PART 48

1.8K 110 5
                                    

Jangan lupa follow ya, kak.💙❤

Selamat membaca🤗

...

Dua bulan kemudian

Dalam ruangan dengan gorden yang masih belum terbuka. Seorang laki-laki tengah duduk diujung ranjang. Kepalanya tertunduk dibalik lututnya, tangannya disilangkan pada kepalanya. Memikirkan tentang semua yang membuat dadanya kembali sesak.

Dunia ini begitu lihai mempermainkannya. Ketika ia di kelilingi oleh orang-orang yang seperti api, disana ia berusaha menjadi air yang menyejukkan. Namun, api itu bukannya padam, melainkan semakin membara. Pun sama, dia pernah menjadi api dalam kehidupan sebelumnya, tapi, seorang dengan peringainya yang begitu lembut membuat api dalam dirinya padam.

Sekarang, dengan banyaknya permainan tangan-tangan tidak bertanggung jawab, apakah ia akan menjadi api yang siap membakar siapapun yang berada disekelilingnya?

Ada yang mengatakan, jangan pernah membalas kejahatan dengan kejahatan. Tapi, balaslah kejahatan itu dengan kebaikan, maka hidupmu akan bahagia. Apakah itu akan berlaku pada laki-laki ini?

Ia mengangkat kepalanya, mengusap wajahnya yang terlihat begitu menyedihkan. Dagunya sudah ditumbuhi bulu, seperti seorang yang sudah kehilangan dirinya. Bawah matanya menghitam, tidak terurus sama sekali. Hidupnya terasa tidak berarti.

Sebuah luka lama kembali menekan dadanya hingga kebagian terdasar. Kejadian beberapa hari yang lalu membuatnya kembali terdiam. Tatapannya kosong, sebuah rahasia besar yang membuatnya ingin menghilang dari muka bumi sekalipun. Ia kalah!

Suasana kantor bergitu riuh. Ditengah banyaknya karyawan yang demo karena isu PHK membuat satpam dan petugas lainnya kewalahan. Sebagian karyawan sudah dipecat karena perusahaan benar-benar diambang kehancuran.

Karyawan mengamuk, ada yang melempar batu dan memecahkan kaca perusahaan, ada pula yang membakar ban dan dilemparkan kedalam lobby. Itu membuat petugas yang berjaga panik. Seorang lelaki keluar melihat keributan yang terjadi.

“Pak Gilang, bagaimana ini?Karyawan mengamuk.” Kata seorang satpam yang bertugas mengamankan tempat itu.

“Kenapa bisa seperti ini?”

“Karyawan mendapatkan kabar kalau mereka semua akan di PHK pak. Banyak properti perusahaan yang sudah di rusak.”

Gilang langsung menelpon Raihan yang tengah di ruang kerjanya. Raihan langsung turun dan melihat kejadian itu dengan matanya sendiri.

Suara sirine polisi berbunyi, semua karyawan yang berdemo langsung bubar. Tidak dengan wartawan yang langsung menyerbu polisi dan beberapa petugas yang sempat mengamankan lokasi tersebut. Belum beberapa menit, kejadian itu sudah menjadi perbincangan di media masa.

“Rey, aku sudah memperingatkanmu untuk melaporkan papa ke polisi. Kenapa kau tidak pernah melakukan itu?”

“Beliau adalah pamanku, Lang. Dan jangan lupakan kalau beliau adalah Papa kandungmu.” Jelasnya. Gilang menjambak rambutnya gusar. Papanya sudah semena-mena dengan perusahaan ini. Ini sudah lebih dari kata gila.

“Ini sudah gila Rey! Lebih dari itu! Jangan terlalu baik padanya!”

“Beliau yang sudah membantu papa dan mengembalikan perusahaan ini seperti seblumnya, Lang. Beliau berjasa untuk itu. Disaat orang lain mengucilkanmu, ada keluarga yang begitu menyayangimu. Dulu sekali, Om Kenan yang selalu memberikanku nasihat dan membimbingku setelah Papa. Om Kenan hanya belum menerima kenyataan itu, Lang.”

HUMAIRA (END)√Where stories live. Discover now