PART 7

3.5K 182 0
                                    

Selamat Membaca🤗

🍃🍃🍃

Hampir pukul 3 dini hari gadis itu terbangun dalam tidurnya. Ia mengusap wajahnya dan melihat cahaya remang-remang dibalik jendela apartemen itu.

Matanya menyusuri setiap ruangan dan terkejut ketika mengingat dirinya semalam tidur di lantai dan sekarang berada di kasur berselimut tebal.

“Kenapa aku bisa disini? Apa aku berjalan sambil tidur?” gumamnya.

Ia kembali mengedarkan pandangannya melihat sekitar ruangan. Ia kembali kaget saat melihat seorang lelaki tidur yang tidur di sofa tanpa menggunakan selimut dan bantal.

Gadis itu berjalan mendekati lelaki itu dan saat tepat berada di depan lelaki itu Ia dengan susah payah meneguk ludahnya.

“Lelaki ini, ingin sekali aku meninju mukanya sekarang” batinnya sambil mengepalkan tangannya.

Ia memperhatikan wajah lelaki yang tidur tanpa dosa itu. Sesekali gadis itu menerbitkan senyum di sudut bibirnya.

“Tampan dan manis” kata-kata itu yang sekarang berada di otak gadis itu, namun Ia langsung menepis pikiran itu dan berjalan menuju kamar mandi.

“Apakah aku harus berwudu berkali-kali agar pikiran tentang lelaki itu tidak menghampiriku?” gumamnya saat selesai berwudhu.

“Apa dia tidak pernah solat malam? Tidurnya nyenyak sekali” gadis itu kembali membatin saat melihat Raihan masih tidur dengan pulas di sofa. “Kenapa harus memikirkan hal itu? Dia bukan siapa-siapamu Ira” batinnya kini mulai bermonolog sendiri.

Setelah lama membatin, gadis itu langsung solat malam. Usai solat malam Ia berzikir dan melantunkan Ayatullah dengan sangat merdu. Ia ingin sekali melanjutkan hafalannya, tapi karena tidak ada Al-Qur’an yang Ia lihat disana, Ia memilih membaca surat Ar-Rahman.

Ia mengingat dengan pasti surat itu. Karena itu adalah surat favoritnya, apalagi itu adalah mahar dari Rico untuknya. Hatinya tenang sekaligus teriris saat mengingat suara Rico yang merdu dalam melantunkan ayat itu.

Ia menangis lagi dalam bacaannya. Suara tangisan itu lolos dan membuat seseorang yang sedari tadi menyimak Ayatullah itu langsung terkejut.

“Apa dia sering menangis saat membaca Al-Qur’an?” batin Raihan saat melihat samar-samar gadis itu menangis. Isakan gadis itu membuat hatinya terasa sakit.

Ira berhenti menangis ketika mendengar azan subuh berkumandang, Ia kembali ke kamar mandi untuk berwudhu lagi. Ia kemudian solat subuh sendirian. Jangan tanyakan Raihan dimana, tentu saja Ia kembali tidur.

Setelah solat Ira masih melihat Raihan masih pada posisi yang sama.

“Kenapa dia tidak solat?” batin Ira saat melihat Raihan masih tertidur. “Waaahh ini tidak bisa di biarkan” Ira bangkit dan akan membangunkan Raihan. Namun ia berhenti saat kembali mengingat perlakuan lelaki itu padanya.

Ira mengurungkan niatnya, merapikan tempat solatnya dan kembali duduk di atas kasur.

“Maafkan Ira ya Allah, Ira belum bisa menerima keadaan ini” gumamnya.

Gadis itu termenung sambil melipat lututnya. Tanpa sadar matahari sudah menerobos kamar itu. Tunggu, seperti ada yang ganjal, “siapa yang membuka jendela itu?” Ira melihat jendela yang sudah tidak tertutup alias sudah terbuka itu. Ia mengedarkan pandangan ke arah sofa, lelaki itu tidak ada. Gadis itu kembali terdiam dan pikirannya melayang entah kemana lagi.

“Kalau kau melamun setiap hari seperti itu, kau bisa kerasukan” suara bariton itu membuyarkan lamunan Ira.

Tanpa memperdulikan ucapan lelaki itu, Ia menatap ke arah jendela.

HUMAIRA (END)√Where stories live. Discover now