PART 10

3.6K 199 4
                                    

Selamat Membaca🤗

🍃🍃🍃

Suasana rumah yang sepi, udara yang begitu membuat ingin berlama-lama disana. Bunga yang tertata dengan rapi mengundang siapa saja yang melewatinya ingin langsung memetiknya. Apalagi dengan gemercik suara air yang mengalir di kolam kecil yang menenangkan. Seperti janjinya pada Humaira, lelaki itu mengantarkan ke rumah untuk mengambil handphone dan beberapa barang miliknya. Tampak pembantu, tukang kebun, sopir pribadi, dan satpam rumah menatap Ira dengan penuh kelegaan. Ternyata lelaki itu tidak membunuhnya.

“Non, non Ira pulang?” Bi Diah selaku pembantu rumah tangga itu langsung berhambur kepelukan gadis itu.

“Bi, Ira kangen sama bibi” Ira mengelus pundak yang sudah tidak lagi muda itu.

“Syukurlah non tidak apa-apa, bibi pikir non sudah...”

“Sstt, bibi jangan bicara yang tidak-tidak, Ira masih hidup kok” Tau apa yang ingin disampaikan Bi Diah, Ira hanya tersenyum tipis.

“Ira mau ngambil handphone sama barang-barang yang Ira butuhkan buat kerja bi” Ira melepaskan pelukannya dan berjalan ke arah lantai dua dimana kamarnya berada.

Bi Diah dengan setia menemaninya dan membantu gadis itu membereskan barang-barangnya. Untuk Raihan, lelaki itu diminta Ira untuk diam didalam mobil karena takut jika dia mengacaukan rumahnya lagi.

“Bi, minta tolong kemasi baju kerja dan juga sepatu Ira ya, sekalian kaos, manset, dan juga pakain Ira ya Bi” ujar Ira yang sedang membereskan berkas-berkasnya.

Dengan cepat Bi Diah memasukkan barang-barang yang diminta Ira, Ira juga sudah memasukkan buku-buku dan map yang dirasa penting untuk urusan pekerjaan. Tak lupa Ia memasukkan laptop beserta chargernya karena itu sangat penting baginya.

Gadis itu mengecek handphonennya dan banyak sekali pesan masuk disana, hingga Ia tidak tahu harus membalas yang mana terlebih dahulu. Ia memutuskan untuk membalasnya saat berada di apartemen lelaki itu. Entah kenapa berat sekali bagi Ira untuk mengucapkan nama Raihan.

“Non, kenapa tidak tinggal disini saja? Kenapa harus kembali bersama orang itu?” tanya Bi Diah saat memberikan koper pada Ira.

“Ini demi Ayah Bi, Ira tidak ingin Ayah kenapa-napa” jawab Ira sambil mengelus bahu Bi Diah. “Sudah, Bibi tidak perlu khawatir. Ira baik-baik saja” Ira tersenyum saat melihat rasa khawatir pada wajah pembantunya.

Setelah dirasa cukup, gadis itu berjalan keluar untuk kembali ke apartemen Raihan. Iya, dia tidak bisa kembali ke rumahnya karena jika Ia kembali maka Raihan akan membunuh Ayahnya. Ira tidak ingin itu terjadi.

Di dalam mobil, Raihan bosan menunggu terlalu lama, Ia membuka pintu mobil dan berjalan masuk ke rumah itu. Baru saja akan menginjakkan kaki lagi disana, Ira muncul dari balik pintu.

“Mau apa?” tanya Ira dengan cepat menutup pintu lagi.

“Bisakah kau cepat, aku akan terlambat bekerja” kata Raihan membuat Ira jengkel.

“Aku tidak peduli” Ira berjalan melewati Raihan dan langsung masuk kedalam mobil membawa koper dan tasnya yang berisi berkas-berkas dan laptop. Raihan masuk kedalam mobil dan menyuruh supir menuju apartemen terlebih dahulu, padahal jarak dari kantor dan rumah Ira tidak terlalu jauh.

Ira melihat pesan masuk dari aplikasi WhatsApp-nya. “Banyak banget” gumamnya dan membuat Raihan melirik ke arahnya.

Gadis itu terus menscroll pesan yang ada, banyak panggilan dan sms juga disana. Seketika tangannya berhenti pada sebuah pesan, dari Poppy teman kerjanya. Dalam pesan itu, Poppy memberitahukan pada Ira bahwa ada seorang klient yang meminta jasanya untuk kasus pemerkosaan terhadap karyawan oleh Bosnya, karyawan itu tidak terima saat Bosnya memperkosanya dan tidak mau bertanggungjawab, Ia sudah melaporkan pada pihak polisi namun pihak polisi mengatakan bahwa lebih baik tidak berurusan dengan Bos itu karena Bosnya adalah penguasa di Kota ini. Tapi karyawan itu tetap meminta keadilan karena saat ini Ia sedang hamil. Oleh karena itu Ia meminta tolong pada seorang pengacara yang bisa memberikan hukuman setimpal pada Bosnya itu.

HUMAIRA (END)√Where stories live. Discover now