PART 28

3.1K 156 5
                                    

Selamat Membaca🤗

...

Cemburu mu itu....
Aku suka!

_Raihan Malik Widjaja_

🍃🍃🍃

Seorang lelaki menggunakan gamis abu-abu dengan sorban di lehernya keluar dari masjid Al-Azhar. Senyumnya sedari tadi tak pernah hilang, membuat semua orang bertanya-tanya dan kagum akan senyum yang sangat indah itu. Ini kali pertama lelaki itu terlihat aneh dan sedikit berbeda dari biasanya.

“Tumben hari ini senyummu manis, ada apa?” tanya seorang perempuan yang menghampirinya.

Lelaki itu tetap mempertahankan senyumannya, “Memang senyumku selalu manis. Kau baru tahu?”

Perempuan itu terlihat kesal dan menyamai langkah lelaki itu. “Ayolah beritahu aku Malik. Pelit sekali.” Katanya dengan nada yang ketus.

“Kau kepo sekali.”

“Tapi Malik, ak—“

Suaranya perempuan itu harus terhenti ketika terdengar suara handphone, Ia kesal.

“Hallo Assalamualaikum Pa.”

“Waalaikumusaalam, bagaimana ujian terakhirmu tadi. Apakah sulit?” tanya suara di seberang sana.

“Alhamdulillah lancar Pa. Kapan Papa akan mengunjungiku lagi?”

“Mungkin dua minggu lagi, kamu rindu dengan Papa ya?” tanyanya dengan sedikit tertawa.

“Tentu saja Pa, aku sangat rindu dengan Mama, Papa, juga calon adik kecilku.” Ujarnya bersemangat.

Belum sempat Ia berrbicara lagi, terdengar suara pintu yang di gedor dengan kasar. Terdengar suara ribut di seberang sana yang membuat Rey ketakutan. Apalagi setelah Ia mendengar suara tembakan yang langsung membuat jantungnya serasa berhenti berdetak.

“Pa.. Papaa... Papaaaaa...”

“Paaapaaaaaa......”

Raihan terbangun dari mimpi di masa lalu yang membuatnya semakin terluka dan merindukan Papanya. Mimpi itu seperti nyata.

“Ada apa Rey?” tanya Ira yang baru saja selesai berwudhu.

“Papa” lirinya.

Ira langsung mendekat dan mengusap keringat di dahi Raihan dengan tisu yang ada di atas nakas. Dengan nafas yang masih memburu, Raihan menarik Ira dalam pelukannya. Berharap segala hal buruk di masa lalunya tidak pernah datang membayangi lagi. Dengan pelukan itu Ia juga merasa lebih nyaman dan tenang.

“Yah, wudhu ku batal.” Ujar Ira sambil memanyunkan bibirnya dan langsung di sambut senyuman Raihan.

“Ayo wudhu lagi, kita solat berjamaah.”

“Tidak apa-apa?” tanya Ira cemas, terlebih kondisi Raihan yang masih belum pulih.

“Tidak apa. Ini hanya luka kecil.” Jawabnya dengan senyum hangat dan langsung di balas dengan senyum manis dari Ira. Mereka kemudian mengambil wudhu dan solat subuh berjamaah.

Kenangan masa lalu yang tidak akan pernah terlupa. Masa lalu menjadikan kita lebih tegar, lebih tau bagaimana harus bersikap dan mengambil tindakan, dan masalalu adalah masa pembelajaran. Katanya, tidak apa jika masa lalu penuh dengan noda, tapi masa depan belum tersentuh noda barang setitik.

HUMAIRA (END)√Donde viven las historias. Descúbrelo ahora