana, gadis yang terkenal naif dan bodoh dalam semua mata pelajaran memangnya bisa apa.

Malik semakin menatap tidak suka kepada Fita, pasalnya dirinya lah dan Ivana yang sedari tadi sibuk berdiskusi, bahkan Fita mencatat bahan diskusi saja tidak. Dan bisa bisanya gadis dihadapannya meminta sesuatu yang membuatnya tak habis fikir.

"Ivana, nanti pulang sekolah mau langsung atau mau pulang dulu? Ngga bisa ditunda kita kepepet detline nih."ucap Malik pada Vana.

Mendengar penuturan itu Fita menjadi marah, berpikir bahwa Malik tidak menganggap-nya. Menanggapi ucapannya yang tadi saja tidak, sial. Kenapa bisa Malik lebih memilih gadis naif itu.

"Langsung aja, biar ngga ke-maleman pulangnya. Ahh yaa ... Ortu Lo ada dirumah kan?"tanya Ivana dengan alis terangkat.

Ekspresi Malik berubah menjadi sedikit murung, "Ngga ada, lagi pergi dinas keluar kota."ucapnya dengan nada datar.

Ivana memandang Malik sebentar, "Kita ngerjain di rumah gue aja ya, ngga enak cewe dirumah cowo, yang ngga ada ortu-nya, bahaya."ucap Vana blak-blakan.

"Gue ngga akan macem-macem kali Vana,"jawabnya sedikit tidak terima.

"Siapa yang tahu Mal, sebaik apapun perempuan, maupun laki-laki kalo udah berdua-an bisa timbul nafsu, kalo ke-goda setan kan repot."jelasnya lalu tersenyum tipis pada Malik yang kini mengerijap.

"Kenapa Ivana jadi keliatan cantik banget, dewasa lagi."gumamnya dalam hati sambil mengigit bawah bibir menahan senyuman.

Ivana membereskan buku dan alat tulis, ia ingin segera bergegas ke kantin karena sudah sangat lapar.

Seseorang menepuk pundak Ivana, membuat gadis itu menoleh. "Ivana, bareng ke kantin ya. Sambil sekalian sedikit ngobrolin tugas,"ucap Malik, Ivana tampak mengangguk mengiyakan.

Mereka berjalan berdampingan, Ivana melirik sekilas pada Malik karena merasa pemuda itu terus menatatap kearah. Malik tampak seperti maling tertangkap basah, ia mengalihkan pandangannya kearah lain.

The Hole Of HopeWhere stories live. Discover now