Balasan Surat

1.2K 83 7
                                    

Hallo pembaca setia HUMAIRA!!!
Apa kabar? Hehe.
Buat kalian yang nungguin Ekstra Part, nih aku kasih.😂
Maaf karena semua cerita harus mandet seperti ini. Aku lagi menyibukkan diri, guys.😌
Oh, ya. Mau tanya dong tanggapan kalian tentang cerita ini. Boleh doang luangin waktu kalian sebentar buat komentar. Hehe. Komentar dari kalian adalah semangat buat penulis, guys.😊🤗

Terima kasih.🤗♥

Selamat membaca.🤗

...

Dua orang perempuan tengah duduk di kedai ice cream, tempat biasa mereka hanya untuk sekedar nongkrong. Yang satu tengah asyik memakan ice cream-nya, yang satu malah sibuk dengan pikirannya sambil mengelus perutnya. Hari sudah semakin sore, tapi mereka enggan untuk beranjak.

“Kenapa, sih? Dari tadi bengong mulu,” tanyanya saat melihat ada yang aneh dengan sikap sahabatnya itu.

“Caption yang aku buat di instagram gak bagus, ya?” tanyanya balik dengan raut wajah yang sedih. Pasalnya, belum ada respon dari seseorang yang ditujukan.

“Bagus, kok. Sejak kapan kamu bisa nulis kata-kata romantis bin alay kayak gitu?”

“Dari dulu lah, kamu aja yang gak tau,” Balasnya jutek.

“Cih, gadis tomboy ini berubah menjadi gadis mellow,” ledeknya.

“Heyy, kau akan tahu setelah jatuh cinta, Occa,” sangkalnya, “Coba nih, ya, kamu terima aja ajakan Gilang. Dia serius sama kamu.”

“Cih, mengalihkan topik pembicaraan.”

Hubungan Ira dengan Rossa memang kembali membaik. Mereka bahkan sudah seperti saudara saat berjalan bersama. Bahkan, Ira kembali memanggilnya dengan panggilan lamanya. Melupakan masalalu, mereka kembali merajut masa depan yang lebih baik. Berlajar dari masalalu itu perlu, agar tidak terjatuh pada kesalahan yang sama lagi.

“Memangnya kamu tidak mencintainya? Dia orang yang baik.” Rossa hanya mengangkat bahunya acuh. Dia belum yakin akan keputusannya, tapi, ia juga tidak ingin larut dengan cinta masalalunya. Ia memang masih mencintai Rico, tapi setelah adanya Gilang, ia ragu akan perasaannya pada cinta masalalunya itu. Dia juga bingung dengan dirinya saat ini.

Mengabaikan pertanyaan Ira, Rossa memilih membuka sosial media miliknya. Baru saja membuka aplikasi WhattsAppnya, ia tertegun.

“Ra, laki lu,”

“Kenapa laki gue?”

“Ke—kecelakaan,”

“Ohh, kecelakaan.” ujarnya pelan.

“HAH? KECELAKAAN?”

“Ra, kita ke rumah sakit sekarang. Elu tenang, ya.” Bujuknya, suara Ira membuat pengunjung yang ada disana melihat mereka dengan tatapan yang tidak dapat diartikan.

Ira sedari tadi duduk tidak tenang didalam mobil. Serasa mobil itu berjalan lambat, padahal inginnya mobil itu langsung berada di rumah sakit. Ia khawatir akan kondisi suaminya. Hingga sampai di rumah sakit, ia langsung berjalan cepat seraya memegang perutnya. Rosaa di belakangnya kalang kabut, pasalnya Ira tengah hamil besar. Perkiraan dokter ia akan melahirkan seminggu lagi.

“Ra, pelan-pelan. Ingat kandunganmu,” seru Rossa kala tak dapat mengimbangi lari sahabatnya itu. Rossa baru saja akan memasuki rumah sakit, sedang Ira sudah berada di meja recepsionist.  Ia berjalan dengan cepat sambil merogoh handphone yang ada di dalam tasnya, ingin menghubungi Gilang lagi, menanyakan dimana ruangan Raihan. Saking khusuknya mencari, ia tidak melihat orang jalanan hingga mendabrak orang yang sedang berlawanan arah dengannya.

HUMAIRA (END)√Where stories live. Discover now