PART 26

3.3K 162 7
                                    

Selamat Membaca🤗

🍃🍃🍃

Ternyata begini ya ketika Allah sudah membolak-balikkan hati. Rasanya? Jangan di tanya.

_Princessmermaid_

...

Sepercik embun seperti membasahi hati yang kering. Dengan iringan angin pagi, sebuah senyum tak henti terlintas di wajah cantik perempuan yang kini terus menatap lurus pada wajah yang Ia rindu. Rindu pada seseorang yang Ia sebut kekasih halalnya.

Wajah penuh karisma itu kini hanya menampakkan raut lemah yang damai, bibir yang memberikan kata-kata manis itu kini pucat pasi. Ira tidak berhenti menggenggam tangan yang selalu mencubit pipinya karena gemas itu. Sejak sampai di rumah sakit Ia tidak berhenti memandangi wajah itu, menggenggam tangan kekar yang tidak berdaya karena kondisinya belum puih.

Di ruangan ini hanya ada Raihan dan Ira. Kinara dan Silvia sudah keluar sejak beberapa saat Ira datang karena memberikan Ira melepaskan rindunya pada Raihan. Kinara sudah tahu apa yang terjadi pada Raihan dan tahu bahwa Ira adalah putri dari Dika Abraham. Awalnya Ia kaget, Ira pikir Mama mertuanya akan marah padanya. Namun Mama mertuanya malah mendaratkan kecupan-kecupannya di seluruh wajah Ira.

“Maafkan aku Ma,” lirih Ira saat Ia baru sampai di rumah sakit. Kata-kata itu terus Ia lontarkan hingga Kinara beranjak dari ruangan Raihan.

“Kapan kamu akan sadar? Aku merindukanmu. Dan aku juga ingin meminta maaf padamu.” Katanya.

Ira menggenggam erat tangan Raihan, mendekapnya dan mencium tangan itu lama. Rasa bersalah dan rasa takut selalu menghampirinya. Ia tidak sanggup melihat Raihan dalam kondisi seperti ini. lebih baik jika Ia bertengkar setiap hari daripada melihatnya seperti ini. sebuah tangan membuat Ira langsung melirik ke arah pemilik tangan.

“Ira, bentar lagi Zuhur. Kamu ke musholla dulu aja, gantian biar Mama yang jagain Rey. Kamu juga belum makan kan? Sekalian langsung ke kantin aja ya.”

“Sebentar lagi Ma, lima menit lagi ya. Abis itu Ira ke Musholla.”

“Ya sudah, kalau gitu Mama tunggu di luar aja dulu.” Ujar Kinara kemudian meninggalkan anak dan menantunya itu di dalam.

Ira makin mengeratkan pagutan tangannya yang terasa pas di dalam genggaman Raihan. Ia tidak ingin beranjak dari sini sebelum Raihan sadar, Ia ingin menjadi orang pertama yang di lihat Raihan saat kesadaran sudah di dapatkan. Namun Ia juga harus segera melakukan kewajibannya kepada sang Maha Pencipta, biarlah nanti Ia mengadu untuk semua rasa yang sudah menggerogotinya ini. mendoakan kesembuahan untuk suaminya.

“Aku solat dulu, aku akan berdoa pada Allah semoga kau cepat siuman dan harusnya sekarang kau yang menjadi imam solatku. Sampai kapan kau seperti ini, hm? Aku tidak bisa melihat mu seperti ini. Mohon cepatlah sadar,” ujarnya menahan tangis.

Ira bangkit dari duduknya, di dekatkan wajahnya pada wajah yang kini tak bergeming saat Ia memintanya untuk bangun. Kemudian di kecupnya kening, pipi, dan bibir yang pucat pasi itu lama. Ia ingin menyalurkan rasa rindunya dan memberikan kekuatan pada Raihan agar cepat sadar dan menahan air matanya yang akan jatuh. Ia keluar dari ruangan dan mendapati Kinara yang berada di kursi depan ruangan dimana Raihan di rawat. Kinara menepuk bahu menantunya dan Ira berjalan menuju Mushola.

Setelah selesai solat zuhur Ira langsung kembali ke kamar inap Raihan. Masih dalam kondisi yang sama, lelaki itu belum membuka matanya dan membuat Ira semakin sedih. Tapi Ia tidak ingin menampakkan wajah sedihnya pada Kinara dan Via. Kalau Ira menunjukkan rasa sedihnya sekarang, Ia takut Mama mertuanya akan ikut sedih. Jadi, Ia harus tegar dengan keadaan ini.

HUMAIRA (END)√Where stories live. Discover now